Membakar sampah merupakan salah satu kebiasaan buruk masyarakat Indonesia. Cara ini dianggap jalan pintas untuk menyingkirkan tumpukan sampah yang menjadi sarang penyakit. Padahal, membakar sampah justru memunculkan masalah baru untuk kesehatan.
Bahan kimia berbahaya dalam asap pembakaran sampah
Dikutip dari situs Scientific American, sekitar 40% atau setara dengan 1,1 miliar ton sampah di dunia dibakar di tempat terbuka.
Saat Anda membakar sampah, berbagai bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya akan keluar dan menyebabkan polusi udara.
Bahan kimia dari asap pembakaran sampah itulah yang kini menjadi ancaman bagi kesehatan.
Menurut U.S. Environmental Protection Agency, karbon monoksida dan formaldehida (formalin) adalah dua zat utama hasil pembakaran yang paling banyak memicu penyakit pernapasan.
Christine Wiedinmyer, peneliti dari National Center for Atmospheric Research, juga menemukan bahwa sebanyak 29% asap hasil pembakaran mengandung partikel logam berat.
Partikel-partikel ini bisa menembus langsung ke dalam paru-paru, lalu menimbulkan kerusakan.
Selain itu, sebanyak 10% kandungan polutan dari asap pembakaran sampah ini mengandung merkuri dan 40% lainnya mengandung hidrokarbon aromatik polisiklik (PHA).
Asap pembakaran sampah juga mengandung materi tidak kasatmata lainnya, meliputi:
- hidrogen klorida,
- hidrogen sianida,
- benzena,
- stiren,
- arsen,
- timbal,
- kromium,
- dioksin,
- furan, dan
- benzo(a)pirena.
Semua bahan kimia ini jelas bukan untuk dihirup manusia karena membahayakan kesehatan.
Ringkasan
Asap pembakaran sampah dapat mengandung zat kimia berbahaya, seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH), dan partikel beracun yang dapat merugikan kesehatan manusia.
Bahaya membakar sampah sembarangan
Ketika sampah mulai menumpuk di tong sampah atau halaman belakang rumah, Anda mungkin berpikir untuk segera membakarnya agar tidak makin menumpuk.
Tanpa disadari, di sinilah permulaan Anda meracuni diri sendiri, keluarga, maupun orang lain di sekitar lingkungan tempat tinggal Anda.
Bahan kimia dari asap pembakaran sampah tidak hanya dapat langsung terhirup oleh manusia.
Materi berbahaya tersebut juga bisa menempel pada benda-benda di sekitarnya, seperti pohon, tanaman pangan di kebun, dan permukaan tanah.
Walaupun apinya sudah padam, Anda masih bisa terpapar zat kimia hasil pembakaran sampah saat makan buah dan sayuran yang ditanam pada tanah yang terkena abu pembakaran.
Selain itu, zat beracun dari hasil membakar sampah juga dapat masuk ke dalam tubuh anak-anak saat mereka menyentuh benda-benda di taman yang terkena asap pembakaran sampah.
Jika bahan-bahan kimia berbahaya terus dihirup oleh manusia, hal ini dapat menimbulkan gejala batuk, sesak napas, infeksi mata, sakit kepala, dan pusing.
Bahkan bila terus dibiarkan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru, gangguan sistem saraf, serangan jantung, dan beberapa jenis kanker.
Bahaya membakar sampah tidak berhenti sampai di situ. Kandungan dioksin pada jenis sampah plastik bersifat karsinogenik dan dapat mengganggu sistem hormon dalam tubuh.
Racun ini bisa menumpuk di dalam jaringan lemak dan diserap oleh plasenta janin pada ibu hamil.
Dengan mengetahui berbagai hal tersebut, sudah sangat jelas bahwa membakar sampah berdampak buruk untuk kesehatan semua kalangan.
Solusi mengelola sampah yang benar dan aman
Kini Anda sudah tahu bahaya membakar sampah untuk lingkungan dan kesehatan. Mulai saat ini, hentikan kebiasaan buruk tersebut dan beralihlah ke metode yang lebih aman.
Berikut ini adalah beberapa solusi sederhana yang bisa membantu mengelola dan mengurangi jumlah sampah tanpa harus membakarnya.
1. Hindari pemborosan
Makin banyak bahan makanan dan produk rumah tangga yang Anda beli, makin banyak pula sampah yang akan ditimbulkan ke depannya.
Maka dari itu, belilah bahan makanan Anda secukupnya untuk mengurangi sampah sisa makanan.
Penting juga untuk memilih produk dengan kemasan yang terbuat dari bahan yang bisa didaur ulang. Cerdas dalam berbelanja akan membantu Anda menghindari pemborosan.
2. Penggunaan kembali
Cobalah untuk menggunakan kembali sampah daripada membakar tumpukannya. Sebagai contoh, Anda bisa mengubah kaleng bekas jadi pot tanaman atau baju bekas jadi lap serbaguna.
Selain itu, Anda juga dapat memakai tas belanjaan berbahan kain daripada plastik sekali pakai. Hal ini membantu mengurangi jumlah sampah yang harus Anda buang.
3. Daur ulang
Gunakan barang-barang bekas yang masih bisa Anda gunakan. Selanjutnya, daur ulang menjadi barang-barang baru yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai ekonomi.
Misalnya, buatlah keranjang dari kumpulan bungkus kopi atau kertas daur ulang dari sampah koran untuk bisa Anda manfaatkan kembali.
4. Jadikan pupuk kompos
Daripada membakar sampah organik, Anda dapat menjadikan sisa-sisa bahan makanan dan daun-daunan menjadi pupuk kompos untuk tanaman di rumah.
Salah satu produk yang bisa Anda buat ialah eco enzyme. Proses fermentasi dari sampah organik, gula, dan air ini bisa menghasilkan cairan yang bermanfaat bagi lingkungan.
5. Buang sampah dengan benar
Cobalah berkoordinasi dengan petugas sampah di lingkungan rumah Anda. Mereka akan membantu Anda membuang sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
Selain itu, Anda juga dapat mengunjungi tempat yang memfasilitasi daur ulang plastik menjadi produk rumah tangga yang lebih bermanfaat.
Membakar sampah tentu berdampak buruk bagi kesehatan dan kelestarian lingkungan. Alih-alih membakar sampah, cobalah solusi di atas untuk mengelolanya dengan benar.
Kesimpulan
- Membakar sampah menghasilkan asap dengan bahan kimia berbahaya yang merugikan kesehatan manusia dan lingkungan.
- Dampak membakar sampah di antaranya masalah pernapasan, infeksi mata, dan meningkatnya risiko penyakit serius, seperti gangguan kardiovaskular hingga kanker.
- Sejumlah solusi aman dalam mengelola sampah yaitu dengan menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle), membuat kompos, dan membuang sampah dengan benar.
[embed-health-tool-bmi]