backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

5 Kondisi yang Bikin Wanita Sebaiknya Stop Dulu Berhubungan Seks

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 21/04/2021

    5 Kondisi yang Bikin Wanita Sebaiknya Stop Dulu Berhubungan Seks

    Pantang berhubungan seks bisa dilakukan karena beberapa alasan. Misalnya ketika sedang menjalankan ibadah tertentu, kalau Anda sedang mencegah kehamilan, atau karena berbagai macam alasan pribadi. Akan tetapi, ternyata ada juga beberapa alasan medis yang mengharuskan wanita untuk menahan diri dulu dari seks. Apa saja kondisi medis tersebut? Simak penjelasannya berikut ini, ya.

    Kapan wanita perlu pantang berhubungan seks?

    Seks memang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan bagi wanita, misalnya meredakan sakit kepala dan mengurangi nyeri haid. Akan tetapi, seks juga bisa berisiko tinggi kalau Anda sedang mengalami kondisi medis tertentu. Para pakar kesehatan seksual mengimbau Anda untuk pantang berhubungan seks dulu kalau Anda memiliki lima kondisi berikut ini.

    1. Setelah operasi

    Dokter biasanya akan menganjurkan Anda untuk pantang berhubungan seks setelah Anda menjalani operasi di daerah panggul, rahim, atau perut. Misalnya operasi caesar, operasi usus buntu, histerektomi (angkat rahim), atau tubektomi (KB steril). Biasanya dalam beberapa minggu tubuh Anda masih dalam tahap pemulihan dari operasi-operasi tersebut. Berhubungan seks setelah operasi berisiko menyebabkan cedera atau infeksi yang bisa menghambat proses pemulihan.

    2. Infeksi saluran kencing

    Kalau Anda sedang dalam pengobatan untuk infeksi saluran kencing, sebaiknya memang pantang berhubungan seks dulu. Pasalnya, seks bisa memperparah infeksi bakteri ini. Anda bisa kembali bercinta seperti biasa setelah selesai menjalani pengobatan dengan antibiotik resep dokter. Umumnya pengobatan ini memakan waktu selama kira-kira lima hingga tujuh hari. Setelah bercinta, jangan lupa buang air kecil dulu, ya! Ini supaya Anda bisa mencegah bakteri di area vagina pindah ke saluran kencing.

    3. Infeksi bakteri vagina

    Infeksi bakteri vagina disebabkan oleh kacaunya koloni bakteri di area vagina. Seharusnya pada vagina terdapat jumlah bakteri baik dan jahat yang seimbang. Namun, kalau jumlah bakteri jahat di vagina lebih banyak, Anda berisiko mengalami infeksi.

    Supaya infeksi bakteri ini cepat sembuh, hindari berhubungan intim dulu. Seks berisiko mengakibatkan jumlah bakteri di organ intim wanita jadi tidak seimbang. Selain itu, infeksi ini juga biasanya ditandai dengan rasa sakit dan bau vagina tak sedap. Hal ini tentu membuat Anda tak nyaman ketika berhubungan seks.

    4. Infeksi ragi vagina

    Mirip dengan infeksi bakteri vagina, infeksi ragi bisa menyebabkan peradangan pada jaringan-jaringan di area intim wanita. Seks bisa memperparah peradangan ini akibat gesekan atau tekanan pada vagina. Maka, sebaiknya tunggu dulu sampai pengobatan Anda selesai dan infeksi Anda sembuh sebelum berhubungan intim bersama pasangan.

    5. Penyakit kelamin

    Bukan berarti orang yang punya penyakit menular seksual atau penyakit kelamin sama sekali tidak bisa berhubungan seks. Namun, hati-hati ketika sedang ada bentol-bentol nanah (outbreak) di vagina bagi Anda yang mengidap herpes genital. Saat outbreak ini risiko penularan herpes sedang tinggi-tingginya. Supaya aman, Anda bisa pantang bercinta dulu sampai outbreak mereda.

    Akan tetapi, jika Anda dan pasangan tak keberatan bercinta saat outbreak dan Anda melakukan seks aman, Anda boleh saja berhubungan seks seperti biasa.

    Yang bisa dilakukan dalam masa pemulihan

    Pantang berhubungan seks bukan berarti Anda dan pasangan tak bisa bermesraan layaknya pasangan lain. Untuk menjaga keintiman, Anda dan pasangan bisa bercumbu dan cuddling (berpelukan) sambil mengobrol atau melakukan hal-hal romantis lainnya. Anda juga bisa saling memijat untuk memanjakan pasangan.  

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Irene Anindyaputri · Tanggal diperbarui 21/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan