backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Paracetamol Mengandung Virus Machupo yang Mematikan: Hoax atau Fakta?

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 18/05/2022

    Paracetamol Mengandung Virus Machupo yang Mematikan: Hoax atau Fakta?

    Pernahkah Anda menerima pesan berantai di aplikasi chatting soal obat paracetamol yang mengandung virus mematikan? Memang, isu tentang adanya kandungan virus berbahaya dalam obat paracetamol sempat ramai diperbincangkan di media sosial.

    Obat paracetamol (dikenal juga sebagai acetaminophen) sendiri merupakan pereda nyeri yang dijual bebas tanpa resep dokter. Benarkah kalau obat ini mengandung virus Machupo?

    Obat paracetamol seperti apa yang diisukan mengandung virus?

    ibuprofen obat apa

    Menurut pesan berantai yang tersebar melalui media sosial serta aplikasi chatting, obat paracetamol yang mengandung virus mematikan ialah paracetamol dengan nomor seri P-500.

    Nomor seri ini biasanya tercantum dalam kemasan produk dan mengindikasikan dosisnya, yaitu 500 miligram. Disebutkan juga bahwa obat tersebut merupakan keluaran baru yang warnanya sangat putih dan permukaannya tampak mengilap.  

    Obat paracetamol P-500 dikatakan mengandung patogen (pembawa virus) yang sangat berbahaya, yaitu Machupo. Virus Machupo diklaim bisa menyebabkan infeksi mematikan pada siapa saja yang mengonsumsinya.

    Infeksi virus ini dikabarkan dapat berakibat fatal. Namun, pesan berantai tersebut tidak menyertai keterangan ahli, bukti uji klinis, atau penjelasan lebih lanjut yang bisa membenarkan klaimnya.

    Apa itu virus Machupo?

    parasetamol mengandung virus

    Virus Machupo merupakan virus penyebab demam berdarah yang sempat menimbulkan wabah di Bolivia Timur tahun 1994. Karena itulah, penyakit ini juga dikenal dengan nama Bolivian hemorrhagic fever (BHF).

    Sebenarnya, virus ini pertama kali berjangkit di Bolivia, Amerika Selatan pada awal 1960-an. Virus Machupo memang menyebabkan demam yang disertai perdarahan. Perdarahan berupa bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi, atau mimisan.

    Selain demam berdarah, gejala lainnya yaitu sakit kepala, darah pada feses, nyeri otot dan sendi, hingga kejang. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit demam berdarah Bolivia bisa menyebabkan kematian.

    Penularan virus Machupo terjadi melalui udara, makanan, dan kontak langsung dengan virus. Virus ini hidup dalam urine, feses, dan air liur hewan pengerat seperti tikus.

    Di Bolivia, virus ini berjangkit karena urine atau feses tikus yang mengering tersapu oleh angin sehingga mengontaminasi udara di sekitarnya. Udara mengandung virus tersebut terhirup oleh manusia dan akhirnya menyebar.

    Lantas, benarkah obat paracetamol mengandung virus Machupo?

    efek samping paracetamol

    Kabar yang menyatakan bahwa obat paracetamol P-500 mengandung virus Machupo tidaklah benar. Virus ini tidak ditemukan dalam produk obat paracetamol 500 miligram.

    Pasalnya, paracetamol diproduksi dengan standar keamanan dan kebersihan yang sangat ketat. Pabriknya juga senantiasa diawasi oleh berbagai badan kesehatan yang berwenang.

    Dilansir dari situs resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, paracetamol P-500 telah diperiksa dan diuji keamanan serta mutunya sebelum diedarkan secara bebas di pasar.

    Setelah melalui uji klinis, BPOM tetap aktif memantau produksi dan distribusi obat ini di pasaran. Berdasarkan evaluasi BPOM, obat paracetamol P-500 dinyatakan aman dan bebas dari virus Machupo.

    Sampai saat ini, belum ada penelitian atau uji laboratorium dari mana pun yang bisa membuktikan adanya virus Machupo dalam obat paracetamol P-500.

    Maka, pesan berantai tersebut hanyalah kebohongan belaka (hoax). Jadi, Anda tak perlu khawatir mengonsumsi obat pereda nyeri ini.

    Isu paracetamol mengandung virus ini serupa dengan isu makanan kemasan dan pisang impor dari negara-negara di Amerika Selatan yang kabarnya mengandung virus HIV. Isu-isu yang tak didukung oleh bukti ilmiah seperti ini disebarkan untuk menakuti-nakuti orang saja.

    Oleh karenanya, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengimbau masyarakat untuk membeli obat hanya di apotek atau toko obat yang sudah mengantongi izin dari Dinas Kesehatan setempat.

    Obat-obatan di apotek resmi atau toko obat berizin pasti telah diuji dan diawasi secara ketat oleh BPOM.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 18/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan