Normalnya, orang akan tertawa saat melihat atau mendengarkan hal yang lucu. Namun, saat seseorang tidak bisa mengendalikan keinginan untuk tertawa atau menangis, bisa saja ia mengalami pseudobulbar affect.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Normalnya, orang akan tertawa saat melihat atau mendengarkan hal yang lucu. Namun, saat seseorang tidak bisa mengendalikan keinginan untuk tertawa atau menangis, bisa saja ia mengalami pseudobulbar affect.
Pseudobulbar affect atau PBA adalah gangguan saraf yang menyebabkan ledakan tertawa atau menangis tidak terkendali dalam situasi yang tidak tepat.
Kondisi ini juga dikenal dengan nama labil emosional, tawa dan tangis patologis, gangguan ekspresi emosi yang tidak disengaja, tawa atau tangisan kompulsif, atau inkontinensia emosional.
Orang yang mengalami PBA secara tidak sadar dapat menangis, tertawa, atau marah di luar proporsi yang seharusnya. Misalnya, sesuatu yang hanya sedikit menyedihkan, tapi ditanggapi dengan tangis berlebihan.
Dikutip dari Mayo Clinic, pseudobulbar affect biasanya muncul pada orang dengan kondisi atau cedera saraf yang mungkin memengaruhi bagian otak pengontrol emosi.
Kondisi ini sering disalahartikan sebagai gangguan suasana hati (mood swing).
Gejala utama pseudobulbar affect (PBA) adalah mengalami ledakan tangisan atau tertawa yang tidak terkendali, berlebihan, atau tidak berhubungan dengan keadaan emosi.
Selain itu, penderita juga sering mengalami perubahan emosi, seperti dari tawa menjadi tangis, dalam waktu singkat.
Penderita PBA mungkin tertawa tak terkendali saat menanggapi situasi yang tidak terlalu lucu. Tidak hanya itu, penderita juga dapat tertawa atau menangis dalam situasi yang tidak dianggap lucu atau menyedihkan.
Gejala penyakit PBA lainnya yang umum, yaitu menangis. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai depresi.
Namun, episode PBA cenderung berdurasi pendek, sedangkan depresi menyebabkan perasaan sedih yang terus-menerus.
Meski begitu, depresi adalah kondisi umum yang menyerang orang dengan PBA. Jika mengidap PBA, penderita mungkin merasa cemas atau malu ketika berada di depan umum.
Penderita mungkin mengkhawatirkan “episode kambuh” yang mungkin akan terjadi. Hal ini bisa membuatnya menjadi depresi atau cemas.
Jika Anda merawat seseorang dengan kondisi ini, Anda mungkin merasa bingung atau frustasi.
Korban emosi dari kondisi ini dapat sangat memengaruhi pemulihan dan kualitas hidup. Oleh karena itu, penting untuk mencari perawatan dari dokter yang berkualitas.
Ada beberapa kondisi kesehatan yang bisa menjadi penyebab munculnya pseudobulbar affect (PBA), di antaranya sebagai berikut.
Dikutip dari American Stroke Association, dalam kondisi pseudobulbar affect, ada pemutusan antara lobus frontal (bagian otak yang mengontrol emosi) dan otak kecil dengan batang otak (di mana refleks diterjemahkan).
Efeknya tidak terkendali dan dapat terjadi tanpa pemicu emosional. Namun, butuh penelitian lebih lanjut soal penyebab terjadinya penyakit PBA ini.
Dokter dapat mendiagnosis pseudobulbar affect dengan cara menanyakan terlebih dahulu gejala yang dialami penderita.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melihat riwayat kesehatan.
Mengingat kondisi PBA sering menyerupai gejala gangguan mental lainnya, sebaiknya Anda menjelaskan secara detail gejala yang Anda alami.
Pengobatan pseudobulbar affect biasanya bertujuan untuk mengurangi keparahan dan frekuensi ledakan emosional.
Berikut adalah pilihan pengobatan yang umum diberikan.
Antidepresan, seperti trisiklik (tricyclic antidepressants) dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dapat membantu mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan episode PBA.
Obat jenis ini dalam pengobatan PBA biasanya diresepkan pada dosis yang lebih rendah daripada yang digunakan untuk mengobati depresi.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Journal of medical case reports, Nuedexta adalah obat pertama dan satu-satunya yang dapat digunakan untuk menangani pseudobulbar affect.
Nuedexta adalah obat yang terdiri atas dextromethorphan hydrobromide dan quinidine sulfate. Obat ini menargetkan bahan kimia dalam sistem saraf.
Nuedexta dirancang untuk PBA pada orang yang memiliki multiple sclerosis dan kondisi lainnya. Namun, Nuedexta saat ini belum dijual di Indonesia.
Dokter akan membantu Anda memilih terapi yang tepat untuk Anda dan memberikan obat dengan pertimbangkan efek sampingnya.
Seorang terapi juga dapat membantu Anda menjalani kegiatan sehari-hari dalam kondisi PBA.
PBA merupakan kondisi yang terjadi karena gangguan fungsi otak. Namun, perubahan kebiasaan dan gaya hidup dapat mengurangi efek dari pseudobulbar affect.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan akibat episode PBA.
Sebaiknya bicarakan dengan dokter penyakit dalam (internis), spesialis saraf (neurologis), atau psikiater, bila merasa mengidap penyakit PBA ini.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar