Henti jantung dadakan bisa terjadi pada kondisi berdesakan dalam kerumunan yang membuat terhimpit dan tidak bisa bernapas dengan baik. Hal ini membuat kadar oksigen dalam tubuh menurun dan memicu henti jantung mendadak. Henti jantung juga bisa terjadi saat seseorang melakukan olahraga intensitas berat, baik itu olahraga seperti latihan di gym, lari, bersepeda, berenang, bermain bola basket, ataupun menari.

Saat jantung berhenti, kurangnya suplai darah dengan oksigen dapat menyebabkan kerusakan otak. Akibatnya, kematian atau kerusakan otak permanen dapat terjadi dalam 4-6 menit. Inilah mengapa henti jantung menjadi salah satu penyebab kematian mendadak di usia muda.

Apa yang membuat seseorang mengalami henti jantung? Bagaimana pencegahan dan pertolongan pertama yang harus diberikan?

Ikut diskusinya dalam IG Live "Risiko Terkena Henti Jantung Di Usia Muda" bersama dokter spesialis jantung Rumah Sakit EMC Cikarang, dr. Mailani Karina

Hasil Survey Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) menunjukkan, 2,45 juta remaja Indonesia mengalami gangguan jiwa selama 12 bulan terakhir.

Penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2021, di mana tim melakukan wawancara pada 5664 remaja Indonesia berusia antara 10-17 tahun.

Hasilnya, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

"Hanya 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir," ucap prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, peneliti utama I-NAMHS.

Gangguan mental bukan hal sepele dan orangtua harus peka dengan tandanya. Berikut ciri-ciri gangguan mental yang bisa orangtua deteksi sejak dini

1. Perubahan