Belakangan ini, terapi hidrogen menjadi ramai dibicarakan lantaran diduga memiliki manfaat “menyembuhkan” berbagai penyakit. Namun, apa sebenarnya kegunaan hidrogen untuk medis serta apa saja potensi manfaatnya bagi kesehatan? Selisik penjelasan selengkapnya berikut ini.
Kegunaan hidrogen dalam terapi medis
Hidrogen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun yang mengikat unsur-unsur lain seperti oksigen, nitrogen, dan karbon.
Gas ini bisa membentuk berbagai senyawa, seperti gula dan air.
Nah, seperti yang kita tahu, molekul air terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen.
Sebagian orang percaya kalau tubuh tidak dapat secara efektif menyerap hidrogen dalam air biasa karena terikat dengan oksigen
Orang-orang menduga bahwa menambahkan hidrogen tambahan akan menghasilkan manfaat yang tidak dapat diberikan oleh air biasa.
Dalam dunia medis, terapi hidrogen sebenarnya masih belum secara umum digunakan sebagai pengobatan.
Meskipun begitu, ada beberapa terapi molekul hidrogen (H2) yang sudah diterapkan untuk pengobatan medis, antara lain:
- menghirup gas hidrogen,
- meminum air H2 (hydrogen water),
- mandi hidrogen,
- menyuntikkan H2-dissolved saline (larutan hidrogen),
- meneteskan larutan hidrogen ke mata, dan
- meningkatkan produksi H2 usus oleh bakteri.
Oleh karena itu, ada sebagian perusahaan mengenalkan teknologi yang bekerja sebagai inhalasi gas hidrogen. Alat ini disebut sebagai hydrogen fountain.
Namun, secara ilmiah dan medis apa manfaat dari hidrogen?
Berikut ini adalah sejumlah kegunaan hidrogen dalam terapi atau rehabilitasi medis.
1. Berpotensi mengobati cedera otak
Sebuah uji klinis dari Boston Children’s Hospital (2020) mencoba melihat keamanan gas hidrogen yang dihirup pada orang dewasa yang sehat sebagai terapi terhadap iskemia (kurangnya pasokan darah ke organ).
Peserta akan menghirup campuran gas yang mengandung gas hidrogen konsentrasi rendah di udara melalui kanula hidung aliran tinggi.
Uji klinis ini menunjukkan potensi dari kegunaan menghirup gas hidrogen sebagai pengobatan awal pasien stroke, serangan jantung, atau henti jantung.
Manfaat tersebut berpotensi dalam menurunkan risiko insiden cedera otak setelah iskemia.