Pemerintah terus menggencarkan program vaksinasi COVID-19 sebagai langkah pencegahan penularan virus corona. Berbagai jenis vaksin didistribusikan kepada masyarakat, salah satunya AstraZeneca. Seperti apa vaksin AstraZeneca? Seberapa efektif vaksin ini?
Apa itu vaksin AstraZeneca?
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin asal Inggris, yang dikembangkan Universitas Oxford untuk mencegah penularan COVID-19.
Vaksin AZ dibuat menggunakan modifikasi virus, yang dapat merangsang respons sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, virus dalam vaksin tidak dapat berkembang atau bereplikasi dalam tubuh. Meski begitu, virus tersebut dapat memicu respons kekebalan tubuh terhadap COVID-19.
Penggunaan AstraZeneca sebagai vaksin telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Melalui Emergency Use Authorization (EUA), yang diterbitkan 22 Februari 2021, BPOM RI memastikan vaksin AZ aman untuk digunakan.
Selain BPOM, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa terkait penggunaan vaksin AstraZeneca. MUI menyebut bahwa pemakaian vaksin ini bersifat mubah atau diperbolehkan.
Efektivitas vaksin AstraZeneca
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat efikasi vaksin AZ terhadap COVID-19 berada pada persentase 72 persen.
Persentase tersebut didapat melalui uji coba pemberian dua dosis vaksin dengan rentang waktu 4 hingga 12 minggu.
Meski begitu, hingga saat ini penelitian masih terus dilakukan terkait efektivitas AstraZeneca terhadap varian Omicron.
Penelitian terakhir menyebut bahwa vaksin ini 73% efektif untuk mencegah infeksi Omicron setelah pemberian dosis keempat.
Dosis dan jadwal pemberian vaksin AstraZeneca
Berdasarkan Kemenkes RI, vaksin AZ dapat diberikan sebagai vaksinasi primer dan booster (lanjutan). Sasaran utama dalam pemberian vaksin ini yaitu orang dengan usia 18 tahun ke atas.
Berikut ini dosis pemberian vaksin AstraZeneca.
Dosis primer
Sebagai vaksin primer, AZ diberikan dua kali dengan dosis masing-masing sebanyak 0,5 ml. Rentang waktu antara pemberian vaksin pertama dan kedua yaitu 8 hingga 12 minggu.
Dosis booster
Vaksin booster AZ dapat diberikan 4 hingga 6 bulan setelah vaksin primer. Dosisnya bergantung pada vaksin primer yang Anda terima.
Tiap kombinasi vaksin mempunyai dosis booster yang berbeda. Berikut detailnya.
- Sinovac: 0,25 ml.
- AstraZeneca: 0,5 ml.
- Pfizer: 0,5 ml.
Cara pemberian vaksin astrazeneca
Vaksin COVID-19 AstraZeneca diberikan melalui suntikan intramuskular. Proses vaksinasi harus dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan terlatih.
Sebelum vaksinasi, Anda diharuskan untuk melakukan skrining terlebih dahulu. Langkah ini dilakukan untuk mengecek kesehatan dan menentukan apakah Anda boleh menerima vaksin.
Setelah vaksinasi, Anda akan diminta untuk menunggu di ruang observasi selama 15 hingga 30 menit. Tindakan tersebut dilakukan untuk memantau kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Apabila tidak ditemukan adanya KIPI, Anda akan diberikan kartu tanda vaksinasi oleh petugas. Selain itu, petugas juga akan memberikan Anda jadwal vaksin dosis kedua atau booster.
Efek samping vaksin AstraZeneca
Sama seperti vaksin lain, efek vaksin COVID-19 seperti AZ mungkin akan Anda rasakan pascavaksinasi. Meski begitu, efek yang dirasakan oleh masing-masing orang bisa berbeda satu sama lain.
Beberapa efek vaksin AstraZeneca yang umum terjadi, yakni:
- nyeri pada tempat bekas suntikan,
- merasa lelah,
- sakit kepala,
- nyeri otot, dan
- demam.
Umumnya, efek samping tersebut akan Anda rasakan dalam waktu 1 sampai 2 hari saja. Efek vaksin AZ lebih sering muncul ketika Anda baru menjalani vaksinasi dosis pertama.
Jika kondisi Anda tidak kunjung membaik setelah dua hari, segera konsultasi ke dokter. Petugas biasanya akan memberikan nomor dokter yang dapat dihubungi pada kartu tanda vaksinasi.
Di sisi lain, Anda mungkin dapat mengalami masalah pembekuan darah yang disebut thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS).
TTS dapat terjadi dalam kurun empat hingga 42 hari pascavaksinasi dosis pertama. Namun, kasus ini jarang sekali terjadi.
Beberapa kondisi yang dapat menjadi gejalanya, meliputi:
- sakit kepala lebih dari 48 jam pascavaksinasi,
- pandangan kabur,
- kesulitan berbicara,
- sulit bernapas,
- pembengkakan tempat bekas suntikan, serta
- muncul bintik-bintik darah di bawah kulit.
Apabila Anda mengalami gejala di atas usai vaksinasi, segera periksa ke dokter. Penanganan sedini mungkin bisa mencegah kondisi Anda bertambah parah.
Peringatan dan perhatian saat menerima vaksin
Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin AstraZeneca. Sebagai contoh, vaksin ini hanya ditujukan untuk orang dewasa dengan usia 18 tahun ke atas, jadi anak-anak tidak boleh menerimanya.
Anda yang mempunyai riwayat alergi vaksin juga tidak disarankan menerima vaksin ini. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum Anda menerima vaksin.
- Berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter apakah Anda boleh menerima vaksin. Sampaikan riwayat penyakit, alergi, atau pengobatan secara lengkap.
- Pastikan Anda tidak dalam kondisi demam atau sakit. Suhu tubuh harus di bawah 38,5 derajat Celsius untuk dapat menerima vaksin.
- Beritahu dokter jika Anda sedang hamil atau menyusui. Dengan begitu, dokter bisa menentukan apakah Anda bisa mendapatkan vaksinasi.
Apakah vaksin AZ aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Menurut WHO, vaksin AZ aman diberikan kepada ibu hamil dan menyusui. Manfaat vaksinasi pada ibu hamil lebih besar daripada potensi risikonya.
Ketika ibu hamil terinfeksi COVID-19, kondisi tersebut tidak hanya berbahaya bagi mereka, tetapi juga janin dalam kandungan. Oleh sebab itu, ibu hamil menjadi prioritas utama dalam menerima vaksinasi.
Anda juga tidak perlu khawatir dengan adanya modifikasi virus yang terdapat dalam vaksin AZ. Virus tersebut tidak hidup sehingga bayi dalam kandungan atau anak yang menyusu akan tetap aman.
Interaksi vaksin AstraZeneca dengan obat lain
Hingga saat ini, belum ada temuan yang mendapati bahwa vaksin AstraZeneca dapat memicu interaksi negatif dengan obat tertentu.
Namun, Anda harus tetap menyampaikan kepada dokter secara lengkap tentang obat-obatan yang dikonsumsi sebelum vaksinasi.
Sampaikan juga vitamin, herbal, atau suplemen yang biasa Anda konsumsi. Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat, kecuali dengan persetujuan dokter.