backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenal Swinger, Bertukar Pasangan Seks dengan Orang Lain

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 20/03/2023

Mengenal Swinger, Bertukar Pasangan Seks dengan Orang Lain

Tidak sedikit orang yang mendapatkan kepuasan saat berhubungan intim dengan pasangan lain. Praktik bertukar pasangan ini disebut sebagai swinging, sedangkan orang yang melakukannya disebut swinger.

Apa saja risiko kesehatan dari perilaku seksual ini? Berikut berbagai hal yang perlu Anda ketahui.

Apa itu swinger?

Swinger adalah istilah untuk menggambarkan orang atau pasangan yang saling menukar pasangan dengan tujuan untuk memperluas pengalaman seksual mereka.

Praktik tukar pasangan atau swinging ini biasanya dilakukan oleh pasangan yang telah menjalin hubungan cukup lama. Mereka juga memiliki hubungan yang relatif stabil dan terbuka.

Pasangan yang terlibat dalam kegiatan seksual ini akan mengeksplorasi hubungan seksual masing-masing bersama pasangan lain.

Dalam praktiknya, penting bagi Anda dan pasangan untuk berkomunikasi secara terbuka serta jujur mengenai preferensi dan batasan saat melakukan praktik tukar pasangan.

Aktivitas ini harus bersifat konsensual, artinya segala hal yang dilakukan di dalamnya telah disepakati oleh semua pihak yang terlibat.

Alasan melakukan praktik tukar pasangan

pengertian dominan dan submisif

Terdapat beragam alasan yang membuat seseorang atau pasangan terlibat dalam praktik tukar pasangan. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

  • Memperluas pengalaman saat berhubungan. Pasangan yang merasa bosan dengan kehidupan intim yang monoton akan mencari cara untuk menggali fantasi seksual yang baru, salah satunya dengan menjadi swinger.
  • Meningkatkan keintiman. Terlibat dalam aktivitas swinging dipercaya bisa memperkuat keintiman, kepercayaan, dan rasa saling memahami antara satu sama lain.
  • Memperoleh kepuasan seksual. Beberapa orang mungkin bergairah ketika melihat pasangannya berhubungan intim dengan orang lain. Praktik tukar pasangan bisa memenuhinya.

Risiko perilaku swinger untuk kesehatan

risiko seks swinger

Tukar pasangan atau swinging pada dasarnya termasuk perilaku seks berisiko. Berikut gambaran risiko kesehatan pada pasutri maupun individu yang menjadi swinger.

1. Penyakit menular seksual

Pelaku swinging mungkin sering terlibat dalam aktivitas seksual dengan pasangan baru. Bahkan, cinta satu malam ini erat kaitannya dengan hubungan seks tanpa pengaman.

Sering bergonta-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa pengaman tentu meningkatkan risiko infeksi menular seksual, seperti:

  • klamidia,
  • gonore (kencing nanah),
  • sifilis (penyakit raja singa),
  • herpes genital,
  • trikomoniasis, dan
  • infeksi HIV/AIDS.

2. Cedera fisik

Beberapa bentuk perilaku swinger, misalnya hubungan intim dalam kelompok besar, dapat meningkatkan risiko cedera fisik seperti lecet atau memar.

Hal ini berisiko terjadi bila Anda dan pasangan tidak memberitahukan keinginan dan batasan kepada orang lain saat melakukannya.

3. Gangguan emosional

Terlibat dalam aktivitas tukar pasangan atau swinging meningkatkan risiko ketidaksepakatan emosional dan konflik dengan pasangan.

Kondisi ini dapat terjadi bila salah satu atau kedua pasangan merasa tidak nyaman atau cemburu.

4. Stigma sosial

Beberapa orang mungkin menganggap perilaku swinger sebagai suatu hal yang tabu atau tidak sesuai dengan norma-norma sosial.

Orang-orang yang diduga terlibat dalam aktivitas intim ini kerap mendapatkan stigma sosial. Hal ini bisa memicu gangguan psikologis, seperti stres dan kecemasan.

Cara mengurangi risiko akibat aktivitas swinging

Seperti disebutkan sebelumnya, tukar pasangan bersifat konsensual. Pelaku swinger harus bisa saling menghormati privasi dan harga diri orang lain yang terlibat di dalamnya.

Untuk mengurangi dampak negatif akibat aktivitas seksual ini, berikut berbagai hal yang perlu diperhatikan.

1. Gunakan kondom

Penggunaan kondom bisa membantu mencegah penularan penyakit kelamin. Sama halnya saat seks threesome, Anda akan membutuhkan persediaan kondom lebih banyak dari biasanya.

Ini karena Anda wajib menggunakan kondom baru setiap kali akan berganti pasangan. Hal ini juga sebaiknya dilakukan tiap kali Anda beralih ke aktivitas seksual lain.

Agar tidak salah saat menggunakan kondom, Anda bisa mengakalinya dengan memakai warna kondom yang berbeda untuk masing-masing pasangan.

2. Skrining PMS secara rutin

Pasangan swinger harus memeriksakan kondisi kesehatan mereka secara rutin untuk memastikan tubuhnya terbebas dari penyakit menular seksual (PMS).

Lakukanlah skrining PMS, baik sebelum maupun sesudah berhubungan dengan pasangan lain.

Penting juga untuk mengetahui riwayat kesehatan dari pasangan lain. Hal ini tentu bermanfaat untuk mencegah terjadinya infeksi selama berhubungan intim.

Jika mereka enggan menceritakan kondisi kesehatannya secara jujur dan terbuka, ada baiknya Anda dan pasangan mengurungkan niat untuk melakukan aktivitas ini.

3. Berbicara jujur dengan pasangan

Semua pihak yang terlibat dalam praktik tukar pasangan harus berbicara secara terbuka dan jujur mengenai keinginan, harapan, dan batasan mereka.

Hal ini bertujuan untuk mencegah konflik dan ketidaksepakatan yang dapat timbul setelahnya.

Perilaku swinger harus dilakukan berdasarkan persetujuan seksual (sexual consent). Ini untuk memastikan bahwa semua pihak sudah saling setuju dengan apa yang akan dilakukan.

Hubungan intim yang dilakukan tanpa ada kata sepakat dan dengan keterpaksaan merupakan suatu bentuk kekerasan seksual.

Kesimpulan

  • Swinger adalah orang atau pasangan yang terlibat dalam praktik tukar pasangan.
  • Aktivitas seksual ini dilakukan untuk berbagai alasan, seperti mendapatkan kepuasan, meningkatkan keintiman, dan mengeksplorasi pengalaman baru.
  • Tukar pasangan termasuk perilaku seksual berisiko karena dapat memicu penularan penyakit kelamin hingga menimbulkan gangguan emosional.
  • Penting bagi Anda dan pasangan untuk mempertimbangkan baik-baik risiko aktivitas ini sebelum melakukannya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 20/03/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan