backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan

7 Penyebab Feses Berwarna Hijau, Apakah Berbahaya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 05/02/2024

    7 Penyebab Feses Berwarna Hijau, Apakah Berbahaya?

    Pernahkah Anda melihat warna feses sendiri setelah buang air besar (BAB)? Penting memang untuk mengetahui warna feses karena bisa menandakan kondisi tubuh atau masalah kesehatan tertentu. Lantas, bagaimana jika feses berwarna hijau?

    Penyebab feses berwarna hijau

    Ketika melihat feses berwarna hijau, Anda mungkin merasa khawatir karena warnanya tidak cokelat seperti biasanya.

    Sebenarnya, kotoran berwarna hijau masih menandakan kondisi feses yang normal. Warna feses yang hijau bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dan jumlah cairan empedu.

    Namun, ada pula gangguan kesehatan tertentu yang bisa menyebabkan kotoran BAB berwarna hijau. Tentu Anda perlu mewaspadainya, tapi sebagian besar bukanlah kondisi serius dan bisa diatasi dengan pengobatan.

    Berikut ini sejumlah hal yang menyebabkan warna feses Anda berubah kehijauan. 

    1. Sisa makanan yang membuat feses berwarna hijau

    Salah satu penyebab feses berwarna hijau adalah makanan. Mungkin Anda mengubah kebiasaan atau pola makan sehari-hari, misalnya menerapkan diet tinggi serat.

    Dalam penerapan diet tinggi serat, Anda harus mengonsumsi banyak sayuran hijau. Nah, kandungan klorofil dalam sayuran hijau dapat meninggalkan residu warna-warni pada feses.

    Umumnya, makanan yang dapat mengubah warna BAB menjadi hijau, antara lain: 

    • sayuran berdaun hijau, seperti bayam, kubis, dan brokoli, 
    • pewarna makanan hijau, seperti es lilin dan minuman ringan, dan 
    • suplemen zat besi. 

    2. Pigmen empedu

    Selain makanan, pigmen empedu bisa menjadi salah satu penyebab feses hijau. Empedu merupakan cairan berwarna kekuningan yang dihasilkan di hati dan disimpan pada kantong empedu.

    Saat proses pencernaan, cairan empedu akan bercampur dengan makanan di perut untuk memecah molekul lemak. Pada saat bercampur dengan makanan, cairan empedu sangat mungkin tidak larut dalam makanan. 

    Akibatnya, warna kuning yang pekat dari cairan empedu bisa membuat warna feses Anda menjadi hijau. 

    Apa warna feses yang normal?

    Feses yang normal dan sehat umumnya berwarna kuning kecokelatan hingga cokelat tua, dengan tekstur yang lembut seperti sosis. Warna ini berasal dari pigmen atau zat pemberi warna yang disebut bilirubin.

    3. Pengaruh dari antibiotik dan obat tertentu

    Fungsi antibiotik adalah menghentikan perkembangan bakteri. Hal ini ternyata tidak hanya berlaku pada bakteri jahat, melainkan juga bakteri baik yang ada di usus.

    Itu sebabnya, populasi bakteri yang memberikan warna cokelat pada usus pun berkurang.

    Selain antibiotik, ada obat dan suplemen yang dapat membuat kerusakan pigmen yang menyebabkan feses berwarna hijau, antara lain: 

    • indomethasin, obat anti-inflamasi nonsteroid untuk mengurangi rasa sakit,
    • suplemen zat besi, serta
    • medroxyprogesterone (obat untuk kontrasepsi). 

    4. Diare

    Salah satu gangguan pencernaan yang sering ditandai dengan kotoran BAB hijau yaitu penyakit diare

    Warna feses bisa berbeda dari biasanya karena sistem pencernaan tidak memiliki waktu yang cukup ketika mengolah makanan yang masuk. Hal ini dapat terjadi bila Anda mengalami diare. 

    Begini, usus bisa terlalu cepat mendorong makanan, hingga melewati saluran pencernaan begitu saja. Saking cepatnya, bakteri tidak memiliki waktu untuk menambah warna yang khas pada feses

    Selain itu, penggunaan obat pencahar berlebihan terkadang membuat warna feses menjadi hijau. 

    5. Penyakit Crohn

    Penyakit Crohn merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan di saluran pencernaan.

    Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada seluruh bagian sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga anus.

    Bila Anda mengalami penyakit Crohn, cairan empedu dapat bergerak melalui usus terlalu cepat, sehingga feses berwarna hijau. 

    6. Penyakit celiac

    Bila Anda menderita penyakit celiac, yaitu intoleransi terhadap gluten, gejala yang dialami biasanya berkaitan dengan gangguan pencernaan.

    Beberapa gejala penyakit intoleransi gluten yang paling umum adalah perut kembung, diare, dan sakit perut. 

    Orang dengan penyakit celiac yang mengalami diare biasanya BAB dengan kotoran berwarna hijau. 

    7. Parasit, virus, dan bakteri

    Kotoran BAB warna hijau juga bisa menandakan adanya infeksi parasit, virus, atau bakteri di pencernaan.

    Pasalnya, mikroba atau patogen tertentu ternyata dapat mempercepat kerja usus yang berdampak pada warna BAB.

    Jenis mikroba yang dapat menyebabkan usus bekerja lebih cepat meliputi: 

    Bagaimana bila feses berwarna hijau terjadi pada bayi? 

    Feses berwarna hijau bukan hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan juga pada bayi. BAB hijau pada bayi memang sering dijumpai, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. 

    Mengutip Mayo Clinic, ada banyak faktor yang memicu perubahan warna feses pada bayi menjadi hijau, di antaranya: 

    • bayi hanya menyusui pada satu bagian, 
    • formula protein hidrolisat yang digunakan pada bayi dengan alergi susu, 
    • kekurangan bakteri usus normal, serta
    • diare. 

    Bila bayi atau anak Anda mengeluarkan feses warna hijau selama berhari-hari, sebaiknya periksakan diri ke dokter. 

    BAB berwarna hijau umumnya adalah hal yang normal terjadi, sehingga Anda tidak perlu merasa khawatir jika mengalaminya

    Namun, jika feses berwarna hijau merupakan tanda dari penyakit seperti diare. Dokter biasanya akan meresepkan obat diare seperti bismuth subsalicylate untuk menghentikan gejalanya.

    Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 05/02/2024

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan