backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Sering Berenang? Waspada 5 Bahaya Kaporit di Kolam Renang

Ditinjau secara medis oleh dr. Satya Setiadi · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Tiara Putri · Tanggal diperbarui 06/07/2021

    Sering Berenang? Waspada 5 Bahaya Kaporit di Kolam Renang

    Berenang membuat Anda menggerakkan seluruh tubuh dan melawan arus air. Selain itu, berenang juga bagus untuk meningkatkan kerja dan fungsi jantung, membangun daya tahan, sambil tetap menghilangkan beberapa dampak stres dari tubuh Anda. Di sisi lain, air kolam renang mengandung tinggi kaporit. Kaporit bukan hanya dapat membuat kulit serta rambut kering, ada sejumlah bahaya kaporit bagi kesehatan tubuh. Apa saja?

    Apa fungsi kaporit dalam kolam renang?

    Kalsium hipoklorit atau lebih dikenal sebagai kaporit adalah salah satu jenis desinfektan yang biasa digunakan di air kolam renang. Kaporit umumnya berbentuk bubuk putih yang akan terpecah di dalam air menghasilkan oksigen dan gas klorin yang berbau menyengat.

    Fungsi kaporit pada air kolam renang tidak hanya untuk membunuh bakteri-bakteri patogen yang tersebar pada air kolam renang, tetapi juga untuk menjernihkan air kolam renang. Penggunaan kaporit pada kolam renang harus disesuaikan dengan konsentrasi yang dibutuhkan dan batas aman yang telah ditetapkan oleh badan regulasi.

    Konsentrasi kaporit yang kurang dapat menyebabkan bakteri patogen yang ada di kolam renang tidak terbabat habis sehingga bisa menyebabkan penyebaran penyakit menular. Sedangkan konsentrasi kaporit yang berlebihan akan menyebabkan bahaya bagi kesehatan karena gas klorin yang tersisa pada air kolam renang.

    Apa bahaya kaporit dalam air kolam renang?

    Kaporit yang ada dalam air kolam renang dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui beberapa bentuk dan cara, baik dalam bentuk gas klorin yang masuk melalui pernapasan, kontak langsung air kolam renang berkaporit dengan kulit atau mata, serta saat air kolam renang tidak sengaja tertelan oleh perenang. Gas klorin hasil reaksi kaporit dengan air kolam renang bersifat toksik. Jika tertelan, zat ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan-jaringan di dalam tubuh. Selain itu, gas klorin yang terhirup dalam konsentrasi yang tinggi bisa menyebabkan penyempitan saluran dan pembengkakan pada paru-paru.

    1. Iritasi mata

    Ketika bereaksi dengan zat-zat organik seperti urin dan keringat para perenang, klorin akan menghasilkan senyawa sejenis nitrogen triklorida. Senyawa nitrogen triklorida dapat menyebabkan iritasi pada membran-membran mucus (lendir), sehingga memicu iritasi mata. Lama kelamaan mata yang sering terkena air kolam renang yang mengandung senyawa hasil reaksi tersebut bisa mengalami masalah penglihatan lainnya seperti kornea yang berawan, iritis, retinitis, hingga terbentuknya katarak.

    2. Infeksi kulit

    Kaporit dapat menyebabkan iritasi kulit dan rasa terbakar pada kulit. Kontak dengan air kolam renang yang mengandung klorin berlebih akan menimbulkan ruam merah dan infeksi kulit. Selain itu, klorin yang bereaksi dengan materi organik akan menghasilkan zat-zat toksik yang merusak kulit. Anak-anak jauh lebih rentan mengalami efek buruk akibat toksin dari kaporit pada kolam renang.

    3. Gangguan sistem pernapasan

    Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem organ di dalam tubuh yang paling mudah terpapar oleh klorin dalam berbentuk gas di kolam renang. Fungsi klorin dalam kolam renang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada paru-paru seperti bronkitis dan exercise-induced bronchoconstriction (EIB) atau asma yang dipicu oleh olahraga.

    Penyakit asma yang dialami seseorang setelah berenang seringkali disebut dengan istilah swimmer’s asthma. Tidak jarang seseorang dengan penyakit asma juga akan mengalami kambuhan ketika berenang. Hal ini dicurigai sebagai akibat dari paparan gas klorin. Selain itu, senyawa klorin dalam kaporit juga dapat menyebabkan penyakit epiglottitis, yaitu pembengkakan dan inflamasi epiglottis yang mengganggu proses pernapasan. Penyakit-penyakit pernapasan akibat berenang cenderung lebih banyak terjadi pada seseorang yang berenang pada kolam renang indoor dengan sirkulasi udara yang buruk karena udara pada kolam renang indoor akan dipenuhi oleh gas klorin.

    4. Kerusakan dan perubahan warna gigi

    Reaksi kaporit dengan air kolam renang menghasilkan pH air kolam renang yang tinggi. Ketidaksetimbangan pH ini menyebabkan beberapa masalah pada gigi, seperti perubahan warna dan kerusakan gigi. Klorin merupakan salah satu senyawa yang dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi. Kondisi dimana perenang mengalami perubahan warna pada gigi bagian depannya dikenal sebagai swimmer’s calculus. Selain perubahan warna, pH yang tidak setimbang pada kolam renang juga menyebabkan enamel gigi menjadi lunak dan membuat gigi lebih rentan terhadap kerusakan serta membuat gigi lebih sensitif. Dalam jangka panjang, gas klorin dapat menyebabkan korosi pada gigi, sering disebut sebagai swimmer’s erosion.

    5. Masalah sistem pencernaan

    Saat tertelan, kaporit dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem pencernaan. Gangguan paling umum yang diderita seseorang sesaat setelah menelan air kolam renang adalah rasa terbakar di tenggorokan. Jika jumlah kaporit yang tertelan cukup banyak, maka bisa terjadi kerusakan pada jaringan-jaringan di dalam tubuh, terutama sepanjang jalur pencernaan. Selain itu, jika konsentrasi kaporit yang terkandung dalam air kolam renang melebihi batas aman, dapat menyebabkan kerusakan pada mulut, esophagus, dan lambung, yang dalam keadaan parah dapat menyebabkan pendarahan.

    Fungsi kaporit dalam kolam renang ternyata bisa menyebabkan berbagai masalah pada kesehatan. Bukan hanya pada bagian luar tubuh, tetapi juga gangguan pada organ dalam tubuh. Oleh karena itu, diperlukan beberapa perlindungan saat berenang, seperti menggunakan kacamata renang, sumbat hidung, serta harus berhati-hati dalam membuka mulut ketika berenang agar tidak menelan terlalu banyak air kolam renang.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Satya Setiadi

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Tiara Putri · Tanggal diperbarui 06/07/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan