Perilaku kecanduan alkohol (alkoholisme) diketahui memiliki efek yang tidak baik ke sistem saraf dan cara kerja otak. Ya, konsumsi alkohol berkaitan dengan munculnya gejala kesulitan berpikir seperti linglung, pikiran tidak logis, dan tidak bisa mengambil keputusan. Dalam jangka panjang, efek alkohol juga bisa mengganggu kesehatan dan fungsi otak yang lebih serius.
Bagaimana alkohol dapat memberi efek ke sistem saraf otak manusia?
Meskipun alkohol dapat diterima secara sosial untuk dikonsumsi di sebagian besar dunia, tapi sering minum alkohol terbukti dapat memberikan efek yang merugikan ke fisik, mental, dan sistem saraf otak secara keseluruhan.
British Journal of Clinical Pharmacology mengungkapkan bahwa etanol (bahan kimia aktif dalam minuman beralkohol) memiliki efek toksik secara angsung pada saraf yang dapat membahayakan sel saraf dengan konsumsi alkohol berulang dan berlebihan.
Sebagai molekul kecil, alkohol dapat dengan mudah melintasi penghalang membran dan mencapai berbagai bagian tubuh dengan sangat cepat.
Alkohol dapat memberi efek ke beberapa bagian otak. Namun, secara umum efeknya akan langsung mengontraksi jaringan otak, menghancurkan sel-sel otak, serta menekan sistem saraf pusat.
Oleh karena itu, mengonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah serius dengan kognisi (kemampuan berpikir) dan memori pada otak.
Selain itu, alkohol bisa memengaruhi reseptor otak, mengganggu komunikasi antar sel saraf, dan menekan aktivitas jalur saraf rangsang.
Apa saja efek alkohol ke sistem saraf otak manusia?
Alkohol adalah zat yang bisa memengaruhi sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat sendiri berada di otak dan bertugas dalam menjalankan berbagai fungsi tubuh yang penting.
Maka dari itu, Anda tak bisa meremehkan efek alkohol pada otak. Lebih jelasnya, simak efek minum alkohol terhadap sistem saraf otak berikut ini.
1. Merubah susunan kimia otak
Efek relaksasi (menenangkan) yang ditimbulkan oleh alkohol terjadi akibat perubahan kimia pada otak.
Namun, ketika Anda minum alkohol dalam jumlah banyak dan dalam kadar yang tinggi, justru bisa memicu perilaku agresif.
Gangguan perilaku ini bisa terjadi karena tidak stabilnya neurotransmitter, yaitu zat kimia yang bertugas mengantarkan pesan antar saraf. Neurotransmitter bisa jadi kacau karena efek alkohol pada otak.
2. Meningkatkan risiko gangguan mood
Mengonsumsi alkohol dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan mental seseorang, suasana hati secara keseluruhan, dan fungsi kognitif harian karena dampaknya pada bahan kimia otak.
Mengutip American Addiction Centers, minum alkohol secara berlebihan hingga kecanduan dapat memperburuk gangguan kejiwaan komorbiditas yang sudah ada sebelumnya, seperti depresi dan kecemasan.
Depresi akibat sering minum alkohol menyebabkan otak sulit mengatur waktu untuk tidur dan keseimbangan energi tubuh.
3. Memicu psikosis dan perilaku berisiko
Otak normalnya memiliki mekanisme dan kemampuan untuk mencegah perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri. Namun, kemampuan ini bisa terganggu sebagai efek alkohol ke otak dan saraf.
Anda pun jadi tidak pikir panjang dan cenderung melakukan hal-hal yang berbahaya, seperti mengemudi ugal-ugalan atau berhubungan seks tanpa pengaman.
Jika sudah mabuk berat, Anda juga mungkin mulai mengalami gejala-gejala psikosis seperti bicara meracau dan berhalusinasi.
4. Kerusakan otak, khususnya bagian yang mengatur ingatan
Kebanyakan minum alkohol bisa menyebabkan otak berhenti memproses dan menyimpan informasi baru ke dalam ingatan. Itulah sebabnya setelah tersadar dari mabuk, Anda tidak dapat mengingat dengan baik.
Hal tersebut juga menunjukan bahwa sistem saraf ke otak telah mengalami kerusakan sebagai efek alkohol.
Bila ini sering terjadi, kerusakan sel otak akan menjadi lebih serius. Akibatnya Anda jadi tidak dapat mengingat dengan baik, meskipun sudah tidak minum alkohol lagi.
Efek alkohol pada otak berdasarkan seberapa sering Anda minum
Alkohol dapat memberi efek ke sistem saraf pusat dengan menurunkan kinerjanya untuk berpikir, menggerakan otot, dan kesulitan berbicara (disartria).
Namun, seberapa besar efek alkohol tentu saja berbeda-beda pada setiap orang.
Ini tergantung berapa banyak alkohol yang diminum dan seberapa sering Anda minum. Berikut ini adalah perbandingannya.
1. Minum alkohol sesekali saja
Anda mungkin hanya akan minum alkohol ketika ada acara atau pesta, tidak setiap hari atau setiap minggu.
Nah, jika Anda tergolong sebagai orang yang hanya sesekali minum alkohol, Anda mungkin hanya akan merasakan efek jangka pendek dari konsumsi alkohol.
Setelah minum, Anda mungkin jadi sulit berpikir dan agak lemas karena aktivitas otak menurun dan otot-otot melemas.
Bila Anda sudah merasa kliyengan, mual, atau tidak nyaman, jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin sampai Anda merasa lebih baik.
2. Minum alkohol setiap hari
Bila Anda minum segelas alkohol setiap hari, efek alkohol ke otak dan sistem saraf tubuh kemungkinan besar tidak jauh berbeda dengan minum alkohol sesekali saja.
Namun, Anda jadi lebih rentan terhadap depresi atau kalau Anda memang sudah didiagnosis dengan depresi, gejalanya bisa jadi bertambah parah.
3. Pemabuk
Seorang pemabuk biasanya minum alkohol bergelas-gelas atau bahkan beberapa botol dalam sehari dan kebiasaan ini sudah dilakukan dalam jangka waktu lama.
Gangguan otak pada pemabuk sudah bukan disebabkan oleh pola konsumsi ataupun ketergantungan alkohol, melainkan akibat kerusakan otak itu sendiri.
Pada pemabuk, kerap terjadi penurunan massa otak. Hal ini berdampak pada kerusakan beberapa bagian otak yang berperan dalam berbagai hal.
Hal tersebut meliputi proses berpikir, mengingat, memproses informasi, mengolah emosi, serta bagian otak lain yang berkaitan dengan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Bagi Anda yang masih gemar minum alkohol, sebaiknya pertimbangkan lagi untuk segera mengurangi atau bahkan menghilangkan kebiasaan buruk ini.
[embed-health-tool-bmi]