Salah satu gejala utama demam berdarah dengue atau DBD adalah penurunan trombosit. Jika jumlah trombosit menurun hingga taraf yang membahayakan, perawatan DBD biasa mungkin tidak cukup sehingga pasien perlu mendapatkan transfusi trombosit.
Simak penjelasan di bawah ini untuk mengetahui prosedur transfusi trombosit pada pasien DBD dan perawatan setelahnya.
Hubungan demam berdarah dan trombosit turun
Demam berdarah dengue disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV). Infeksi DENV dapat menyebabkan trombosit rendah atau trombositopenia pada pasien DBD.
Para ahli menjelaskan bahwa DENV bisa merusak sel progenitor hematopoetik dan sel stromal pada sumsum tulang yang berperan untuk membentuk trombosit.
Kerusakan pada sel-sel penting inilah yang kemudian menyebabkan penurunan jumlah trombosit di dalam darah.
Pendapat lain menyebutkan bahwa trombosit yang berada di dalam aliran darah dapat dirusak oleh DENV. Trombosit akan pecah dan hancur sehingga jumlahnya pun berkurang.
Trombosit yang sangat rendah membuat pasien DBD rentan mengalami perdarahan. Kondisi ini ditandai dengan memar pada kulit yang muncul tiba-tiba dan gusi berdarah saat menyikat gigi.
Pada kasus DBD yang parah, jumlah trombosit yang rendah dapat menyebabkan komplikasi DBD yang serius, misalnya pendarahan pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan muntah darah atau BAB berdarah.
Untuk mencegah hal tersebut, orang yang sakit demam berdarah akan diminta untuk beristirahat total hingga jumlah trombositnya kembali meningkat.
Kapan pasien DBD membutuhkan transfusi trombosit?
Meski trombositopenia adalah gejala umum dari demam berdarah dengue, tidak semua pasien membutuhkan prosedur transfusi trombosit.
Keputusan untuk memberikan transfusi trombosit pada pasien DBD harus didasarkan pada beberapa faktor di bawah ini.
- Jumlah trombosit. Jumlah trombosit yang turun cukup jauh serta sangat rendah, yakni sekitar 20.000 keping per mikroliter darah (mcL).
- Tanda klinis perdarahan. Pasien DBD mengalami perdarahan aktif, meliputi memar di kulit, gusi berdarah, mimisan, atau perdarahan dalam.
- Faktor lain. Usia dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan bisa memengaruhi keputusan untuk transfusi trombosit.
Penting untuk dicatat bahwa transfusi trombosit jarang dilakukan. Pasalnya, tindakan ini tidak selalu efektif dan mungkin malah berbahaya bagi pasien DBD.
Terdapat sebuah studi dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases (2016) yang membahas tentang pemberian transfusi trombosit pada pasien dewasa DBD dengan jumlah trombosit di bawah 20,000/mm3.
Hasilnya, diketahui bahwa tindakan ini tidak efektif mengurangi perdarahan maupun mempercepat pemulihan trombosit pada pasien DBD.
Tindakan ini bahkan berisiko memperlambat pemulihan trombosit serta memperpanjang durasi rawat inap di rumah sakit.
Penelitian lainnya di India (2023) membagi pasien DBD ke dalam dua kategori, yaitu risiko sangat tinggi (kurang dari 20.000 mcL) dan sedang (20.000–40.000 mcL).
Menurut penelitian tersebut, pasien dengan trombosit kurang dari 20.000 mcL dan berisiko mengalami perdarahanlah yang memerlukan transfusi trombosit.
Sementara itu, pasien dengan risiko sedang hanya memerlukan transfusi jika mengalami perdarahan atau memiliki kondisi tertentu.
Perlu-tidaknya transfusi akan ditentukan oleh dokter di rumah sakit. Oleh karena itu, sebaiknya pasien yang dicurigai DBD dan sudah dianjurkan dirawat oleh dokter di rumah sakit mengikuti anjuran tersebut.
Dengan demikian, pasien akan mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih optimal.
Transfusi darah vs transfusi trombosit
Prosedur transfusi trombosit pada pasien DBD
Transfusi trombosit bertujuan untuk mengembalikan kadar trombosit normal di dalam tubuh dan mencegah perdarahan pada pasien DBD dengan trombositopenia.
Trombosit akan diberikan dalam bentuk cairan lewat pembuluh vena penerima donor. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 15–30 menit.
Ada dua metode transfusi trombosit darah untuk pasien DBD. Berikut adalah rincian prosedurnya.
1. Trombosit dari darah lengkap
Trombosit akan dipisahkan dari komponen darah yang meliputi plasma darah dan sel darah merah.
Sebelum digunakan, trombosit akan melalui beberapa tahapan, antara lain menghilangkan sel darah putih, menguji keberadaan bakteri, dan memberikan radiasi.
Satu unit trombosit berasal dari satu unit darah lengkap. Karena satu unit darah lengkap hanya mengandung sedikit trombosit, transfusi ini biasanya memerlukan darah dari 4–5 pendonor.
2. Apheresis
Trombosit yang digunakan dalam metode transfusi apheresis didapatkan dari satu orang donor.
Mesin khusus akan memisahkan darah dan hanya mengambil trombosit dari donor. Kemudian, sisa sel dan plasma darah akan dialirkan kembali ke dalam tubuh donor.
Metode apheresis lebih disarankan untuk menurunkan risiko alloimmunization pada penerima transfusi.
Alloimmunization merupakan respons kekebalan tubuh terhadap banyaknya antigen asing dari berbagai pendonor yang masuk ke dalam tubuh.