backup og meta

Mewaspadai Berbagai Penyebab Wanita Rentan Mengalami Keguguran

Mewaspadai Berbagai Penyebab Wanita Rentan Mengalami Keguguran

Kasus keguguran nyatanya sangat sering terjadi pada ibu hamil. Pasalnya, sekitar 30 persen kehamilan di bawah usia 12 minggu banyak mengalami keguguran. Di usia kehamilan yang sangat muda, banyak wanita tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil. Hal inilah yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab keguguran. Lantas, adakah hal lain yang menyebabkannya?

Faktor penyebab keguguran yang perlu diwaspadai

Keguguran terjadi jika janin meninggal di usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau saat berat janin masih di bawah 500 gram.

Penyebab keguguran itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu dari faktor janin dan faktor ibu hamil itu sendiri.

1. Faktor janin

Sekitar 60 sampai 70 persen penyebab keguguran berasal dari kelainan pada janin atau embrio. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya kelainan kromosom pada janin sehingga rentan mengalami keguguran.

Sering kali kelainan pada janin menandakan bahwa kualitas janin dalam kandungan tidak baik. Bila kualitas janinnya saja sudah tidak baik, hal ini tentu tidak bisa diperbaiki dengan cara apapun.

Jadi, pemberian obat penguat kandungan atau anjuran istirahat total sekalipun tidak bisa mencegah keguguran bila masalahnya berasal dari janin itu sendiri.

2. Faktor kesehatan ibu hamil

Sekitar 30 sampai 40 persen penyebab keguguran lainnya berasal dari kondisi kesehatan ibu hamil.

Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya ibu memiliki kelainan bentuk rahim, gangguan pembekuan darah, trauma, dan sebagainya.

Usia ibu dapat memengaruhi risiko keguguran saat hamil. Usia ibu yang terlalu muda dan terlalu lanjut adalah dua penyebab keguguran yang cukup sering, terutama ibu yang mengalami kehamilan di atas usia 40 tahun.

Ini dikarenakan kualitas sel telur pada ibu yang berusia lanjut sudah tidak terlalu bagus.

Akibatnya, ibu hamil yang berusia lanjut sangat rentan mengalami keguguran, bahkan peluangnya bisa mencapai 70 persen.

Penyebab keguguran lainnya adalah penyakit yang dialami oleh ibu hamil, seperti diabetes dan obesitas.

Ya, wanita yang mengidap diabetes maupun obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami keguguran saat hamil daripada wanita normal.

Lantas, bagaimana dengan wanita yang cenderung kurus atau mengalami gizi kurang (undernutrition)?

Risiko keguguran pada wanita yang terlalu kurus atau mengalami gizi kurang tetaplah ada, walaupun risikonya tidak sebesar pada wanita obesitas.

Meski demikian, kehamilan pada wanita yang mengalami gizi kurang dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, di antaranya persalinan prematur dan bayi gagal tumbuh.

Apakah keguguran juga akan terjadi pada kehamilan berikutnya?

Wanita yang pernah mengalami keguguran berisiko mengalami keguguran berulang pada kehamilan selanjutnya. Namun, hal ini tergantung pada penyebab keguguran sebelumnya.

Perlu dicatat bahwa wanita yang pernah mengalami keguguran sebanyak dua kali berturut-turut akan berisiko mengalami keguguran hingga 50 persen pada kehamilan ketiganya.

Ambil contoh, penyebab keguguran pertama disebabkan oleh kelainan genetik, selanjutnya kehamilan kedua mengalami keguguran dengan penyebab yang sama.

Maka, kehamilan ketiganya nanti kemungkinan akan mengalami keguguran karena penyebab yang sama.

Namun, kalau penyebab keguguran pertama karena kelainan genetik, kemudian kehamilan selanjutnya mengalami keguguran karena penyakit kronis pada ibu, ini artinya keguguran pertama dan keguguran kedua tidak berhubungan.

Maka itu, dokter akan segera mencari tahu dan memastikan penyebab keguguran tersebut.

makanan pemicu keguguran

Apakah makan nanas saat hamil bisa menjadi penyebab keguguran?

Banyak anggapan yang beredar di masyarakat bahwa makan nanas saat hamil bisa menyebabkan keguguran. Nyatanya, hal ini adalah mitos.

Kalau memang makan nanas bisa menyebabkan keguguran, maka akan sangat mudah bagi wanita yang ingin menggugurkan kandungannya secara tidak bertanggung jawab.

Ibaratnya, wanita pun tidak perlu repot-repot ke dukun untuk bisa menggugurkan kandungannya.

Pada dasarnya, tidak ada satupun makanan yang bisa menjadi penyebab keguguran, baik itu nanas, telur setengah matang, makanan asam, dan sebagainya.

Telur setengah matang memang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko infeksi Salmonella yang membahayakan tubuh ibu hamil.

Jadi, ini bukan berarti telur setengah matang bisa menyebabkan keguguran.

Lantas, apa yang disarankan oleh dokter?

Cara mencegah keguguran yang paling utama adalah dengan merencanakan dan mengenali kehamilan sedini mungkin. Hal ini dapat diketahui melalui USG transvaginal (prosedur USG lewat vagina).

Dengan demikian, dokter akan mampu mengenali faktor risiko keguguran yang ada dan melakukan upaya pencegahan sedini mungkin.

Sebagai contoh, jika ibu hamil diketahui mengalami kekurangan progesteron yang menjadi penyebab keguguran, dokter akan memberikan penguat kandungan atau suplementasi.

Penguat kandungan tersebut untuk meningkatkan kadar progesteron dalam tubuh ibu hamil, sehingga peluang keguguran pun berkurang.

Untuk pola makan sendiri, pada dasarnya tidak ada makanan khusus yang bisa membantu menguatkan kandungan.

Saya menyarankan pada ibu hamil agar menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi seimbang untuk menjaga kehamilannya.

Jadi, yang terpenting adalah ibu hamil selalu mendapatkan asupan nutrisi yang baik lewat makanan bergizi seimbang dan kontrol kehamilan ke dokter kandungan secara teratur.

Dengan demikian, janinnya bisa tumbuh secara optimal dan terhindar dari risiko keguguran.

[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Versi Terbaru

23/09/2022

Ditulis oleh dr. Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Berbagai Hal yang Menyebabkan Wanita Rentan Keguguran

Keguguran Berulang Disebabkan Oleh Faktor Genetik, Mitos Atau Fakta?


Ditulis oleh

dr. Ivander Utama, F.MAS, Sp.OG

Kebidanan dan Kandungan · RSIA Bunda


Tanggal diperbarui 23/09/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan