backup og meta

7 Fakta tentang Hormon Kortisol dan Fungsinya

7 Fakta tentang Hormon Kortisol dan Fungsinya

Selama ini, kortisol identik sebagai hormon stres sehingga keberadaannya kerap diartikan sebagai hal yang negatif. Padahal, seperti jenis hormon lainnya, kortisol memiliki peranan penting dalam tubuh Anda.

Kekurangan atau kelebihan kortisol justru bisa menandakan masalah kesehatan tertentu. Apa itu hormon kortisol dan apa fungsi hormon ini bagi tubuh? Temukan jawabannya melalui uraian ini.

Fakta-fakta tentang hormon kortisol

Supaya Anda bisa lebih memahami peran kortisol di dalam tubuh, kenali berbagai faktanya berikut ini.

1. Bukan hormon penyebab stres

stress language

Kortisol adalah hormon yang diproduksi kelenjar adrenal ketika Anda merasa stres atau menghadapi situasi yang mengancam. Bersama hormon adrenalin, kortisol akan menciptakan respons fight-or-flight.

Itu artinya, kortisol bukanlah hormon penyebab stres, tetapi justru yang mengendalikannya. Hormon ini juga bertugas memicu pelepasan glukosa untuk menyediakan energi tambahan saat Anda stres.

2. Menghitung kadar kortisol normal

Kadar kortisol dapat diukur menggunakan tes atau pemeriksaan darah. Mengutip laman University of Rochester Medical Center, berikut adalah kisaran kadar kortisol normal dalam tubuh.

  • Pukul 6–8 pagi: 10–20 mikrogram per desiliter (mcg/dL), jumlahnya akan berkurang sepanjang hari.
  • Sekitar pukul 4 sore: 3–10 mcg/dL.

Jika kadar kortisol Anda berada di atas atau di bawah kisaran normal, dokter mungkin menyarankankan pemeriksaan tambahan.

Pemeriksaan juga dibutuhkan demi menentukan cara untuk menurunkan kortisol atau meningkatkannya.

3. Punya fungsi yang beragam

Hampir setiap sel di dalam tubuh mengandung reseptor untuk hormon kortisol. Artinya, hormon ini bisa memiliki fungsi yang berbeda, tergantung jenis sel mana yang dipengaruhinya.

Selain mengendalikan stres, berikut fungsi hormon kortisol yang tidak kalah penting.

  • Menekan peradangan dalam tubuh.
  • Menyesuaikan tekanan darah dengan kondisi tubuh.
  • Mengatur laju metabolisme tubuh.
  • Membantu mengendalikan ritme sirkadian atau siklus tidur-bangun.

Supaya bisa berfungsi dengan baik, kadar kortisol perlu dijaga dalam kisaran normal.

4. Kadar kortisol tertinggi ada pada pagi hari

Pagi hari tepat sebelum bangun tidur adalah waktu ketika kortisol berada dalam kadar tertinggi.

Jumlah hormon ini akan menurun seiring Anda beraktivitas dan berada dalam level terendah saat menjelang tidur.

Namun, hal sebaliknya bisa terjadi pada orang yang memiliki rutinitas bekerja pada malam hari dan tidur pada pagi hari.

Karena jenis hormon ini memegang kendali terhadap ritme sirkadian, rutinitas kerja yang demikian dapat mengganggu siklus tidur Anda.

5. Kadar kortisol bisa dipicu penyakit tertentu

Peningkatan hormon kortisol karena stres hanya akan terjadi sementara dan menurun seiring dengan menghilangnya pemicu stres.

Jika hasil pemeriksaan Anda menunjukkan kadar kortisol yang selalu tinggi, dokter mungkin mendiagnosis Anda dengan sindrom Cushing.

Penyakit ini biasanya ditandai dengan peningkatan berat badan, tekanan darah, dan melemahnya tulang.

Sementara itu, kadar kortisol yang selalu rendah mungkin disebabkan oleh permasalahan pada kelenjar adrenal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, salah satunya penyakit Addison.

6. Produksinya dikendalikan oleh tiga kelenjar

hipopituitarisme adalah

Kortisol memang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Akan tetapi, hipotalamus dan kelenjar pituitari juga memiliki fungsi untuk mengendalikan jumlahnya dalam tubuh.

Ketika kadar kortisol menurun, hipotalamus akan melepaskan hormon pelepas kortikotropin (CRH). CRH lalu merangsang kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon adrenokortikotropik (ACTH).

ACTH itulah yang merangsang kelenjar adrenal untuk meningkatkan produksi kortisol sehingga kadarnya tetap seimbang.

7. Dapat menyebabkan peningkatan berat badan

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Obesity (2017) menunjukkan bahwa kadar kortisol yang terlalu tinggi bisa menyebabkan peningkatan berat badan.

Ini karena peningkatan kadar kortisol bisa meningkatkan tekanan darah dan produksi insulin. Dalam kondisi tersebut, Anda cenderung menginginkan makanan berlemak dan manis.

Jika terjadi terus-menerus, kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang bisa berujung pada obesitas dan masalah kesehatan lainnya.

Karena itulah, stres yang berlangsung terus-menerus bisa berakibat buruk pada kondisi kesehatan secara fisik.

Kesimpulan

  • Kortisol adalah hormon yang diproduksi kelenjar adrenal ketika Anda merasa stres atau menghadapi situasi yang mengancam.
  • Fungsi hormon kortisol yang lainnya adalah menekan peradangan, menjaga tekanan darah, hingga mengendalikan ritme sirkadian.
  • Kadar kortisol yang tinggi bisa menandakan sindrom Cushing, sedangkan kadar kortisol yang terlalu rendah bisa menandakan gangguan kelenjar adrenal.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cortisol: what is it and when to worry. (2024). Cedars Sinai. Retrieved 18 November 2024, from https://www.cedars-sinai.org/blog/what-is-cortisol.html

What is cortisol? The truth about this stress hormone. (2024). Houston Methodist Leading Medicine. Retrieved 18 November 2024, from https://www.houstonmethodist.org/blog/articles/2024/may/what-is-cortisol-the-truth-about-this-stress-hormone/

You and your hormones. (n.d.). You and Your Hormones. Retrieved 18 November 2024, from https://www.yourhormones.info/hormones/cortisol/

Cortisol: What it is, function, symptoms & levels. (n.d.). Cleveland Clinic. Retrieved 18 November 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22187-cortisol

Cortisol. (n.d.). You and Your Hormones. Retrieved 18 November 2024, from https://www.yourhormones.info/hAVormones/cortisol/

Cortisol (Blood) – Health encyclopedia – University of Rochester Medical Center. (n.d.). University of Rochester Medical Center | UR Medicine. Retrieved 18 November 2024, from https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx

Jackson, S. E., Kirschbaum, C., & Steptoe, A. (2017). Hair cortisol and adiposity in a population‐based sample of 2,527 men and women aged 54 to 87 years. Obesity25(3), 539-544. Retrieved 18 November 2024, from https://doi.org/10.1002/oby.21733

Balvinder, S., & Neelesh Kumar, M. (2024). The cortisol connection: Weight gain and stress hormones. Archives of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences8(1), 009-013. Retrieved 18 November 2024, from https://doi.org/10.29328/journal.apps.1001050

Versi Terbaru

29/11/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Gloria Permata Usodo

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Mengenal Adrenalin, Kortisol, Norepinefrin Sebagai Hormon Stres

9 Dampak Stres pada Kesehatan yang Jarang Disadari


Ditinjau secara medis oleh

dr. Gloria Permata Usodo

General Practitioner · Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Wijaya


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan