backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bolehkah Menikah dengan Sepupu? Ini 5 Risiko Kesehatannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 23/04/2023

Bolehkah Menikah dengan Sepupu? Ini 5 Risiko Kesehatannya

Pernikahan sedarah telah lama menjadi suatu hal yang kontroversial bagi masyarakat. Meski demikian, kenyataannya masih banyak orang di berbagai belahan dunia yang menikah dengan sepupu mereka sendiri.

Lantas, apakah benar menikahi sepupu memiliki risiko terhadap kesehatan nantinya? Cari tahu jawabannya pada ulasan berikut ini.

Apakah boleh menikah dengan sepupu?

vaksin sebelum menikah

Menikah dengan sepupu, atau dikenal dengan pernikahan sedarah, akan menggabungkan dua komponen genetik yang serupa dari ayah dan ibu.

Saat dua orang dengan hubungan sedarah menikah, keturunannya akan memiliki peluang lebih besar untuk menerima salinan alel (variasi dari suatu gen dalam kromosom) dari orang tuanya.

Sebaliknya, saat dua orang dari keluarga yang berbeda menikah, keturunannya akan menerima sifat genetik dari orang tua yang lebih bervariasi. Pasalnya, mereka tidak memiliki riwayat genetik yang sama.

Setiap alel memunculkan suatu karakteristik pada tubuh Anda, tapi ini tergantung pada apakah sifat gen tersebut dominan atau resesif. Sifat dominan akan dihasilkan saat keturunan hanya menerima satu salinan alel, sedangkan sifat resesif muncul jika ada dua salinan alel.

Suatu alel bisa memunculkan karakteristik fisik seperti rambut ikal dan warna kulit gelap hingga masalah kesehatan serius seperti fibrosis kistik, penyakit Huntington, kanker, dan bahkan cacat lahir.

Sifat tersebut bisa saja tidak muncul jika alel bersifat resesif. Namun, jika Anda melakukan pernikahan sedarah, dua alel resesif bisa bertemu sehingga muncullah sifat resesif yang tidak diinginkan, seperti penyakit keturunan atau kondisi kesehatan lainnya.

Jadi, apakah boleh menikah dengan sepupu? Hal ini sebaiknya dihindari, sebab homozigositas (kesamaan komponen genetik) keturunan akan meningkat sehingga sifat resesif yang disembunyikan bisa muncul.

Risiko menikah dengan sepupu

Penting untuk dicatat bahwa orang tua yang tidak memiliki hubungan darah juga berisiko memiliki bayi dengan penyakit keturunan atau lainnya, tetapi risiko menikah dengan sepupu jauh lebih tinggi.

Mengutip dari laman Bio News, pada keturunan dari pasangan tidak sedarah, risiko penyakit genetik termasuk masalah resesif diperkirakan sekitar 2–3 persen.

Sementara itu, kasusnya pada keturunan dari pernikahan dengan sepupu lebih tinggi dari itu. Ini karena mereka akan berbagi sekitar 12,5% materi genetik dan mungkin saja mewarisi mutasi yang sama dari garis keturunan yang sama.

Berikut risiko masalah kesehatan yang dapat muncul dalam pernikahan dengan sepupu.

1. Cacat lahir

Perkawinan dengan sepupu dapat menyebabkan anak terlahir dengan cacat fisik. Cacat lahir yang dialaminya bisa berupa hidrosefalus, polidaktili (jari tambahan di kaki atau tangan), hingga kelainan pada jantung atau langit-langit mulut.

Dr. Sadhana Ghaisas, seorang ahli genetika di SDG’s Genetic Centre, India, mengatakan bahwa perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko cacat lahir dari keturunannya akibat mutasi sel tunggal yang mungkin saja terjadi.

Hal yang sama juga diungkapkan dalam sebuah penelitian lama terbitan jurnal Annales de Genetiquie. Risiko cacat lahir meningkat lebih tajam pada orang yang menikah dengan sepupu daripada perkawinan tidak sedarah.

2. Gangguan mental

dampak gangguan pencernaan radang usus

Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang dengan perkawinan sedarah akan berisiko mewariskan gangguan bipolar kepada anak-anaknya, atau juga dikenal sebagai penyakit manik depresif.

Gangguan bipolar sendiri merupakan gangguan otak serius yang dapat memengaruhi suasana hati secara ekstrem, termasuk memunculkan tindak kekerasan.

Beberapa gangguan mental lain pun cenderung dialami oleh anak dengan orang tua yang sedarah, seperti depresi, gangguan mood, gangguan kecemasan, dan kondisi mental lainnya.

Ditambah lagi, berdasarkan sebuah penelitian tahun 2014 pada 408 anak di India, ditemukan kemampuan kognitif anak pada hasil pernikahan sedarah mengalami penurunan yang signifikan.

3. Penyakit resesif autosomal

Seperti penjelasan di atas, menikah dengan sepupu akan meningkatkan risiko gangguan resesif autosomal pada anak. Kondisi ini hanya muncul saat anak mendapatkan dua salinan gen dari orang tuanya.

Oleh karena orang tua Anda mempunyai dua salinan dari gen yang abnormal, kondisi ini membuat anak berisiko mengidap gangguan resesif autosomal. Wujudnya bisa berupa penyakit anemia sel sabit, fibrosis kistik, cystinuria, thalasemia, dan fibrosis hati.

Pada dasarnya, setiap gen yang Anda dapatkan pastinya akan berpasangan. Satu gen berasal dari ibu dan satu lagi dari ayah. Jika kedua gen orang tua Anda abnormal, inilah yang bisa menyebabkan masalah kesehatan terkait gen resesif.

Apabila Anda dilahirkan dari orang tua yang dua-duanya membawa gen resesif yang sama, artinya Anda memiliki peluang 1 dari 4 untuk mewarisi gen abnormal tersebut.

4. Penyakit menular

Salah satu risiko pernikahan sepupu dalam kesehatan yaitu kerentanan akan penyakit menular yang menjadi jauh lebih besar. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lyons dkk. dalam jurnal Biology Letters pada 2009.

Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa keturunan dari pasangan yang mempunyai hubungan dekat lebih rentan terhadap penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

5. Kematian bayi

Dua pasangan dengan garis keturunan yang sama akan meningkatkan risiko kematian bayi. Janin bisa saja meninggal pada minggu ke-20 hingga 28 kehamilan.

Salah satu studi lama dalam American Journal of Public Health juga menjelaskan bahwa risiko kematian bayi lebih tinggi dialami oleh anak-anak yang lahir dari hubungan persepupuan.

Dengan banyaknya risiko kesehatan yang dialami karena menikah dengan sepupu, tentu akan lebih baik untuk menghindari hal ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 23/04/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan