2. Klorokuin
Klorokuin atau chloroquine phosphate adalah pilihan obat lainnya untuk mengatasi penyakit malaria.
Selain untuk mengobati malaria, klorokuin juga bisa diberikan sebagai pencegahan malaria, terutama untuk orang-orang yang akan pergi ke negara atau daerah dengan kasus malaria yang tinggi.
Dosis klorokuin untuk pengobatan malaria biasanya adalah 1 kali pemberian, lalu 6-8 jam kemudian pasien diberikan setengah dosis. Setelah itu, pasien kembali diberikan setengah dosis sehari selama 2 hari ke depan.
Sama seperti berbagai jenis obat lainnya, klorokuin juga bisa memicu beberapa efek samping, seperti:
- sakit kepala
- mual
- kehilangan nafsu makan
- diare
- sakit perut
- ruam kulit dan gatal-gatal
- rambut rontok
Sayangnya, parasit malaria di beberapa negara sudah resisten alias kebal terhadap obat ini. Maka dari itu, klorokuin sebenarnya sudah tidak dianggap cukup efektif untuk mengobati penyakit ini.
3. Primakuin
Obat dengan nama generik primaquine phosphate ini juga bisa digunakan untuk mengatasi penyakit malaria. Sama dengan klorokuin, primakuin dapat diberikan pula sebagai obat pencegah malaria.
Untuk mengobati malaria, primakuin diberikan melalui mulut atau oral. Biasanya, obat ini diberikan 1 kali sehari selama 14 hari. Obat ini harus diminum setelah makan.
Efek samping yang cukup sering dilaporkan setelah minum primakuin adalah sakit perut dan mual. Oleh karena itu, dokter sangat menganjurkan Anda untuk meminum obat ini ketika perut sudah terisi.
Selain untuk mengobati dan mencegah, primakuin juga mampu mencegah kambuhnya kembali penyakit pada orang-orang yang sudah pernah terkena malaria sebelumnya.
Obat ini tergolong cukup keras dan pasien dengan kondisi kesehatan tertentu tidak boleh mengonsumsinya, seperti ibu hamil dan orang dengan defisiensi G6PD. Maka itu, dokter harus melakukan tes darah sebelum memberikan obat ini ke pasien.
4. Meflokuin
Meflokuin atau mefloquine hydrochloride adalah obat tablet yang juga diresepkan untuk sakit malaria. Anda juga bisa menggunakan meflokuin sebagai pencegah malaria, tapi tentu harus dengan resep dokter.
Sama seperti obat antimalaria lainnya, meflokuin bekerja dengan cara membunuh parasit Plasmodium yang ada di dalam tubuh. Dalam kasus malaria tertentu, seperti malaria akibat P. falciparum, meflokuin bisa dikombinasikan dengan artesunate dalam pengobatan ACT.
Obat ini aman untuk dikonsumsi orang dewasa, anak-anak, dan ibu hamil serta menyusui. Namun, meflokuin tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien penderita gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau skizofrenia. Orang-orang dengan masalah jantung juga sebaiknya tidak menggunakan obat ini karena berisiko memperburuk kondisi jantung.
5. Doksisiklin
Doksisiklin adalah obat golongan antibiotik yang tak hanya bisa membunuh infeksi bakteri, tapi juga mengatasi infeksi parasit seperti malaria.
Selain untuk mengobati, doksisiklin dapat diberikan untuk mencegah kambuhnya malaria pada pasien yang sudah pernah terinfeksi parasit Plasmodium sebelumnya. Doksisiklin juga bisa diresepkan untuk infeksi akibat gigitan kutu, seperti penyakit Lyme.
Doksisiklin tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, serta cairan suspensi. Efek samping yang umum terjadi setelah meminum obat ini adalah kulit lebih sensitif terhadap matahari. Maka itu, pastikan Anda memakai tabir surya atau sunblock saat mengonsumsi obat ini.
Saat memakai obat doksisiklin, pastikan Anda tidak mengonsumsi produk olahan susu apa pun. Pasalnya, kandungan dalam susu dapat mengganggu penyerapan obat doksisiklin di dalam tubuh sehingga obat obat tidak dapat bekerja secara maksimal.
6. Kina
Anda tentu sudah tidak asing mendengar obat kina untuk penanganan penyakit malaria. Kina adalah obat tablet yang dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat-obatan antimalaria lainnya, seperti ACT, primakuin, atau doksisiklin.
Dosis kina untuk obat malaria biasanya adalah sebanyak 3 kali sehari selama 3-7 hari. Namun, sekali lagi, dosis obat mungkin akan berbeda-beda pada setiap pasien, tergantung kondisi kesehatannya. Meski begitu, saat ini kina sudah lumayan jarang digunakan Indonesia karena dirasa ridak seefektif pilihan obat antimalaria lainnya.
Semua obat-obatan malaria di atas tidak dapat diperoleh di apotek secara bebas. Anda harus menggunakan resep dokter dan wajib menghabiskan semua obat yang diresepkan sampai habis. Bila tidak, infeksi parasit yang diderita tidak akan sembuh sepenuhnya, dan ada kemungkinan parasit menjadi kebal terhadap obat antimalaria.
Obat-obatan herbal untuk malaria

Selain obat-obatan medis atau obat apotik, malaria juga bisa ditangani dengan obat alami. Anda bisa memanfaatkan bahan-bahan tradisional atau tanaman herbal untuk mengurangi gejala-gejala malaria.
Namun, perlu diingat bahwa obat-obatan alami hanya digunakan sebagai pengobatan pendamping, bukan pengobatan utama. Jadi, Anda tetap harus periksa ke dokter dan mendapatkan pengobatan medis jika gejala-gejala malaria mulai muncul.
Berikut adalah obat-obatan herbal yang direkomendasikan untuk mengatasi penyakit malaria:
1. Kunyit
Pilihan pertama yang bisa Anda coba adalah kunyit. Bumbu dapur yang satu ini ternyata memiliki khasiat kesehatan yang beragam, termasuk membantu melawan infeksi parasit Plasmodium penyebab malaria.
Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi dari jurnal Systematic Reviews in Pharmacy tahun 2020. Dalam studi tersebut, kandungan kurkumin di dalam kunyit diyakini mampu membasmi berbagai jenis parasit Plasmodium, serta meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan infeksi dalam tubuh.
2. Kayu manis
Selain kunyit, bahan herbal lainnya yang juga bisa Anda gunakan sebagai obat malaria alami, yaitu kayu manis. Ya, rempah-rempah serbaguna dengan rasa khas ini ternyata juga dipercaya ampuh mengatasi gejala-gejala malaria.
Kayu manis mengandung zat antiparasit yang mampu menghambat perkembangbiakan parasit Plasmodium falciparum. Ditambah lagi, kayu manis memiliki sifat antioksidan yang berperan penting dalam mencegah kerusakan sel-sel dalam tubuh.
Maka itu, kayu manis direkomendasikan untuk Anda yang sedang menderita penyakit infeksi apa saja, termasuk malaria.
3. Pepaya
Buah dengan warna khas oranye ini juga diyakini ampuh mengatasi gejala-gejala malaria secara alami. Keampuhan buah pepaya terhadap penyakit malaria telah diuji dalam sebuah penelitian dari Journal of Tropical Medicine.
Dalam penelitian tersebut, pepaya dikombinasikan dengan tanaman daun Afrika (Vernonia amygdalina) untuk melihat efeknya pada tikus yang terinfeksi parasit Plasmodium.
Hasilnya, ekstrak pepaya dapat mengurangi jumlah parasit di dalam tubuh, serta mencegah kerusakan pada hati. Salah satu komplikasi yang cukup sering ditemukan pada pasien malaria adalah gagal fungsi organ hati.
Itulah tadi deretan obat medis dan alami yang bisa Anda gunakan untuk mengobati malaria. Ingat, meskipun obat herbal bisa membantu Anda mengurangi gejalanya, bahan alami itu tetap tidak dapat menggantikan obat medis karena efektivitasnya yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Boleh-boleh saja memanfaatkan bahan alami, asalkan Anda juga konsisten mengikuti pengobatan dari dokter agar hasilnya lebih maksimal.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar