Di Indonesia, sebagian besar orang masih bingung membedakan antara difabel dan disabilitas. Masih banyak yang menganggap kedua istilah ini sama, padahal dalam penyebutannya difabel dan disabilitas merujuk pada hal yang berbeda.
Telusuri lebih lanjut seputar difabel, mulai dari pengertiannya, jenis-jenisnya, serta tantangan yang dihadapi dalam ulasan berikut ini.
Perbedaan difabel dan disabilitas
Difabel adalah sebutan halus untuk orang dengan disabilitas. Disabilitas sendiri merupakan kondisi yang menggambarkan keterbatasan fisik, intelektual, sensorik, maupun mental seseorang.
Jadi, difabel merujuk pada penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, difabel bukan sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Kemampuan seorang difabel terbatas dalam melakukan aktivitas harian dan membutuhkan bantuan dari orang lain atau ketersediaan fasilitas khusus.
Ambil contoh, seseorang yang mengalami gangguan pendengaran atau tuli disebut sebagai difabel karena memiliki keterbatasan (disabilitas) dalam mendengar dengan baik.
Mereka bisa lebih baik berinteraksi dengan orang lain dengan menggunakan alat bantu dengar.
Jenis-jenis disabilitas
Berikut ini beberapa jenis disabilitas yang dialami oleh penyandang difabel.
1. Secara umum
Secara umum, disabilitas terbagi menjadi beberapa jenis, seperti berikut ini.
- Disabilitas fisik. Kondisi seseorang yang mengalami kesulitan bergerak, misalnya berjalan.
- Disabilitas intelektual. Kondisi disabilitas intelektual mengacu pada keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan otak, seperti belajar, atau mengingat, contohnya down syndrome.
- Disabilitas sensorik. Seseorang yang memiliki keterbatasan pada fungsi panca indera seperti mendengar, melihat, atau berbicara, contohnya tuna netra, atau tuli.
- Disabilitas mental. Kondisi yang mengacu pada keterbatasan seseorang dalam hal yang berhubungan dengan mental, seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia.
2. Menurut WHO
Sementara itu, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyandang disabilitas terbagi menjadi tiga dimensi.
- Keterbatasan dalam fungsi tubuh. Kondisi keterbatasan fungsi tubuh, baik fisik maupun mental seperti kehilangan salah satu anggota tubuh atau kehilangan ingatan.
- Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Beberapa contoh kondisi ini yaitu kesulitan untuk melihat, berjalan, atau mendengar.
- Keterbatasan dalam berpartisipasi dalam kegiatan normal. Contoh kondisinya adalah kesulitan bekerja, melakukan kegiatan sosial, atau rekreasi.
3. Berdasarkan kondisinya
Mengutip Centers for Disease and Prevention Center, penyandang difabel juga bisa dibedakan berdasarkan dengan kondisi yang dialami, seperti berikut ini.
- Kondisi bawaan lahir yang mempengaruhi fungsi tubuh, seperti mendengar, melihat, atau gangguan mobilitas. Hal ini kemungkinan terjadi karena gangguan kromosom, gen, atau paparan bahan aktif tertentu selama kehamilan.
- Gangguan perkembangan pada masa kanak-kanak, misalnya autisme atau ADHD.
- Akibat trauma fisik, misalnya cedera otak atau cedera tulang belakang.
- Berkaitan dengan kondisi kesehatan yang sudah berlangsung sejak lama, seperti diabetes yang menyebabkan kehilangan penglihatan atau kerusakan saraf.
- Progresif, yakni kondisi kesehatan yang memburuk seiring waktu, contohnya distrofi otot.
Tantangan yang dihadapi oleh orang difabel
Menurut World Health Organization (WHO), ada sekitar 1,3 miliar orang atau 16% orang di seluruh dunia yang merupakan seorang difabel.
Sementara itu, menurut Survei Ekonomi Nasional (Susenas), pada tahun 2020, ada sekitar 28,05 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Dengan kata lain, ada sekitar 1 dari 10 penduduk di Indonesia yang merupakan difabel.
Meski terbilang cukup banyak, di Indonesia maupun di dunia masih belum tersedia akses kesehatan, pendidikan, transportasi umum, serta pekerjaan yang layak untuk penyandang disabilitas.
Berikut ini tantangan yang sedang dihadapi oleh penyandang disabilitas.
- Ekonomi. Beberapa orang penyandang difabel mengalami kesulitan dalam hal ekonomi akibat terbatasnya lapangan kerja yang ramah bagi difabel.
- Infrastruktur. Masih ada beberapa infrastruktur publik yang belum ramah difabel, seperti jalan raya, trotoar, transportasi umum atau tempat-tempat umum seperti mal.
- Kesehatan. Masalah ekonomi yang dialami oleh penyandang difabel membuat mereka kesulitan untuk membiayai perawatan kesehatan. Mengutip Lingkar Sosial, ada sekitar 73,2% penyandang disabilitas di Indonesia yang tidak memiliki jaminan kesehatan.
- Diskriminasi dan stigma. Penyandang difabel dan anak berkebutuhan khusus sering kali masih mengalami diskriminasi dalam lingkungan sosial yang membuat mereka kehilangan kepercayaan dirinya.
Bagaimana cara memperlakukan penyandang disabilitas?
- Bertanya terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan.
- Menunjukkan sikap yang ramah dan jaga ucapan serta tindakan agar tidak melukai perasaannya.
- Ajak mereka untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan mereka.
- Sejajarkan posisi mata ketika berbicara. Anda bisa sedikit berjongkok saat berbicara dengan pengguna kursi roda.
Upaya untuk mendukung penyandang disabilitas
Agar difabel bisa mendapatkan kehidupan yang layak, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan, seperti berikut ini.
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Stigma dan diskriminasi masyarakat mengenai penyandang disabilitas membuat mereka terkadang menarik diri dari lingkungan sosial.
Oleh sebab itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mulai peduli dan memahami kebutuhan yang diperlukan oleh penyandang disabilitas, misalnya dengan melakukan edukasi di sekolah.
2. Membangun infrastruktur yang ramah untuk difabel
Selain meningkatkan kesadaran masyarakat, penting untuk mulai menyediakan infrakstruktur yang lebih ramah untuk difabel agar mereka dapat beraktivitas dengan baik.
Contohnya, menyediakan elevator atau toilet khusus untuk pengguna kursi roda, serta menciptakan transportasi publik yang aman diakses penyandang disabilitas.
3. Program pelatihan pekerjaan
Salah satu masalah yang kerap dialami oleh penyandang disabilitas adalah sulitnya akses untuk mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan kesempatan.
Terbukanya lowongan pekerjaan bagi difabel serta program pelatihan keterampilan bisa menjadi upaya untuk mendukung para difabel mendapatkan pekerjaan yang layak.
Keterbatasan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas tidak seharusnya membuat mereka kehilangan akses yang sama dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mulai menciptakan lingkungan yang ramah dan aman untuk penyandang disabilitas penting dilakukan.
[embed-health-tool-bmi]