Meremehkan rasa sakit dan trauma orang lain
Dulu saya masih sering membandingkan trauma yang dimiliki orang lain dengan pengalaman yang pernah saya alami. Salah seorang teman saya lahir di keluarga berada dengan bapak dan ibu yang lengkap. Bagi saya semua tampak baik-baik saja. Suatu ketika dia bercerita bahwa dia pergi ke psikiater karena terlalu banyak masalah di keluarga. Mulanya saya meremehkan dan sangsi, emang dia punya masalah apa di keluarga. Dia tak seperti saya yang ditinggal mati bapak dan ditinggal pergi ibu. Dia juga tidak miskin seperti saya. Tapi saya menahan diri untuk tidak terburu menghakimi kondisi mentalnya. Setelah setahun menjalani pengobatan ke psikiater, dia akhirnya bercerita bahwa dia tidak merasa ada kehadiran ayah sejak kecil, dia merasa terbebani karena terus dibanding-bandingkan dengan kakak laki-lakinya, dia juga terus merasa dirinya harus lebih unggul dan menjadi kebanggan orang tua. Beban bertumpuk sejak kecil hingga usia dewasa ini lah yang kemudian membuatnya lelah. Dia telah berjuang membuk
... Lihat Lainnya


































