Misalnya, pasangan Anda merokok di luar ruangan atau tempat yang terpisah. Ketika kembali ke rumah, ia langsung memeluk atau berdekatan dengan Anda. Memang, Anda tidak terpapar asap rokok tersebut, tetapi partikel-partikel rokok yang masih menempel di baju pasangan Anda juga bisa terhirup ke dalam tubuh.
Perempuan di Asia lebih berisiko terhadap kanker paru
Selain rokok, ada pula faktor-faktor penyebab kanker paru lainnya yang membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit ini. Baru-baru ini ditemukan bahwa perempuan di benua Asia, khususnya Asia Pasifik, memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kanker paru.
Kemungkinannya, hal ini disebabkan oleh adanya mutasi EGFR yang positif. EGFR (epidermal growth factor receptor) adalah komponen di permukaan sel yang berfungsi untuk menerima protein dan mengatur pertumbuhan sel. Ketika gen EGFR bermutasi, maka sel akan tumbuh di luar kendali dan menyebabkan perkembangan tumor atau kanker.
Perlu diketahui, kebanyakan kasus kanker paru yang terjadi di Asia adalah jenis kanker paru non sel kecil. Lebih dari setengah kasus kanker ini disebabkan oleh mutasi EGFR.
Mutasi EGFR lebih umum ditemukan pada perempuan non perokok yang berusia muda di benua Asia. Di Indonesia sendiri, persentasenya bisa mencapai 40-60 persen. Jumlah ini lebih banyak daripada perempuan yang mutasi EGFR-nya positif di benua Eropa dengan persentase 16-20 persen.
Meski demikian, Dr. Mariska menyatakan perawatan untuk menangani mutasi EGFR pada non perokok terutama bila penyakitnya ditemukan lebih awal hasilnya akan lebih baik dan dapat menambah harapan hidup.
Lakukan deteksi dini untuk kanker paru
Deteksi dini kanker paru memang cukup sulit dilakukan. Hal ini disebabkan gejala yang ditimbulkan kerap tidak terasa sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis kanker paru.
Akan tetapi penyebaran sel kanker pada kasus kanker paru bisa terjadi sangat cepat. “Banyak pasien yang saya tangani baru berobat ke rumah sakit ketika kanker sudah berada di stadium 3 atau 4.” ujar Dr. Mariska.
Bila sudah terjadi, tentunya hal ini bisa berakibat fatal. Kualitas hidup pun jadi menurun drastis, beraktivitas pun semakin sulit. Hidup harus bergantung pada tabung oksigen.
Maka dari itu, dr. Mariska menekankan pada masyarakat untuk segera melakukan deteksi dini dengan menjalani low dose CT scan menggunakan dosis radiasi yang lebih kecil.
Tes ini bisa menunjukkan gambaran yang lebih jelas mengenai organ paru Anda. Dari sini, dokter bisa mendeteksi adanya sel kanker berukuran kecil dan langsung merencanakan perawatan untuk Anda. Bila penyakit langsung ditangani pada stadium awal, lebih tinggi kemungkinannya untuk mencapai kesembuhan.
Deteksi dini sangat penting dilakukan khususnya untuk golongan yang berisiko seperti orang-orang berusia di atas 45 tahun, memiliki riwayat penyakit paru di keluarga, dan merupakan perokok berat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar