Kumis kucing adalah tanaman yang memiliki bentuk daun seperti helai kumis kucing. Tanaman ini dikenal juga dengan nama cat whiskers atau java plant. Selain sebagai tanaman hias, tanaman kumis kucing biasa dijadikan obat herbal untuk berbagai penyakit.
Kandungan tanaman kumis kucing
Kumis kucing yang punya nama latin Orthosiphon aristatus ini banyak tumbuh di negara-negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Masyarakat Indonesia telah lama memercayai khasiat kumis kucing sebagai obat herbal. Salah satu manfaat kumis kucing yang paling terkenal adalah sebagai obat infeksi saluran kencing dan penyakit ginjal.
Khasiat yang terdapat pada tanaman herbal ini berasal dari kandungan senyawa kimia di dalamnya. Berikut kandungan senyawa di dalam tanaman kumis kucing.
- Polifenol: berperan sebagai antioksidan.
- Alkaloid: berfungsi untuk melawan infeksi dan mengontrol tekanan darah.
- Saponin: memiliki efek sebagai antimikroba serta mampu menghambat pertumbuhan jamur.
- Flavonoid: senyawa yang dapat membantu melawan kerusakan sel atau mengurangi peradangan.
- Sinensetin: berperan sebagai antioksidan dan antivirus.
- Asam rosmarin: senyawa triterpenoid yang dapat mengurangi peradangan.
- Asam klorogenat: memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi.
Manfaat kumis kucing untuk kesehatan
Kumis kucing kerap dijadikan sebagai obat herbal karena sifat antijamur dan antiradang yang dimilikinya.
Berikut beberapa manfaat tanaman kumis kucing untuk kesehatan.
1. Mengobati infeksi saluran kencing
Tanaman kumis kucing dikenal memiliki manfaat sebagai obat infeksi saluran kencing. Ini karena sifat antimikroba yang dapat membantu melawan infeksi pada saluran kemih (ISK).
Studi dalam jurnal Fitoterapia,memaparkan bahwa ekstrak daun kumis kucing dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab ISK, Uropathogenic escherichia coli, di kandung kemih.
2. Mengobati diabetes
Tanaman kumis kucing juga dianggap berkhasiat sebagai obat herbal untuk penderita diabetes.
Kandungan senyawa seperti flavonoid dan saponin yang terdapat di dalam tanaman ini dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Flavonoid berperan dalam menghambat kerja enzim alfa-amilase dan glukosidase, sehingga menggagalkan pemecahan karbohidrat dan glukosa pun tidak dapat diserap oleh usus.
Sementara itu, saponin bekerja dengan menghambat d-glucose cotransport system untuk mengurangi kadar glukosa dalam darah dan merangsang pelepasan insulin.
3. Mengatasi penyakit rematik
Kumis kucing juga dipercaya mampu mengobati penyakit rematik. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel atau jaringan tubuh yang sehat.
Kandungan senyawa flavonoid di dalam tanaman kumis kucing berpotensi menurunkan respons imun serta melindungi tulang.
Flavonoid memiliki sifat anti-inflamasi dan mampu mengurangi pembengkakan atau peradangan pada penderita rematik.
4. Mencegah asam urat
Selain mampu mengatasi penyakit rematik, tanaman obat ini mampu mencegah penyakit asam urat.
Sebuah studi dalam Jurnal Kesehatan Santika Meditory mengungkapkan daun kumis kucing dapat membantu menurunkan kadar asam urat di dalam darah.
Sifat antiradang tanaman herbal ini berperan dalam menghambat pembentukan asam urat dan mengeluarkannya melalui urine.
5. Menyembuhkan infeksi jamur
Manfaat kumis kucing lainnya adalah untuk mengatasi infeksi jamur. Hal ini karena tanaman obat ini memiliki komponen yang bersifat antijamur.
Dalam sebuah penelitian, ekstrak hidroalkohol yang terdapat di dalam tanaman kumis kucing dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
6. Mengatasi penyakit maag
Tanaman herbal satu ini juga berkhasiat untuk mengatasi penyakit maag atau tukak lambung.
Kandungan antioksidan pada kumis kucing diketahui dapat mengurangi pelepasan asam dalam lambung. Produksi asam yang meningkat bisa menyebabkan asam dari lambung naik dan mengikis kerongkongan.
Antioksidan juga membantu pembentukan mukosa lambung, lendir yang berfungsi melindungi dinding lambung sehingga tidak mudah teriritasi oleh asam.
Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaatnya karena saat ini uji coba masih dilakukan pada hewan.
7. Menurunkan tekanan darah
Hipertensi dapat terjadi karena peradangan pada pembuluh darah. Pembuluh darah yang meradang dapat menghambat peredaran darah ke organ tubuh lainnya.
Nah, tanaman kumis kucing memiliki kandungan anti-inflamasi yang dapat membantu untuk menghentikan peradangan pada pembuluh darah.
Selain itu, kandungan senyawa sinensetin di dalam tanaman ini dapat berperan sebagai obat diuretik bagi tubuh serta dapat berfungsi untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Cara pemakaian tanaman kumis kucing
Tanaman obat satu ini umumnya digunakan sebagai obat dalam bentuk suplemen herbal atau diolah menjadi air rebusan.
Jika Anda ingin menggunakan tanaman ini sebagai obat dalam bentuk suplemen, sebaiknya pilih produk yang telah teruji keamanannya.
Selain itu, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen kumis kucing sebagai pengobatan penyakit.
Bagi Anda yang ingin mengonsumsinya dalam bentuk air rebusan, Anda dapat menyiapkan sekitar 4 – 5 lembar daun kumis kucing.
Kemudian, cuci hingga bersih dan masukkan ke dalam air mendidih. Konsumsi air rebusan ini secara teratur.
Efek samping kumis kucing
Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk menentukan dosis obat herbal kumis kucing yang aman, beserta kemungkinan efek sampingnya.
Namun, bagi beberapa orang, mengonsumsi kumis kucing secara berlebihan dapat menimbulkan efek samping berupa pembengkakan (edema) serta darah rendah.
Selain itu, hentikan konsumsi tanaman herbal ini apabila Anda merasakan gejala alergi, seperti gatal-gatal, ruam hingga sesak napas.
Ibu hamil dan menyusui tidak disarankan untuk mengonsumsi kumis kucing. Belum banyak informasi mengenai risiko dan keamanan mengonsumsi kumis kucing bagi ibu hamil dan menyusui.
Kesimpulan
Kumis kucing memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas kumis kucing untuk mengobati berbagai penyakit pada manusia karena saat ini sebagian besar uji coba baru dilakukan pada hewan.
[embed-health-tool-bmi]