Dunia tengah dihebohkan dengan kasus pneumonia misterius yang dikaitkan dengan penyakit Legionnaires di Argentina. Hingga saat ini, 11 kasus telah teridentifikasi, yang mana empat pasien dengan penyakit penyerta (komorbid) dinyatakan meninggal akibat penyakit ini.
Apa itu penyakit Legionnaires?
Penyakit Legionnaires adalah sejenis radang paru-paru (pneumonia) parah yang terjadi ketika bakteri legionella menginfeksi paru-paru.
Tak hanya pernapasan, penyakit ini juga dapat memengaruhi otak dan sistem pencernaan.
Dilansir dari ANTARA, penyakit Legionnaries digolongkan sebagai New Emerging Diseases (New-EIDS) oleh Kementerian Kesehatan RI karena berpotensi memicu kejadian luar biasa.
Kasus penyakit Legionnaires sendiri muncul pertama kali di Amerika Serikat pada 1976. Penyakit radang paru-paru jenis ini juga pernah masuk ke Indonesia pada 1996.
Pada manusia, penularan dapat terjadi lewat air atau aerosol (padatan atau cairan di udara) yang mengandung bakteri legionella. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Gejala penyakit Legionnaires
Gejala penyakit legionnaires umumnya akan muncul secara bertahap. Dalam waktu 2 hingga 14 hari setelah terpapar bakteri legionella, Anda mungkin akan merasakan gejala-gejala seperti:
sakit kepala,
batuk,
napas pendek,
nyeri otot, dan
demam dengan suhu 40 derajat Celsius atau lebih.
Dalam beberapa kasus, penyakit ini juga dapat memicu gejala lain berupa mual, diare, hingga perasaan linglung (kebingungan).
Meskipun begitu, kondisi di atas belum pasti menandakan Anda terkena penyakit Legionnaires. Untuk mencari tahu kondisi yang mendasarinya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.
Penyebab penyakit Legionnaires
Penyebab penyakit Legionnaires yaitu infeksi bakteri legionella pada paru-paru. Dari 60 spesies bakteri legionella, jenis yang paling banyak menyebabkan penyakit ini adalah Legionella pneumophila.
Umumnya, bakteri legionella hidup di lingkungan perairan seperti sungai dan danau. Namun, bakteri ini juga bisa menyebar melalui udara.
Sejumlah tempat yang menjadi “rumah” untuk bakteri legionella, meliputi:
plumbing system (sistem pengelolaan air bangunan).
Faktor risiko penyakit Legionnaires
Infeksi bakteri Legionella pneumophila mungkin tak selalu menyebabkan penyakit Legionnaires pada semua orang. Namun, risiko terinfeksi penyakit ini akan meningkat jika Anda:
berusia lebih dari 50 tahun,
aktif atau pernah merokok,
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya akibat kanker, HIV, gangguan hati),
mengidap gangguan pernapasan seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau emfisema,
pernah menginap di rumah sakit,
menjalani operasi dengan anestesi, dan
pernah menerima transplantasi organ.
Komplikasi penyakit Legionnaires
Legionnaires merupakan penyakit radang paru-paru parah yang memerlukan penanganan medis. Apabila dibiarkan begitu saja, Anda berpotensi mengalami sejumlah komplikasi berikut.
1. Gangguan sistem pernapasan
Ketika paru-paru tidak mendapat cukup asupan oksigen dari darah, sistem pernapasan akan terganggu. Untuk membantu bernapas, beberapa pengidapnya mungkin memerlukan ventilator.
2. Gagal ginjal akut
Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Ketika ginjal berhenti bekerja, tubuh tidak bisa menyaring darah dari kotoran-kotoran yang ada di dalamnya.
3. Ensefalopati
Ensefalopati merupakan kondisi ketika otak dan sistem saraf tidak bekerja dengan baik. Kondisi ini dapat membuat Anda kehilangan keseimbangan, sulit berbicara, dan merasa kebingungan.
4. Empiema
Ketika infeksi bakteri pada paru-paru tidak segera diobati, kondisi tersebut dapat menyebabkan empiema. Empiema mengakibatkan munculnya nanah di dalam rongga sekitar paru-paru Anda.
5. Peradangan pada jantung
Infeksi bakteri akibat penyakit Legionnaires dapat menyebar ke organ lain, termasuk jantung. Apabila dibiarkan begitu saja, kondisi tersebut berpotensi mengakibatkan peradangan pada jantung.
6. Rhabdomyolysis
Rhabdomyolysis terjadi ketika otot Anda mengalami kerusakan. Untuk mengatasinya, Anda perlu mengeluarkan semua racun yang ada dalam tubuh.
Dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 1 dari 10 pasien penyakit Lgionnaires diketahui meninggal akibat komplikasi.
Jika pasien mendapatkan pengobatan, tingkat kematian berkisar antara 5 hingga 10 persen. Namun, apabila perawatan tidak segera dilakukan, persentase kematian menjadi sebesar 30 hingga 80 persen.
Persentase kematian akibat penyakit Legionnaires
Bagaimana penyakit ini didiagnosis?
Diagnosis penyakit Legionnaires dilakukan dengan beberapa metode. Awalnya, Anda mungkin akan diminta menjawab pertanyaan terkait riwayat kesehatan dan perjalanan terakhir.
Setelah itu, Anda mungkin akan diminta dokter untuk menjalani sejumlah tes berikut.
Tes urine untuk melihat tanda bakteri legionella pada urine.
Tes kultur dahak (sputum) untuk mendeteksi keberadaan bakteri pada dahak.
Tes darah untuk melihat tanda infeksi bakteri pada darah dan mengecek fungsi organ tubuh.
Bronkoskopi untuk melihat tanda bakteri legionella dalam paru-paru.
Thoracentesis untuk melihat tanda infeksi bakteri di luar paru-paru.
CT scan untuk mendapatkan gambaran dari kondisi paru-paru.
Cara mengatasi penyakit Legionnaires
Cara mengatasi penyakit Legionnaires umumnya menggunakan obat antibiotik. Pemberian obat antibiotik bisa melalui injeksi, atau secara oral.
Berikut beberapa antibiotik yang mungkin digunakan.
Azithromycin.
Levofloxacin, moxifloxacin, atau ciprofloxacin.
Tetracycline, doxycycline, atau minocycline.
Rifampin.
Jika Anda mengalami masalah dalam bernapas, dokter mungkin akan memasangkan alat bantu oksigen pada Anda. Rawat inap mungkin diperlukan selama masa pengobatan.
Cara mencegah penyakit Legionnaires
Cara mencegah penyakit ini bisa dengan menerapkan pola hidup sehat. Seperti yang disebutkan sebelumnya, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selain itu, upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan membersihkan saluran air dan udara dengan desinfektan. Bersihkan juga tempat-tempat bakteri legionella hidup secara berkala.
Tindakan pencegahan tidak sepenuhnya melindungi Anda dari infeksi bakteri ini. Namun, risiko infeksi atau penularan setidaknya dapat dikurangi dengan cara-cara di atas.
Penyakit Legionnaires merupakan penyakit yang perlu segera mendapat penanganan medis. Jika Anda merasakan gejala penyakit ini, segera periksakan diri ke dokter untuk memeroleh pengobatan yang tepat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Legionnaires’ Disease: Causes, Symptoms & Treatment. (2022). Retrieved 6 September 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17750-legionnaires-disease
Kemenkes klasifikasikan Legionella sebagai New-EIDs karena potensi KLB. (2022). Retrieved 6 September 2022, from https://www.antaranews.com/berita/3098833/kemenkes-klasifikasikan-legionella-sebagai-new-eids-karena-potensi-klb
Legionnaires’ disease. (2017). Retrieved 6 September 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/legionnaires-disease/
Legionnaires’ disease – Symptoms and causes. (2022). Retrieved 6 September 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/legionnaires-disease/symptoms-causes/syc-20351747
Legionella (Legionnaires’ Disease and Pontiac Fever). (2022). Retrieved 6 September 2022, from https://www.cdc.gov/legionella/index.html
Versi Terbaru
15/09/2022
Ditulis oleh Bayu Galih Permana
Ditinjau secara medis olehdr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.