backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Dissociative Identity Disorder (Kepribadian Ganda)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/02/2024

Dissociative Identity Disorder (Kepribadian Ganda)

Anda mungkin pernah mendengar istilah orang dengan kepribadian ganda. Dalam dunia medis, gangguan psikologis ini dikenal sebagai dissociative identity disorder atau gangguan identitas disosiatif.

Lantas, bagaimana gangguan ini memengaruhi kondisi pengidapnya? Adakah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya? Temukan jawabannya melalui ulasan berikut!

Apa itu dissociative identity disorder?

Dissociative identity disorder (DID) adalah kondisi yang membuat pengidapnya membentuk dua atau lebih kepribadian di dalam dirinya.

Kepribadian asli disebut dengan kepribadian inti, sedangkan kepribadian lain disebut dengan kepribadian alternatif.

Setiap kepribadian yang dimiliki individu dengan gangguan identitas disosiatif bisa mempunyai karakteristik yang berbeda, termasuk nama dan jenis kelamin.

Saat kepribadian alternatif muncul, mereka biasanya mengalami amnesia dan tidak menyadari keberadaan kepribadian alternatif, termasuk tindakan yang dilakukannya saat kepribadian tersebut mengambil alih.

Sebelumnya, gangguan mental ini memiliki banyak sebutan, di antaranya split disorder, multiple personality disorder, dan kepribadian ganda.

Gangguan identitas disosiatif merupakan salah satu jenis utama gangguan disosiatif menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). 

Gangguan disosiatif sendiri merupakan masalah mental yang melibatkan ketidaksesuaian antara memori, pikiran, dan identitas sehingga berdampak pada aktivitas sehari-hari.

Tahukah Anda seputar DID?

Dissociative identity disorder termasuk gangguan mental yang langka dengan jumlah kasus sebanyak 1,1–1,5% dari populasi umum. Wanita dinilai lebih berisiko mengalaminya.

Tanda dan gejala dissociative identity disorder

disosiasi psikologi

Orang yang berkepribadian ganda sering kali tidak menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan psikologis tersebut.

Namun, mereka mungkin akan menunjukkan ciri-ciri kepribadian ganda sebagai berikut.

  • Sakit kepala parah atau nyeri tubuh.
  • Derealisasi atau perasaan bahwa lingkungan di sekitarnya asing atau tidak nyata.
  • Disosiasi atau perasaan seperti terlepas dari dunia di sekitar.
  • Depersonalisasi atau sensasi seolah ia berada di luar tubuhnya sendiri.
  • Mudah merasa gelisah hingga mengalami gangguan kecemasan.
  • Suasana hati yang mudah berubah.
  • Amnesia atau merasakan distorsi waktu.
  • Depresi.
  • Gangguan tidur, seperti sering mimpi buruk atau sleepwalking.
  • Gangguan makan (eating disorder).
  • Halusinasi atau persepsi palsu terhadap sesuatu, seperti mendengar suara yang sebenarnya tidak ada.
  • Masalah pada kehidupan seksual, misalnya gairah seks menurun.
  • Penggunaan obat-obatan terlarang atau konsumsi alkohol berlebihan.
  • Keinginan melukai diri sendiri atau bahkan melakukan percobaan bunuh diri.

Beberapa gejala DID memang serupa dengan tanda gangguan kejiwaan lainnya. Jika Anda mengalami berbagai gejala tersebut, sebaiknya konsultasikanlah dengan psikolog atau psikiater untuk mencari tahu penyebabnya.

Penyebab dissociative identity disorder 

Peristiwa traumatis merupakan penyebab utama dari dissociative identity disorder.

Laman American Psychiatric Association menyebutkan bahwa sekitar 90% pengidap DID memiliki riwayat kekerasan seksual dan penelantaran. 

Pengalaman perang, kecelakaan, atau bencana alam seperti gempa bumi atau tanah longsor juga bisa menjadi pengalaman traumatis yang menyebabkan DID.

Orang yang mengalami isolasi berkepanjangan karena sakit maupun kehilangan orang tersayang juga berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental ini.

Selain itu, kepribadian alternatif juga bisa muncul akibat faktor yang menimbulkan tekanan psikologis, seperti melihat kecelakaan lalu lintas, stres, tertekan, atau mengalami pelecehan seksual dan kekerasan.

Komplikasi dissociative identity disorder 

Pada beberapa kasus, gangguan identitas disosiatif mungkin tidak berdampak negatif. Orang-orang dengan DID tetap bisa menjalani kehidupan yang produktif.

Bahkan, seseorang yang pemalu bisa diuntungkan dengan keberadaan kepribadian alternatif yang membuatnya mudah bergaul dan bersikap tegas.

Meski begitu, ada pula kasus DID yang berdampak negatif terhadap kehidupan individu yang mengalaminya atau orang-orang di sekitarnya.

DID yang tidak terkelola dengan baik bisa saja menyebabkan penurunan produktivitas dan masalah dalam berelasi.

Hal-hal yang terjadi di luar kendali kepribadian utama j bisa menjadikan individu dengan DID lebih rentan terjebak dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang hingga risiko bunuh diri.

Diagnosis dissociative identity disorder 

Tidak ada tes laboratorium khusus untuk mendiagnosis DID. Dokter ahli kejiwaan (psikiater) akan menegakkan diagnosis melalui pemeriksaan fisik dan tes psikiatri.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa riwayat kesehatan pasien dan memperhatikan gejala yang dialami pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan tes psikiatri dengan mengajukan pertanyaan tentang pikiran, perasaan, dan perilaku pasien kepada anggota keluarga atau orang terdekat yang mendampingi.

Setelah itu, psikiater dapat menggunakan hasil evaluasi tersebut untuk menegakkan diagnosis dengan mengacu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V.

Pengobatan dissociative identity disorder 

Tujuan dari pengobatan dissociative identity disorder adalah meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Perawatan yang tepat juga membantu “menghubungkan kembali” kepribadian yang berbeda menjadi satu identitas yang berfungsi dengan baik.

Berikut ini merupakan berbagai pengobatan untuk mengatasi gangguan identitas disosiatif.

1. Terapi perilaku kognitif

Cognitive behaviour therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif dilakukan dengan cara mengubah pola pikir (kognitif) sehingga perilaku pasien bisa berubah.

CBT juga akan membantu pasien menemukan penyebab utama DID sehingga perawatan bisa dilakukan dengan optimal.

2. Terapi perilaku dialektika (DBT)

mitos psikoterapi

Dialectical behavior therapy sebenarnya merupakan bagian dari terapi perilaku kognitif. Tujuannya adalah memberikan pandangan positif pada kehidupan pasien.

Namun, jenis psikoterapi ini diberikan secara khusus untuk pasien dengan gejala dissociative identity disorder yang parah, terutama pada korban pelecehan seksual.

3. Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR)

EMDR akan dilakukan dengan cara mengajak pasien mengingat kembali peristiwa traumatis di masa lalu.

Setelah itu, psikoterapis akan membantu mengatasi perasaan negatif yang muncul dengan gerakan tangan atau ketukan nada tertentu. Metode ini umumnya terdiri dari delapan sesi.

4. Obat-obatan

Tidak ada obat yang secara khusus bisa menangani gangguan identitas disosiatif. Pengobatan diberikan untuk mengatasi gejala DID supaya lebih terkontrol dan tidak memburuk.

Dokter biasanya meresepkan obat antidepresan atau obat penenang. Obat lain mungkin diresepkan sesuai gejala yang menyertainya.

Perawatan di rumah untuk dissociative identity disorder 

meditasi untuk adhd

Demi mendukung pengobatan dari dokter, pasien DID biasanya juga disarankan untuk melakukan berbagai perawatan rumahan seperti berikut.

  • Belajar mengelola stres supaya bisa mengalihkan pikiran, misalnya dengan meditasi atau melakukan hal yang disukai.
  • Meminta bantuan keluarga atau kerabat terdekat untuk membantu mengamati perubahan perilaku.
  • Menjalani pola hidup sehat, misalnya dengan tidur cukup, menjaga pola makan, dan olahraga rutin.
  • Belajar membuka diri untuk menceritakan peristiwa traumatis pada orang terdekat.

Tidak ada cara khusus yang bisa dilakukan untuk mencegah dissociative identity disorder.

Namun, penanganan sedini mungkin terhadap peristiwa traumatis bisa meningkatkan kualitas hidup pasien dengan lebih cepat.

Oleh karena itu, jangan ragu untuk datang ke psikolog atau psikiater jika Anda pernah mengalami pengalaman traumatis yang membekas.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 07/02/2024

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan