Hingga Senin (17/4) lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mencatat terdapat tujuh kasus COVID-19 varian Arcturus di Indonesia. Meski semua pasien hanya mengalami gejala ringan, tingkat penularan yang tinggi dari penyakit infeksi ini perlu diwaspadai.
Apa itu COVID-19 varian Arcturus?
Varian Arcturus adalah subvarian atau turunan varian Omicron yang pertama kali ditemukan di India pada 23 Januari 2023. Arcturus juga dikenal sebagai subvarian Omicron XBB.1.16.
Julukan varian Arcturus sendiri diambil dari nama bintang paling terang yang terlihat di belahan bumi utara.
Menurut Kemenkes RI, varian COVID-19 ini adalah penggabungan antara BA.2.10.1 dan BA.2.75 dengan tiga mutasi pada spike protein, yakni E180V, F486P, dan K478R.
Selanjutnya, mutasi pada K478R membuat virus SARS-CoV-2 varian Arcturus sangat kebal terhadap antibodi yang tertinggal dalam tubuh dari infeksi COVID-19 sebelumnya.
Hal ini juga terkait dengan kemampuan virus untuk lebih cepat menyebar serta menyebabkan infeksi.
Sampai saat ini, belum terdapat data yang menunjukkan bahwa salah satu dari 600 subvarian Omicron ini meningkatkan keparahan dan kematian pada orang yang terinfeksi.
Akan tetapi, tingkat penularannya yang cukup tinggi membuat varian COVID-19 ini masuk ke dalam daftar variant of interest (VoI).
Varian Arcturus termasuk ke dalam variant of interest
Subvarian Omicron XBB.1.16 pertama kali ditemukan pada Januari dan telah dipantau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 22 Maret 2023 lalu.
Laporan terbaru dari WHO pada 20 April 2023 telah meningkatkan status varian Arcturus ini dari variant under monitoring (VuM) menjadi variant of interest (VoI).
Peningkatan status ini dilakukan karena kecepatan penularan varian Arcturus yang lebih tinggi daripada varian COVID-19 lain sehingga memicu kenaikan kasus di beberapa negara.
WHO mencatat XBB.1.16 telah dilaporkan di 31 negara, seperti India, Inggris, serta Indonesia.
Selain dari XBB.1.16, WHO saat ini juga sedang melacak satu varian COVID-19 lainnya, yakni XBB.1.5 atau yang lebih dikenal dengan varian Kraken.
Data terakhir dari WHO menunjukkan bahwa varian Kraken atau XBB.1.5 dilaporkan di lebih dari 96 negara di seluruh dunia.
Perbandingan COVID-19 varian Kraken dan Arcturus
Tanda dan gejala COVID-19 varian Arcturus
Sebagai salah satu subvariannya, orang yang terinfeksi varian Arcturus kemungkinan juga akan mengalami gejala varian Omicron. Beberapa gejala yang umum, meliputi:
- pilek,
- sakit kepala,
- kelelahan,
- bersin terus-menerus, dan
- sakit tenggorokan.
Laporan dari dokter spesialis anak di India juga menunjukkan infeksi varian Arcturus pada anak terkait dengan konjungtivitis. Kondisi ini ditandai dengan mata merah, bengkak, dan nyeri.
Berbeda dengan kasus pada umumnya, konjungtivitis akibat varian COVID-19 ini dapat disertai dengan nyeri yang lebih parah, pandangan kabur, dan kepekaan berlebih terhadap cahaya (fotofobia).
Selain itu, varian XBB.1.16 juga dikaitkan dengan gejala demam yang lebih tinggi dibandingkan varian Omicron yang jarang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Demam tinggi pada varian Arcturus disebabkan oleh adanya respons peradangan tubuh yang lebih khas dibandingkan dengan infeksi varian COVID-19 lainnya.