backup og meta

Apakah Aman Kalau Makanan Hewan Dimakan Manusia?

Apakah Aman Kalau Makanan Hewan Dimakan Manusia?

Bagi Anda yang punya binatang peliharaan di rumah, pernahkah Anda tergoda untuk mencicipi makanan hewan? Tenang, Anda bukan satu-satunya orang yang pernah bertanya-tanya apa jadinya kalau manusia makan makanan hewan. Pada kenyataannya, sudah banyak orang yang mencicipi makanan anjing, kucing, atau ikan peliharaannya. Lalu, apa yang terjadi setelah manusia makan makanan hewan? Simak informasi berikut ini untuk mencari tahu.

Makanan hewan terbuat dari apa?

Pada dasarnya, apa yang dimakan oleh hewan hampir sama dengan apa yang dimakan manusia pada umumnya. Pasalnya, manusia adalah spesies pemakan segala (omnivora). Akan tetapi, ada beberapa jenis bahan pangan yang memang tidak sesuai untuk manusia namun sering dikonsumsi oleh hewan. Di antaranya adalah tulang, cacing, darah, zat ash, asam taurin, atau bagian jeroan hewan ternak.

Bahan-bahan tersebut akan dihancurkan dan kemudian diproses hingga menyatu. Supaya daya simpannya lebih lama, makanan hewan tersebut akan dikeringkan sehingga bentuknya menyerupai biskuit atau camilan untuk manusia.

Namun, makanan hewan mungkin dibuat dari bahan-bahan atau zat tambahan lain yang tidak tercantum di sini. Pasalnya, makanan hewan tidak diatur dan diawasi oleh badan tertentu layaknya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk makanan manusia.

Apa yang akan terjadi kalau manusia makan makanan hewan?

Jika Anda nekat mencoba makanan hewan satu suap saja, Anda mungkin tak akan merasakan efek apa pun. Menurut Dawn Jackson Blatner, seorang ahli gizi yang tergabung dalam American Dietetic Association, ini karena tubuh manusia sebenarnya sudah punya sistem yang memadai untuk membuang racun atau zat berbahaya yang dikonsumsi. Organ hati, ginjal, dan kulit bisa mengeluarkan segala zat asing yang strukturnya tidak dikenali tubuh.

Lagipula struktur makanan hewan dan makanan manusia sehari-hari tidak jauh berbeda. Oleh sebab itu, kalau pun Anda atau anak Anda menelan makanan hewan, tubuh tidak akan serta-merta keracunan. Akan tetapi, makan makanan hewan dalam porsi besar atau jangka waktu yang panjang dapat memicu diare atau muntah-muntah karena tubuh berusaha mengeluarkan zat asing yang tak bisa dicerna manusia. 

Perlu diingat juga, makanan hewan tidak akan bisa menggantikan kebutuhan gizi manusia. Maka, para tenaga kesehatan tetap tidak menganjurkan Anda untuk mengonsumsi makanan hewan.

Risiko makan makanan hewan

Bukan berarti makanan hewan aman sepenuhnya bagi konsumsi manusia. Pasalnya, Anda mungkin mengidap alergi terhadap bahan-bahan atau zat kimia tertentu pada makanan hewan. Sebagian orang diketahui alergi terhadap cacing yang digunakan sebagai bahan utama pelet ikan. Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala alergi setelah makan makanan hewan, segera hubungi dokter atau layanan kesehatan terdekat.

Di samping risiko alergi, makanan hewan juga mungkin diolah dengan cara yang tidak higienis. Misalnya mengolah makanan hewan menggunakan air yang terkontaminasi racun arsenik. Sering mengonsumsi pakan hewan pun bisa meningkatkan risiko Anda mengalami keracunan atau bahkan kanker.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Will Eating Pet Food Kill Me? http://www.livescience.com/32515-will-eating-pet-food-kill-me.html Diakses pada 8 Maret 2017.

Can People Safely Eat Cat Food? http://www.popsci.com/scitech/article/2009-02/can-people-safely-eat-cat-food-0 Diakses pada 8 Maret 2017.

Serena Williams Shows Why You Should Not Eat Dog Food. https://www.forbes.com/sites/brucelee/2016/05/13/serena-williams-shows-why-you-should-not-eat-dog-food/2/#671541ae141a Diakses pada 8 Maret 2017.  

Food for Chickens, Poison for Man. http://scienceline.org/2006/09/env-wenner-arsenic/ Diakses pada 8 Maret 2017.

Versi Terbaru

06/07/2021

Ditulis oleh Irene Anindyaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Satya Setiadi

Diperbarui oleh: dr. Satya Setiadi


Artikel Terkait

Menyesuaikan Kebutuhan Gizi yang Berubah Seiring Usia

Makanan Fungsional, Asupan untuk Cegah dan Pulihkan Penyakit


Ditinjau secara medis oleh

dr. Satya Setiadi

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 06/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan