backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengetahui Perbedaan di Antara Pandemi dan Endemi

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 11/04/2022

    Mengetahui Perbedaan di Antara Pandemi dan Endemi

    Istilah pandemi dan endemi sudah sering terdengar setiap kali ada pemberitaan mengenai wabah penyakit, terutama setelah kemunculan COVID-19. Mungkin, beberapa orang mengira bahwa istilah tersebut mengacu kepada keparahan penyakit. Faktanya, istilah pandemi dan endemi digunakan untuk menggambarkan seberapa luas penyebaran penyakit telah terjadi. Lalu, apa perbedaan pandemi dan endemi?

    Perbedaan pandemi dan endemi

    Endemi merupakan wabah penyakit yang telah terjadi secara konsisten dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan, tetapi penyebarannya terbatas dan hanya terjadi pada suatu wilayah.

    Penyebaran endemi lebih mudah diprediksi. Biasanya, para ahli bisa memprediksi berapa jumlah kasus penyakit endemik yang akan muncul setiap tahunnya.

    Penyakit endemik juga cenderung terjadi sesuai dengan tingkat dasar yang telah diperkirakan. Beberapa penyakit yang masih menjadi endemik di Indonesia adalah demam berdarah, malaria, tuberkulosis, kusta, dan hepatitis.

    Sebenarnya, kejadian penyakit endemik tidak selalu tinggi. Bahkan, ada beberapa penyakit yang jumlah kasusnya sedikit. Meski demikian, penyakitnya akan selalu ada dan bisa ditemukan pada populasi yang tinggal di daerah tersebut.

    Terkadang, endemi dianggap sama dengan epidemi, padahal keduanya berbeda. Epidemi mengacu pada wabah penyakit yang aktif menyebar dalam satu populasi atau lebih.

    Kasus baru dari penyakit epidemi dapat meningkat dengan pesat melebihi perkiraan. Seringnya, istilah epidemi digunakan bila wabah penyakit mulai menyebar ke daerah yang lebih luas.

    Ketika penyakit epidemi sudah menyebar ke berbagai negara dan dampaknya telah memengaruhi kehidupan banyak orang, wabah penyakit bisa dianggap sebagai pandemi.

    Penyakit pandemik bersifat internasional dan telah melampaui wilayah endemi. Penularannya juga sulit dikendalikan dan bisa memberi dampak terhadap berbagai aspek dalam hidup, baik dari segi ekonomi maupun kegiatan sosial.

    Jadi, perbedaan antara pandemi dan endemi bukanlah soal keparahan atau penyebab penyakit, melainkan penyebaran serta seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari kejadiannya.

    Sering kali, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus seperti SARS atau COVID-19 menjadi jenis penyakit yang paling tinggi potensinya untuk berkembang menjadi pandemi.

    Bagaimana wabah penyakit bisa dinyatakan sebagai pandemi?

    perbedaan pandemi dan endemi

    Mengingat pandemi termasuk dalam situasi yang darurat, maka deklarasinya harus sudah melalui pemantauan dan mengikuti saran dari pakar kesehatan internasional.

    WHO sendiri membagi pandemi menjadi beberapa fase atau tahapan, diikuti dengan periode post-peak dan post-pandemic.

    Pada fase 1, virus baru terdeteksi bersirkulasi di antara hewan. Namun, tidak ada laporan bahwa virus bisa menyebabkan infeksi pada manusia.

    Kemudian, pada fase 2, virus yang menyebar di antara hewan diketahui berpotensi menginfeksi manusia. Pada tahap ini, virus dianggap sebagai potensi ancaman pandemi.

    Memasuki fase 3, virus dari hewan atau hewan-manusia telah menyebabkan kasus sporadis alias menjangkiti sekelompok kecil orang, tapi belum cukup banyak hingga bisa ditetapkan sebagai wabah di masyarakat.

    Penularan yang masih terbatas dari manusia ke manusia bisa terjadi dalam beberapa cara, misalnya ketika melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.

    Pada fase 4, penularan virus antarmanusia yang berasal dari hewan telah terjadi dalam jangkauan yang lebih luas. Fase ini menandakan peningkatan risiko pandemi yang signifikan.

    Bila suatu wilayah atau negara telah mengalami peristiwa ini, konsultasi dengan WHO harus segera dilakukan. Hal ini bertujuan agar situasi dapat dipantau dan pemangku kebijakan dapat membuat keputusan terkait pelaksanaan penanggulangan pandemi.

    Fase 5 ditandai dengan penyebaran virus dari manusia ke manusia lainnya yang setidaknya telah terjadi pada dua negara di satu wilayah WHO.

    Untuk sementara, sebagian besar negara lainnya tidak akan terpengaruh pada tahap ini. Namun, deklarasi fase 5 adalah sinyal kuat bahwa pandemi akan segera terjadi.

    Maka, negara-negara lain diimbau untuk menyiapkan langkah-langkah guna mengurangi risiko pandemi.

    Sementara itu, fase 6 menunjukkan bahwa pandemi global sedang berlangsung. Seperti halnya pandemi COVID-19 yang sedang terjadi, fase ini ditandai dengan wabah yang semakin meluas ke berbagai negara WHO.

    Selama periode post-peak atau pascapuncak, aktivitas pandemi mungkin akan menurun. Meski demikian, masyarakat tetap perlu waspada akan adanya gelombang kedua.

    Apakah penyakit pandemi bisa kembali menjadi endemi?

    pasien covid-19 dengan gejala happy hypoxia

    Status pandemi bisa saja berubah menjadi endemi. Lagi-lagi, perubahan status ini hanya bisa dilakukan oleh WHO dengan mempertimbangkan laju penularan dan angka positivity rate. 

    Salah satu penyakit yang sempat menjadi pandemi dan turun menjadi endemi yakni flu babi. Flu babi yang disebabkan oleh virus influenza H1N1 muncul pada 2009. Pada saat itu, penyakit ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.

    Karena tidak ada seorang pun yang memiliki kekebalan terhadap virus ini, para ilmuwan pun mengembangkan vaksin untuk melawan flu babi dengan cepat.

    Semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin, semakin menurunlah angka penularan flu babi. Alhasil, pada Agustus 2010, pandemi flu babi dinyatakan berakhir. Hanya saja, virusnya menjadi endemi dan penyakitnya dianggap sebagai flu musiman.

    Dengan merebaknya COVID-19 selama dua tahun terakhir, banyak yang bertanya-tanya apakah status pandemi COVID-19 akan berakhir seperti flu babi.

    Ditambah lagi, program vaksinasi COVID-19 yang tengah berlangsung diharapkan dapat membantu pembentukan herd immunity.

    Meski COVID-19 bisa menjadi endemi, belum ada yang bisa memastikan kapan hal ini akan terjadi.

    Prosesnya mungkin tak akan semudah pandemi flu babi terdahulu. Pasalnya, flu babi juga tidak semematikan COVID-19 sehingga banyak penyintas yang memiliki kekebalan alami.

    Yang pasti, virus COVID-19 tidak akan hilang sama sekali. Mungkin penyakit ini nantinya akan dianggap seperti flu, hanya saja risikonya tetap berbahaya bagi orang-orang dengan kondisi kronis dan sistem kekebalan yang lemah.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 11/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan