Pernahkah Anda mendengar istilah flebotomi? Flebotomi adalah salah satu jenis prosedur laboratorium yang dikhususkan untuk mengobati beberapa penyakit kelainan darah. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengambil darah dengan memasukkan jarum ke pembuluh darah vena. Lebih lengkap, simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu flebotomi?
Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, phlebotomy atau flebotomi adalah prosedur laboratorium yang dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah darah.
Jadi, flebotomi dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena guna mengeluarkan sejumlah volume darah dari dalam tubuh.
Proses ini sebenarnya bisa dilakukan pada bagian tubuh mana pun. Namun biasanya, prosedur ini dilakukan di area lipatan siku karena memiliki ukuran pembuluh darah vena yang cukup besar.
Tujuan flebotomi
Flebotomi dilakukan secara sengaja untuk mengeluarkan komponen darah yang bermasalah.
Komponen tersebut bisa sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), plasma darah, trombosit (keping darah), atau zat besi sebagai pembentuk sel darah merah.
Keputusan untuk mengeluarkan sejumlah komponen darah tersebut bukan tanpa alasan.
Pasalnya, jika terus dibiarkan berada di dalam tubuh untuk waktu lama, komponen darah itu akan membawa dampak buruk yang mengancam kesehatan tubuh.
Apa saja penyakit yang membutuhkan tindakan flebotomi?
Ada beberapa kondisi yang membutuhkan prosedur flebotomi sebagai perawatannya.
1. Polisitemia vera
Polisitemia vera adalah kondisi yang terjadi ketika terlalu banyaknya produksi sel darah merah, hematokrit, dan trombosit dari sumsum tulang belakang.
Akibatnya, jumlah komponen penyusun darah, terutama sel darah merah, yang melebih batas normal tersebut akan membuat darah menjadi lebih kental.
Itulah sebabnya nantinya laju aliran darah di dalam tubuh menjadi jauh lebih lambat.
Prosedur flebotomi adalah salah satu tindakan yang setidaknya mampu mencegah perkembangan penyakit, sekaligus menurunkan jumlah produksi sel darah merah.
Dikutip dari jurnal yang dipublikasikan Blood Transfusion, tindakan flebotomi dengan volume darah 25 ml dapat diberikan pada pasien polisitemia vera satu kali dalam dua bulan.
Prosedur tersebut berguna untuk menurunkan kadar hematokrit.
2. Hemokromatosis
Hemokromatosis adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh terlalu banyaknya penyerapan zat besi dari makanan sehari-hari.
Zat besi dalam jumlah banyak ini kemudian disimpan di dalam organ tubuh, seperti jantung, hati, serta pankreas.
Pengobatan dengan flebotomi diyakini dapat membantu mengurangi jumlah zat besi yang berlebihan, dengan cara mengeluarkan sejumlah sel darah merah dari dalam tubuh.
Cara tersebut juga merangsang sumsum tulang belakang untuk menghasilkan sel darah merah baru dengan menggunakan zat besi yang disimpan oleh tubuh.
Pasien hemokromatosis melakukan proses flebotomi sebanyak 450 ml darah yang mengandung sekitar 200-250 mg zat besi.
Tidak ada aturan pasti tentang berapa kali prosedur ini sebaiknya dilakukan. Hal tersebut akan ditentukan dokter yang menangani Anda.
3. Porfiria
Porfiria adalah suatu kondisi langka yang terjadi karena proses pembentukan heme (komponen dari sel darah merah), terhambat karena tubuh kekurangan enzim tertentu.
Normalnya, ada banyak enzim yang terlibat untuk mendukung proses pembentukan heme.
Kekurangan salah satu enzim dapat mengakibatkan senyawa kimia menumpuk di dalam tubuh, yang dikenal sebagai porfirin.
Itu sebabnya, gejala dari porfirin ini disebut porfiria, yang membuat kulit terbakar dan melepuh saat terkena sinar matahari.
Pada kasus ini, prosedur flebotomi akan membantu mengeluarkan sejumlah sel darah merah dari tubuh. Dalam setiap sesi, petugas kesehatan akan mengeluarkan 450 ml darah.
Sesi tersebut dilakukan rutin setiap dua minggu hingga kadar komponen darah Anda berada dalam batas normal.
4. Penyakit lain
Beberapa penyakit lain mungkin juga membutuhkan prosedur flebotomi sebagai bagian dari pengobatan. Penyakit-penyakit tersebut antara lain berikut.
- Penyakit Alzheimer
Prosedur flebotomi disebut dapat mengurangi zat besi tubuh yang mungkin dapat membuat penyakit Alzheimer bertambah parah. Namun, hal ini masih membutuhkan penelitian lanjutan untuk membuktikannya.
- Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme, seperti diabetes, mungkin dapat mengambil manfaat dari flebotomi. Pasalnya, pengurangan zat besi dalam proses flebotomi dapat memperbaiki tekanan darah, kadar glukosa, hingga kolesterol.
- Anemia sel sabit
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pelaksanaan prosedur flebotomi secara rutin dapat menurunkan tingkat keparahan penyakit anemia sel sabit. Efek tersebut muncul setelah tiga bulan memulai prosedur.
Bagaimana proses flebotomi dilakukan?
Proses flebotomi dapat dilakukan di ruangan dokter, di bank darah, atau di rumah sakit di bawah pengawasan dokter setelah mendapatkan resep medis.
Seorang tenaga kesehatan yang disebut dengan phlebotomist akan melakukan prosedur ini kepada Anda.
Phlebotomist akan membantu mengeluarkan darah di dalam tubuh tergantung dari berat dan tinggi badan Anda.
Umumnya, mulai dari 450-500 ml atau bahkan sekitar 1 liter darah, yang akan disesuaikan dengan kondisi tubuh Anda.
Dikutip dari panduan yang ditetapkan World Health Organization, berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam prosedur flebotomi:
- Anda akan diminta untuk duduk dengan nyaman di sebuah kursi yang telah disediakan.
- Petugas kesehatan akan menanyakan tentang kondisi kesehatan Anda, seperti alergi, fobia, atau apakah Anda pernah pingsan saat menjalani prosedur serupa.
- Kulit akan dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan antiseptik yang diusapkan melalui kapas.
- Petugas kesehatan akan menekan lembut bagian yang akan dimasukkan jarum.
- Petugas kesehatan akan memasukkan jarum berukuran agak besar secara perlahan ke dalam kulit.
- Setelah darah sudah terkumpul, jarum akan dilepaskan perlahan dari lengan Anda.
- Petugas kesehatan akan menutup bekas tusukan jarum dengan kain kasa bersih atau bola kapas kering. Anda tidak diperbolehkan menekuk lengan selama beberapa menit.
Ukuran jarum yang digunakan dalam prosedur flebotomi berukuran lebih besar daripada ukuran yang biasanya digunakan untuk mengambil darah dalam jumlah sedikit.
Tujuannya adalah melindungi komponen sel yang diambil agar tidak mudah hancur dan rusak.
Adakah efek samping dari tindakan flebotomi?
Setiap prosedur kesehatan yang dilakukan tentu memiliki efek samping tertentu, tak terkecuali dengan flebotomi.
Efek samping tindakan ini sama dengan yang ditimbulkan setelah Anda melakukan prosedur donor darah.
Lantaran prosedur pengeluaran darah dari dalam tubuh ini dapat mengubah volume darah dalam tubuh, beberapa orang mengeluhkan pusing karena hemoglobin darah merosot rendah (anemia) usai melakukan flebotomi.
Inilah sebabnya setelah donor darah, petugas akan meminta Anda untuk duduk perlahan sebelum berdiri. Anda harus minum banyak air sesudahnya.
Bedanya, proses flebotomi dilakukan lebih sering daripada donor darah, sehingga efek sampingnya mungkin lebih sering terjadi.
Efek samping berupa pusing juga bisa terjadi selama proses pengambilan darah. Jika hal ini terjadi, segera sampaikan keluhan Anda ke tenaga medis yang sedang mengambil darah.
Tenaga medis mungkin akan menurunkan kecepatan prosedur pengambilan darah dan memberikan Anda cairan tambahan.
Anda biasanya akan merasa lebih baik setelah 24-48 jam setelah prosedur ini selesai. Namun, setiap orang mungkin akan mengalami masa pemulihan yang berbeda-beda.