DK, seorang pria 37 tahun masuk rumah sakit untuk terapi

DK, seorang pria 37 tahun masuk rumah sakit untuk terapi pada infeksi meningesnya. Ia menyatakan bahwa tidak memiliki riwayat alergi.

Data klinik menunjukkan: TB 155 cm, BB 87,5 kg, LDL 163 mg/dL.

Mendapatkan obat-obat sebagai berikut:

Flukonazol infus

Glibenclamide

Setelah pemberian antiinfeksi, muncul bintik-bintik merah pada kulitnya. Beberapa saat kemudian pasien nampak gugup dan kesulitan bernafas, TD 132/88, RR 15.

Pertanyaan :

Dari kondisi pasien tersebut, adakah data pendukung yang Anda perlukan? Asumsikan datanya!

Terapi rasional bagaimana yang Anda rencanakan?


Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
9
2

2 komentar

Hai Sobat Sehat,

Terimakasih atas pertanyaannya


Pasien mengalami reaksi alergi serius terhadap obat infus yang baru diberikan, ditandai dengan bintik merah di kulit, sulit bernapas, dan gelisah, yang bisa berbahaya jika tidak segera ditangani. Untuk memastikan penyebab dan tingkat keparahannya, dokter biasanya akan memeriksa riwayat alergi, tanda vital, kadar oksigen, dan kadang tes darah sederhana. Penanganannya adalah menghentikan obat yang memicu alergi, memberikan obat penyelamat seperti epinefrin, antihistamin, dan obat antiinflamasi untuk menurunkan reaksi, serta memantau pasien dengan ketat di rumah sakit sampai kondisinya stabil. Setelah itu, dokter akan memilih obat pengganti untuk infeksi yang aman bagi pasien.


Semoga membantu

Salam, dr. Syifa

12 jam yang lalu
Suka
Balas
Berdasarkan kondisi pasien DK yang mengalami reaksi alergi setelah pemberian anti-infeksi untuk infeksi meninges, berikut adalah data pendukung yang diperlukan dan rencana terapi rasional:

Data Pendukung yang Diperlukan:

  1. Konfirmasi Diagnosis Infeksi Meninges: Perlu dipastikan jenis infeksi meninges yang diderita pasien (bakteri, virus, jamur, atau tuberkulosis) berdasarkan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) seperti kultur, PCR, dan analisis sel. Ini krusial karena Fluconazole adalah antijamur, sementara konteks menyebutkan meningitis tuberkulosis.
  2. Riwayat Alergi Lebih Detail: Meskipun pasien menyatakan tidak ada riwayat alergi, perlu digali lebih dalam mengenai reaksi terhadap obat-obatan lain di masa lalu atau alergi lain yang mungkin terlupakan.
  3. Daftar Obat Lengkap: Pastikan semua obat yang sedang atau baru saja dikonsumsi pasien, termasuk obat bebas atau suplemen, telah tercatat.
  4. Evaluasi Reaksi Alergi: Detail mengenai jenis ruam (urtikaria, angioedema), tingkat kesulitan bernapas (adanya stridor atau wheezing, saturasi oksigen), serta perubahan tekanan darah dan denyut jantung saat reaksi terjadi.
  5. Hasil Laboratorium Terbaru: Terutama fungsi ginjal dan hati, gula darah (mengingat penggunaan Glibenclamide), dan hitung jenis sel darah putih (terutama eosinofil). Rencana Terapi Rasional:
  6. Penanganan Reaksi Alergi Akut (Prioritas Utama):
  • Hentikan Fluconazole: Segera hentikan pemberian Fluconazole infus, karena ini adalah obat anti-infeksi yang baru diberikan dan paling mungkin memicu reaksi alergi.
  • Evaluasi ABC: Pastikan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien stabil. Berikan oksigen jika saturasi rendah atau ada kesulitan bernapas.
  • Epinefrin: Jika ada tanda-tanda anafilaksis (kesulitan bernapas berat, hipotensi, ruam menyeluruh), berikan Epinefrin intramuskular (IM).
  • Antihistamin dan Kortikosteroid: Berikan antihistamin (misalnya, difenhidramin IV) dan kortikosteroid (misalnya, metilprednisolon IV) untuk mengurangi reaksi alergi dan mencegah reaksi bifasik.
  • Pantau Ketat: Lakukan pemantauan ketat tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
  1. Re-evaluasi dan Penyesuaian Terapi Infeksi Meninges:
  • Berdasarkan konfirmasi diagnosis infeksi meninges:
  • Jika terbukti meningitis TB: Mulai regimen obat anti-TB (OAT) yang sesuai (misalnya, Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol) dan kortikosteroid.
  • Jika terbukti meningitis jamur: Pilih agen antijamur alternatif yang tidak memicu alergi (misalnya, Amfoterisin B, Vorikonazol), dengan mempertimbangkan profil efek samping dan fungsi organ pasien.
  • Jika terbukti meningitis bakteri: Sesuaikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan sensititivitas.
  • Identifikasi pasti obat penyebab alergi untuk menghindari pemberian di masa mendatang.
  1. Manajemen Komorbiditas:
  • Lanjutkan atau sesuaikan terapi Glibenclamide untuk diabetes, pantau kadar gula darah, terutama jika kortikosteroid diberikan.
  • Pertimbangkan penanganan jangka panjang untuk obesitas dan dislipidemia (LDL tinggi) setelah kondisi akut teratasi.
4 hari yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan