Sebagian besar orang akan menyalurkan hasrat seksualnya dengan melakukannya bersama pasangan atau memuaskannya secara mandiri. Namun, bagi seseorang dengan voyeurisme, kepuasan seksual hanya bisa didapatkan dengan mengintip orang lain yang telanjang atau sedang berhubungan intim.
Jika dibiarkan, kondisi tersebut bisa berakibat buruk bagi orang yang mengalaminya serta orang di sekitarnya. Lantas, bagaimana kondisi tersebut sebaiknya diatasi? Simak uraian berikut untuk jawabannya.
Apa itu voyeurisme?
Voyeurisme adalah jenis penyimpangan seksual yang membuat seseorang merasa bergairah saat mengintip orang lain yang sedang membuka baju, telanjang, mandi, atau berhubungan intim.
Penyimpangan seksual ini akan membuat seseorang memiliki dorongan berulang yang tidak terkendali untuk mengintip orang lain demi memuaskan hasrat seksualnya.
Menurut laman Connecticut Alliance to End Sexual Violence, orang dengan voyeurisme mungkin sampai memasang alat perekam tersembunyi demi memenuhi keinginannya.
Jika hasratnya tidak terpenuhi, pemilik penyimpangan seksual ini akan merasa stres hingga gangguan pada aktivitas sehari-hari. Karena itulah, voyeurisme perlu diatasi.
Belum lagi, orang yang menjadi korban akan merasa terganggu dan mungkin mengalami trauma. Seseorang dengan voyeurisme juga berisiko besar berurusan dengan hukum dan ditindak secara pidana.
Ciri-ciri voyeurisme
Seseorang yang tidak sengaja melihat orang lain telanjang atau berhubungan intim tidak bisa disebut memiliki voyeurisme.
Pasalnya, penyimpangan seksual adalah sesuatu yang dilakukan dengan kesadaran penuh dan disengaja. Berikut adalah ciri-ciri voyeurisme.
- Memiliki dorongan besar untuk mengintip orang yang sedang buka baju, telanjang, atau berhubungan intim.
- Masturbasi atau berfantasi seksual sambil mengintip orang lain.
- Merasa stres karena tidak bisa mengintip sehingga produktivitas harian terganggu.
- Merasa gelisah ketika ada orang lain yang mencegah upayanya untuk mengintip.
- Suka mengambil gambar atau video orang tanpa persetujuan.
- Mengalami penurunan gairah seksual jika tidak mengintip orang lain.
Seseorang dapat dikatakan memiliki voyeurisme jika mengalami kondi di atas setidaknya selama enam bulan.
Penyebab dan faktor risiko voyeurisme
Sampai saat ini, penyebab voyeurisme belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, berikut adalah beberapa faktor yang berkaitan dengan penyimpangan seksual.
- Tingginya paparan konten seksual dalam kehidupan sehari-hari.
- Riwayat kekerasan seksual.
- Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan terlarang.
- Hiperseksualitas.
- Ketidakseimbangan neurotransmiter tertentu di dalam otak.
Diagnosis voyeurisme
Sebagai langkah pertama dalam menegakkan diagnosis, psikolog akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan klien, riwayat kesehatannya, dan pengalaman seksualnya.
Pada beberapa level, keinginan untuk melihat orang lain telanjang sebenarnya merupakan hal yang wajar. Kondisi ini akan menjadi penyimpangan seksual jika memenuhi kriteria berikut.
- Stres karena tidak bisa mengendalikan keinginan untuk mengintip.
- Merasakan gejala voyeurisme selama setidaknya enam bulan.
- Melakukan tindakan mengintip, merekam, atau mengambil gambar orang lain tanpa persetujuan.
Penanganan voyeurisme
Orang-orang dengan penyimpangan seksual voyeurisme membutuhkan penanganan medis untuk mengendalikan dorongan mengintip orang lain tanpa persetujuan.
Setiap orang mungkin mendapatkan perawatan yang berbeda sesuai kondisinya. Berikut adalah beberapa perawatan yang bisa diberikan.
1. Psikoterapi
Dengan psikoterapi, terapis akan membantu klien untuk memahami kondisi yang mungkin membuatnya mengalami voyeurisme.
Setelah itu, terapis akan mengajarkan klien untuk mengatasi pemikiran yang salah dan mengendalikan keinginannya untuk mengintip orang lain.
Klien juga akan diberikan solusi untuk mencari kepuasan seksual dengan cara lain yang tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
2. Obat-obatan
Jika dibutuhkan, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengendalikan gejala yang dirasakan. Berikut adalah beberapa obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengendalikan gejala penyimpangan seksual.
- Antidepresan untuk mengatasi kecemasan dan perilaku impulsif.
- Anti-androgen untuk mengurangi efek androgen, hormon yang menimbulkan dorongan seksual pada pria.
- Anticemas untuk mengatasi rasa gelisah yang muncul ketika keinginan mengintip tidak terpenuhi.
- Naltrekson untuk mengatasi ketergantungan pada alkohol atau opioid yang bisa memicu perilaku impulsif.
Di samping psikoterapi dan pemberian obat-obatan, orang dengan penyimpangan seksual perlu mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk mempermudah upayanya keluar dari penyimpangan seksual.
Jika memiliki keluarga atau teman dengan penyimpangan seksual, Anda bisa turut mendukung mereka untuk berkonsultasi ke dokter supaya mereka mendapatkan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Voyeurisme adalah penyimpangan seksual yang membuat seseorang merasa bergairah saat mengintip orang lain yang sedang buka baju, telanjang, mandi, atau berhubungan intim.
- Ciri-ciri kondisi ini adalah adanya dorongan besar mengintip orang lain saat sedang telanjang, gelisah saat tidak bisa mengintip sampai mengganggu produktivitas harian, hingga mengalami penurunan gairah seksual jika tidak mengintip orang lain.
- Penanganannya dapat dilakukan dengan psikoterapi atau pemberian obat-obatan yang disesuaikan dengan gejalanya.
[embed-health-tool-ovulation]