backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Selain Bikin Bugar, 4 Jenis Olahraga Ini Juga Bisa Redakan Migrain

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 09/07/2021

    Selain Bikin Bugar, 4 Jenis Olahraga Ini Juga Bisa Redakan Migrain

    Sakit kepala sebelah alias migrain tidak selalu harus diatasi dengan minum obat pereda nyeri. Cobalah sesekali melakukan cara yang tak biasa untuk menghilangkan migrain, misalnya dengan olahraga. Usut punya usut, beberapa jenis olahraga ternyata cukup manjur untuk meredakan nyeri migrain. Apa saja contohnya?

    Berbagai jenis olahraga untuk meredakan migrain

    Ketika migrain menyerang, berolahraga mungkin adalah hal terakhir yang akan terlintas dalam benak Anda. Padahal, olahraga dapat membantu meringankan migrain dengan banyak cara.

    Berikut adalah beberapa jenis olahraga yang sebaiknya Anda lakukan saat migrain.

    1. Latihan aerobik/kardio

    olahraga aerobik dan anaerobik

    Melansir laman The Migraine Trust, olahraga aerobik ringan adalah pilihan tepat untuk menghilangkan migrain yang membandel. Pasalnya, gerakan dalam olahraga aerobik akan melenturkan leher dan punggung serta melatih Anda untuk bernapas lebih teratur.

    Migrain dapat membatasi aktivitas Anda. Jadi, pilihlah olahraga aerobik yang mudah dilakukan terlebih dahulu. Misalnya berjalan kaki, berenang, jogging, atau bersepeda. Lakukan dengan rutin selama 6 minggu dan lihatlah apakah keluhan migrain berkurang.

    2. Yoga

    yoga untuk mengobati skoliosis

    Yoga bisa membuat tubuh terasa bugar, memberikan ketenangan, menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, serta mengurangi nyeri.

    Seluruh manfaat ini membantu tubuh pulih dari kondisi yang menimbulkan stres dan tekanan, termasuk migrain. Banyak pose dalam olahraga ini yang dinilai cukup ampuh menghilangkan migrain. Pose tersebut antara lain child’s pose, bridge pose, downward facing dog, dan corpse pose.

    3. Latihan kekuatan (strength/resistance training)

    latihan kekuatan otot

    Manfaat latihan kekuatan tidak sebatas untuk membentuk otot yang besar. Olahraga ini pun dapat meredakan migrain dengan cara memperkuat otot leher, punggung, dan bahu. Otot-otot pada area ini memang sering kali tegang akibat duduk terlalu lama.

    Selain itu, latihan kekuatan juga bisa melancarkan peredaran darah dan melatih Anda bernapas dengan efektif. Dengan demikian, otak akan senantiasa memperoleh pasokan oksigen yang cukup sehingga keluhan migrain dapat berkurang.

    4. Peregangan kepala, leher, dan bahu

    mengatasi nyeri punggung

    Olahraga ringan seperti peregangan sangat ampuh untuk menghilangkan migrain akibat otot leher kaku dan tegang. Berikut adalah beberapa contoh gerakan peregangan yang dapat Anda lakukan.

    • Memutar bahu ke belakang sambil mendekatkan kedua tulang belikat.
    • Menundukkan kepala hingga mata menatap lantai, kemudian putar kepala membentuk lingkaran hingga mencapai posisi awal.
    • Merentangkan kedua tangan ke samping, lalu tekuk siku dan pegang telinga Anda. Masih dengan posisi tersebut, gerakkan bahu Anda agar kedua tulang belikat saling berdekatan.
    • Menengoklah ke kanan hingga Anda bisa melihat ke belakang. Lalu, turunkan dagu hingga mendekati bahu. Ulangi pada sisi kiri.
    • Mengulurkan kedua tangan seperti hendak memeluk, lalu tempelkan kedua tangan dan kaitkan jari-jarinya. Setelah itu, tundukkan kepala Anda selama beberapa detik.

    Olahraga tidak hanya membuat tubuh terasa bugar, tapi juga dapat menghilangkan keluhan terkait nyeri seperti halnya migrain. Namun, pastikan Anda memilih olahraga yang cukup ringan karena kemampuan tubuh tentu berkurang saat migrain melanda.

    Selalu lakukan gerakan pemanasan sebelum berolahraga dan gerakan pendinginan setelahnya. Jangan lupa beristirahat dan minum lebih banyak air. Jika migrain bertambah parah, rehatlah sejenak dan cobalah berkonsultasi dengan dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 09/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan