Pada fase 4, penularan virus antarmanusia yang berasal dari hewan telah terjadi dalam jangkauan yang lebih luas. Fase ini menandakan peningkatan risiko pandemi yang signifikan.
Bila suatu wilayah atau negara telah mengalami peristiwa ini, konsultasi dengan WHO harus segera dilakukan. Hal ini bertujuan agar situasi dapat dipantau dan pemangku kebijakan dapat membuat keputusan terkait pelaksanaan penanggulangan pandemi.
Fase 5 ditandai dengan penyebaran virus dari manusia ke manusia lainnya yang setidaknya telah terjadi pada dua negara di satu wilayah WHO.
Untuk sementara, sebagian besar negara lainnya tidak akan terpengaruh pada tahap ini. Namun, deklarasi fase 5 adalah sinyal kuat bahwa pandemi akan segera terjadi.
Maka, negara-negara lain diimbau untuk menyiapkan langkah-langkah guna mengurangi risiko pandemi.
Sementara itu, fase 6 menunjukkan bahwa pandemi global sedang berlangsung. Seperti halnya pandemi COVID-19 yang sedang terjadi, fase ini ditandai dengan wabah yang semakin meluas ke berbagai negara WHO.
Selama periode post-peak atau pascapuncak, aktivitas pandemi mungkin akan menurun. Meski demikian, masyarakat tetap perlu waspada akan adanya gelombang kedua.
Apakah penyakit pandemi bisa kembali menjadi endemi?

Status pandemi bisa saja berubah menjadi endemi. Lagi-lagi, perubahan status ini hanya bisa dilakukan oleh WHO dengan mempertimbangkan laju penularan dan angka positivity rate.
Salah satu penyakit yang sempat menjadi pandemi dan turun menjadi endemi yakni flu babi. Flu babi yang disebabkan oleh virus influenza H1N1 muncul pada 2009. Pada saat itu, penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Karena tidak ada seorang pun yang memiliki kekebalan terhadap virus ini, para ilmuwan pun mengembangkan vaksin untuk melawan flu babi dengan cepat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar