backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

5 Pilihan Olahraga yang Aman bagi Pengidap Epilepsi

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 17/02/2022

    5 Pilihan Olahraga yang Aman bagi Pengidap Epilepsi

    Katanya, penderita epilepsi tidak boleh berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat. Hal ini dipercaya bisa membuat kejang penderitanya kambuh. Padahal, olahraga justru bisa memberi manfaat untuk penderita epilepsi. Memangnya, apa saja manfaat olahraga untuk epilepsi? Apa saja jenis olahraga yang tepat dan aman untuk penderita penyakit ini?

    Manfaat olahraga untuk penderita epilepsi

    olahraga kanker tulang

    Epilepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan penderitanya mengalami kejang berulang.

    Orang dengan gangguan saraf ini sering merasa khawatir untuk melakukan aktivitas berat.

    Pasalnya, aktivitas berat bisa menyebabkan kelelahan. Nah, kelelahan merupakan salah satu pemicu terjadinya kejang.

    Hal inilah yang kemudian membuat penderita epilepsi enggan untuk melakukan olahraga.

    Padahal, olahraga justru bisa bermanfaat untuk penderita epilepsi. Bahkan, aktivitas ini telah terbukti dapat membantu mengurangi jumlah kejang.

    Ini karena olahraga dapat membantu meningkatkan mood dan menghilangkan stres. Adapun stres juga merupakan pemicu kejang pada penderita epilepsi.

    Selain itu, olahraga bisa membantu menjaga tubuh tetap bugar dan sehat dengan berbagai cara.

    Cara tersebut di antara membantu menjaga otot tetap aktif, mengurangi kadar lemak dalam tubuh, memperkuat tulang, dan meningkatkan aliran oksigen ke otak.

    Bahkan, manfaat ini telah terbukti dalam penelitian.

    Sebuah penelitian di Norwegia, melansir dari Epilepsy Society, menunjukkan bahwa latihan aerobik secara teratur menghasilkan penurunan jumlah kejang yang signifikan.

    Latihan aerobik ini dilakukan selama 60 menit, 2 kali seminggu, dalam kurun waktu selama 15 minggu dengan lari, jalan, berenang, dan bersepeda.

    Sebaliknya, penderita epilepsi yang kurang olahraga lebih mungkin mengalami kondisi medis lainnya, termasuk penyakit jantung, diabetes, hipertensi, osteoporosis, kanker, hingga depresi dan gangguan kecemasan.

    Meski demikian, sebaiknya penderita epilepsi tetap berhati-hati saat berolahraga.

    Hindari aktivitas olahraga berlebihan yang bisa memicu kelelahan dan dehidrasi sebagai penyebab epilepsi kambuhan.

    Jenis olahraga yang aman untuk penderita epilepsi

    Jika sudah tahu manfaatnya, Anda sebaiknya memulai olahraga dari sekarang. Namun, pilihlah olahraga yang tidak berat dan sesuai dengan kondisi Anda.

    Berikut adalah olahraga yang terbilang aman untuk epilepsi.

    1. Berenang

    teknik renang paling mudah

    Banyak yang berpikir berenang tidak boleh untuk penderita epilepsi.

    Namun sebenarnya, penderita epilepsi boleh berenang selama memenuhi syarat berikut. 

    • Jangan berenang sendirian.
    • Pastikan orang yang bersama Anda mengetahui penyakit epilepsi yang Anda derita dan dapat memberi pertolongan pertama pada epilepsi yang kambuh.
    • Berenang di kolam, bukan di tempat terbuka dan luas, seperti laut.
    • Jika masih muncul rasa khawatir, pakai pelampung untuk berjaga-jaga.
    • Hindari situasi kolam yang begitu ramai karena khawatir Anda tidak akan terlihat jika mengalami kejang.

    2. Yoga

    Jenis olahraga ini sangat bermanfaat untuk para penderita epilepsi.

    Yoga dapat membantu tubuh menyeimbangkan pikiran dan tubuh, sehingga bisa membantu mengurangi stres. 

    Akan tetapi, sebaiknya penderita epilepsi menghindari gerakan yoga tertentu yang dapat memicu kejang.

    Ambil contohnya, gerakan headstand (posisi kepala berada di bawah dan kaki lurus ke atas) dan hiperventilasi (pernapasan cepat atau dalam). 

    3. Olahraga kontak, seperti sepak bola

    bola sepak takraw

    Pada umumnya, olahraga yang mengandalkan kontak tubuh dan permainan tim, seperti sepak bola, basket, hoki, dan rugby aman untuk penderita epilepsi.

    Namun sebaiknya, Anda menghindari aktivitas ini jika epilepsi yang Anda alami terjadi karena cedera atau trauma kepala

    Selain itu, perlu Anda pahami, jenis olahraga ini bisa meningkatkan risiko cedera.

    Oleh karena itu, sebaiknya Anda selalu gunakan pelindung kepala saat berolahraga.

    4. Lari dan joging

    Lari dan joging memang terbilang aman untuk penderita epilepsi.

    Hanya saja, sebaiknya penderita epilepsi perlu memerhatikan beberapa hal berikut agar lebih aman ketika sedang lari atau joging.  

    • Hindari berlari di tepi sungai atau danau. Jika Anda mengalami kejang, dikhawatirkan dapat tercebur dan tenggelam.
    • Ambil jalan dengan penerangan yang cukup dan tentunya bebas dari kendaraan.
    • Lari dan jogging bersama orang lain atau setidaknya membawa ponsel supaya dapat menghubungi seseorang jika memerlukan bantuan. 

    5. Bersepeda

    kesehatan penis pesepeda

    Bagi para penderita epilepsi, bersepeda dianjurkan untuk memakai pengaman yang lengkap.

    Sebab, jenis olahraga ini bisa membuat Anda terluka jika tidak memakai pengaman dan mengalami kejang pada saat yang bersamaan.

    Oleh karena itu, cobalah untuk menghindari jalanan umum atau jalan yang ramai dan di tepi sungai.

    Olahraga yang harus dihindari penderita epilepsi

    kebersihan diri mendaki gunung

    Bagi Anda yang memiliki gejala epilepsi, terutama kejang, yang tidak terkontrol, mungkin harus menghindari beberapa olahraga ekstrim.

    Sebab, jenis olahraga ini bisa menyebabkan cedera hingga kematian bila kejang atau hilang kesadaran terjadi saat berolahraga.

    Berikut jenis olahraga yang harus dihindari oleh penderita epilepsi:

    • menyelam (scuba diving),
    • panjat tebing,
    • terjun payung,
    • layang gantung, dan
    • mendaki gunung.

    Namun, meski beberapa olahraga disebut aman dan tidak aman, sebaiknya Anda tetap berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui jenis dan keamanan olahraganya sesuai kondisi Anda. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 17/02/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan