Orangtua bisa menenangkan anak dengan nada bicara yang tenang tetapi tegas. Tanyakan kepada anak Anda tentang hal yang membuatnya menangis.
Sekonyol apa pun alasannya, tetap dengarkan sampai ia selesai bercerita.
Ayah dan ibu juga bisa mengulang dengan pertanyaan seperti, “Jadi, kamu sedih karena teman nggak mau minjemin mainan?”
Hal ini penting agar anak merasa Anda benar-benar memperhatikannya. Yakinkan pada anak bahwa menangis adalah hal yang wajar dan semua orang melakukannya.
Setelah itu, peluk anak dan usap lembut kepalanya agar suasana hati anak menjadi sedikit lebih baik.
2. Perhatian tangisan anak
Alih-alih tidak melarang anak menangis, perhatikan juga perhatian yang Anda berikan pada si Kecil.
Mengutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), ada dua jenis perhatian, positif dan negatif.
Perhatian positif adalah ketika Anda memberi perhatian pada sikap anak yang menyenangkan.
Sementara itu, perhatian negatif adalah saat orangtua memerhatikan anak ketika ia melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai.
Ambil contoh, anak sedang bermain balok susun dan membuat rumah atau gedung tinggi, lalu Anda memberikan perhatian dengan pujian, seperti “wah, gedungnya tinggi sekali!” Ini adalah perhatian positif pada anak.
Sementara itu, contoh perhatian negatif adalah saat anak bermain balok susun dan mengacak-acak atau melempar balok, Anda merespons “Jangan lempar-lempar, nanti kena kepala!”
Alasannya, Anda baru bereaksi pada sesuatu yang menyebalkan dan mengabaikan saat anak melakukan yang menyenangkan.
Tentu ini akan berdampak pada psikologis anak. Anak akan berpikir bahwa ia baru mendapat perhatian dengan tangisan dan merengek.
Takutnya, anak jadi terbiasa merengek dan menangis agar mendapat perhatian orangtua tentu tidak baik untuk anak pada kemudian hari.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar