backup og meta

Transfusi Trombosit pada Pasien DBD, Kapan Diperlukan?

Transfusi Trombosit pada Pasien DBD, Kapan Diperlukan?

Salah satu gejala utama demam berdarah dengue atau DBD adalah penurunan trombosit. Jika jumlah trombosit menurun hingga taraf yang membahayakan, perawatan DBD biasa mungkin tidak cukup sehingga pasien perlu mendapatkan transfusi trombosit.

Simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui prosedur transfusi trombosit pada pasien DBD dan perawatan setelahnya.

Hubungan demam berdarah dan trombosit turun

Demam berdarah dengue disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV). Infeksi DENV dapat menyebabkan trombosit rendah atau trombositopenia pada pasien DBD.

Para ahli menjelaskan bahwa DENV bisa merusak sel progenitor hematopoetik dan sel stromal pada sumsum tulang yang berperan untuk membentuk trombosit.

Kerusakan pada sel-sel penting inilah yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah trombosit di dalam darah.

Pendapat lain menyebutkan bahwa trombosit yang berada di dalam aliran darah dapat dirusak oleh DENV. Trombosit akan pecah dan hancur sehingga jumlahnya pun berkurang.

Trombosit yang sangat rendah membuat pasien DBD rentan mengalami perdarahan. Kondisi ini ditandai dengan memar pada kulit yang muncul tiba-tiba dan gusi berdarah saat menyikat gigi.

Pada kasus DBD yang parah, jumlah trombosit yang rendah dapat menyebabkan komplikasi DBD yang serius, misalnya pendarahan pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan muntah darah atau BAB berdarah.

Untuk mencegah hal tersebut, orang yang sakit demam berdarah akan diminta untuk beristirahat total hingga jumlah trombositnya kembali meningkat.

Kapan pasien DBD membutuhkan transfusi trombosit?

obat demam berdarah dbd

Meski trombositopenia adalah gejala umum dari demam berdarah dengue, tidak semua pasien membutuhkan prosedur transfusi trombosit.

Keputusan untuk memberikan transfusi trombosit pada pasien DBD harus didasarkan pada beberapa faktor di bawah ini.

  • Jumlah trombosit. Jumlah trombosit yang turun cukup jauh serta sangat rendah, yakni sekitar 20.000 keping per mikroliter darah (mcL).
  • Tanda klinis perdarahan. Pasien DBD mengalami perdarahan aktif, meliputi memar di kulit, gusi berdarah, mimisan, atau perdarahan dalam.
  • Faktor lain. Usia dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan bisa memengaruhi keputusan untuk transfusi trombosit.

Penting untuk dicatat bahwa transfusi trombosit jarang dilakukan. Pasalnya, tindakan ini tidak selalu efektif dan mungkin malah berbahaya bagi pasien DBD.

Terdapat sebuah studi dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases (2016) yang membahas tentang pemberian transfusi trombosit pada pasien dewasa DBD dengan jumlah trombosit di bawah 20,000/mm3.

Hasilnya, diketahui bahwa tindakan ini tidak efektif mengurangi perdarahan maupun mempercepat pemulihan trombosit pada pasien DBD.

Tindakan ini bahkan berisiko memperlambat pemulihan trombosit serta memperpanjang durasi rawat inap di rumah sakit.

Penelitian lainnya di India (2023) membagi pasien DBD ke dalam dua kategori, yaitu risiko sangat tinggi (kurang dari 20.000 mcL) dan sedang (20.000–40.000 mcL).

Menurut penelitian tersebut, pasien dengan trombosit kurang dari 20.000 mcL dan berisiko mengalami perdarahanlah yang memerlukan transfusi trombosit.

Sementara itu, pasien dengan risiko sedang hanya memerlukan transfusi jika mengalami perdarahan atau memiliki kondisi tertentu.

Perlu-tidaknya transfusi akan ditentukan oleh dokter di rumah sakit. Oleh karena itu, sebaiknya pasien yang dicurigai DBD dan sudah dianjurkan dirawat oleh dokter di rumah sakit mengikuti anjuran tersebut.

Dengan demikian, pasien akan mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih optimal.

Transfusi darah vs transfusi trombosit

Transfusi darah mencakup seluruh komponen darah, yakni sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit (platelet), dan plasma darah. Sementara itu, transfusi trombosit hanya menggunakan unit trombosit yang sudah dipisahkan dari komponen darah lainnya.

Prosedur transfusi trombosit pada pasien DBD

penerima transfusi darah

Transfusi trombosit bertujuan untuk mengembalikan kadar trombosit normal di dalam tubuh dan mencegah perdarahan pada pasien DBD dengan trombositopenia.

Trombosit akan diberikan dalam bentuk cairan lewat pembuluh vena penerima donor. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 15–30 menit.

Ada dua metode transfusi trombosit darah untuk pasien DBD. Berikut adalah rincian prosedurnya.

1. Trombosit dari darah lengkap

Trombosit akan dipisahkan dari komponen darah yang meliputi plasma darah dan sel darah merah. 

Sebelum digunakan, trombosit akan melalui beberapa tahapan, antara lain menghilangkan sel darah putih, menguji keberadaan bakteri, dan memberikan radiasi.

Satu unit trombosit berasal dari satu unit darah lengkap. Karena satu unit darah lengkap hanya mengandung sedikit trombosit, transfusi ini biasanya memerlukan darah dari 4–5 pendonor.

2. Apheresis

Trombosit yang digunakan dalam metode transfusi apheresis didapatkan dari satu orang donor.

Mesin khusus akan memisahkan darah dan hanya mengambil trombosit dari donor. Kemudian, sisa sel dan plasma darah akan dialirkan kembali ke dalam tubuh donor.

Metode apheresis lebih disarankan untuk menurunkan risiko alloimmunization pada penerima transfusi.

Alloimmunization merupakan respons kekebalan tubuh terhadap banyaknya antigen asing dari berbagai pendonor yang masuk ke dalam tubuh.

Hal-hal yang perlu dilakukan setelah transfusi trombosit

Selama transfusi, tenaga medis akan mengecek suhu tubuh, denyut nadi, serta tekanan darah pasien secara berkala. Hal ini untuk memastikan tidak ada efek samping yang muncul.

Meski telah dilakukan atas pertimbangan dokter, transfusi trombosit pada pasien DBD mungkin bisa menimbulkan efek tertentu, antara lain:

  • suhu tubuh naik,
  • tubuh terasa menggigil,
  • muncul rasa gatal, dan
  • ruam pada kulit.

Apabila muncul efek yang tidak diinginkan, tenaga medis akan menghentikan proses transfusi untuk sementara waktu dan mengatasi gejala yang timbul.

Setelah menjalani transfusi, pasien perlu makan makanan untuk mempercepat penyembuhan DBD, seperti bubur atau sup yang mudah dicerna.

Makanan yang sulit dicerna dapat menambah beban saluran pencernaan. Hal ini dapat meningkatkan risiko perdarahan dalam pada saluran pencernaan.

Pasien juga perlu minum air putih untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh saat sakit DBD. Jika tidak bisa minum sendiri, pasien bisa mendapatkan terapi cairan melalui infus.

Kesimpulan

  • Tidak semua pasien DBD yang mengalami trombosit rendah (trombositopenia) harus melakukan transfusi trombosit. 
  • Keputusan untuk melakukan transfusi bergantung pada jumlah trombosit, tanda klinis perdarahan, dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
  • Prosedur ini terbilang jarang dilakukan serta dapat meningkatkan risiko efek samping, seperti waktu pemulihan DBD yang lebih lama.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Dengue and severe dengue. (2023). World Health Organization (WHO). Retrieved August 21, 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue

Symptoms of dengue and testing. (2024). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved August 21, 2024, from https://www.cdc.gov/dengue/signs-symptoms/index.html

Thrombocytopenia. (2022). National Heart, Lung, and Blood Institute. Retrieved August 21, 2024, from https://www.nhlbi.nih.gov/health/thrombocytopenia

Thrombocytopenia: Symptoms, stages & treatment. (2022). Cleveland Clinic. Retrieved August 21, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14430-thrombocytopenia

Agarwal, A., Khan, A.I., & Anwer, F. (2024). Platelet Transfusion. StatPearls Publishing. Retrieved August 21, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560632/ 

Lye, D. C., Archuleta, S., Syed-Omar, S. F., Low, J. G., Oh, H. M., Wei, Y., Fisher, D., Ponnampalavanar, S. S. L., Wijaya, L., Lee, L. K., Ooi, E. E., Kamarulzaman, A., Lum, L. C., Tambyah, P. A., & Leo, Y. S. (2017). Prophylactic platelet transfusion plus supportive care versus supportive care alone in adults with dengue and thrombocytopenia: a multicentre, open-label, randomised, superiority trial. Lancet (London, England), 389(10079), 1611–1618. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(17)30269-6

Lee, T. H., Wong, J. G., Leo, Y. S., Thein, T. L., Ng, E. L., Lee, L. K., & Lye, D. C. (2016). Potential Harm of Prophylactic Platelet Transfusion in Adult Dengue Patients. PLoS neglected tropical diseases, 10(3), e0004576. https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0004576

Kaur, P., & Kaur, G. (2014). Transfusion support in patients with dengue fever. International journal of applied & basic medical research, 4(Suppl 1), S8–S12. https://doi.org/10.4103/2229-516X.140708

VIJAY ANAND V, & SHARMA, A. (2023). EFFECTIVENESS OF PLATELET TRANSFUSION IN DENGUE PATIENTS IN A TERTIARY CARE HOSPITAL. International Journal of Current Pharmaceutical Research, 40–42. https://doi.org/10.22159/ijcpr.2023v15i4.3022

Versi Terbaru

27/08/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

6 Fakta yang Perlu Anda Ketahui Tentang Demam Berdarah

Mengenali Bintik Merah Tanda Demam Berdarah (DBD)


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 27/08/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan