backup og meta

Mengenal Penyakit Klonus, Ketika Otot Terus Berkedut dan Berkontraksi

Mengenal Penyakit Klonus, Ketika Otot Terus Berkedut dan Berkontraksi

Otot-otot tubuh memiliki peran yang begitu penting, mulai dari mempermudah Anda untuk berjalan, mengangkat suatu benda, hingga memperlancar kerja organ tubuh untuk mengalirkan darah. Sayangnya, otot tubuh bisa saja mengalami kerusakan yang ditandai dengan terjadinya kontraksi tidak normal pada otot. Kondisi ini disebut klonus  Untuk lebih jelasnya, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Apat itu penyakit klonus?

Klonus adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel saraf otot tidak berfungsi optimal yang disertai dengan rasa nyeri.  Kerusakan ini mengakibatkan otot berkontraksi dan bergerak secara tidak beraturan, bahkan menghasilkan gerakan yang cenderung tidak terkendali.

Anda mungkin lebih mengenal kondisi ini dengan nama kedutan otot atau otot berdenyut. Namun berbeda dengan kontraksi otot yang hanya terjadi sesekali, klonus umumnya bisa terjadi berkali-kali, terasa nyeri, dan bisa bertahan hingga waktu yang cukup lama.

Itu sebabnya, klonus yang kambuh tak jarang akan membuat otot kelelahan sehingga menyulitkan Anda untuk bergerak. Klonus bisa menyerang satu atau lebih bagian otot yang berbeda, meliputi pergelangan kaki, lutut, betis, rahang, siku tangan, pergelangan tangan, serta jari tangan dan kaki.

Apa penyebab klonus?

Penyebab klonus belum dapat diketahui secara pasti. Namun sejauh ini, diduga karena adanya kerusakan jaringan saraf otak yang mengatur pergerakan otot. Akibatnya, gerakan otot tak terkendali, menimbulkan kontraksi, dan akhirnya berkedut.

Klonus biasanya terjadi pada beberapa kondisi seperti multiple sclerosis (MS), amyotrophic lateral sclerosis (ALS), stroke, cedera parah, kerusakan otak, cerebral palsy, hingga paraplegia.

Dalam beberapa kasus, gagal hati dan gagal ginjal juga bisa mengakibatkan klonus. Ini disebabkan karena zat buangan dari tubuh (limbah tubuh) menumpuk dalam jumlah banyak. Yang kemudian bisa memengaruhi fungsi normal otak.

otot mengecil

Bagaimana cara mendiagnosisnya?

Klonus bisa dibilang sebagai kondisi jangka panjang. Maka itu, sebelum benar-benar mengobati kemungkinan kondisi ini, Anda dianjurkan untuk mengikuti serangkaian tes guna mendiagnosis kondisi ini. Pertama-tama biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yang bertujuan untuk mencari tahu di bagian tubuh mana saja sering terjadi kondisi ini.

Pada tes fisik, Anda akan diminta untuk melenturkan beberapa bagian tubuh yang  akan membuat otot-otot tubuh meregang.

Jika ketika sedang diperiksa, tiba-tiba otot berkontraksi dengan sendirinya sehingga menimbulkan rasa sakit, dokter akan memeriksa dan mengukur seberapa banyak kontraksi terjadi. Pemeriksaan selanjutnya untuk mendeteksi kondisi ini yaitu menggunakan tes magnetic resonance imaging (MRI), guna memeriksa kerusakan yang terjadi pada tubuh.

Bila perlu, tes darah juga bisa dilakukan untuk membantu mengidentifikasi berbagai kondisi lain yang mungkin terjadi akibat adanya klonus.

Apa pengobatan yang tepat untuk klonus?

Klonus adalah kondisi yang tidak bisa dianggap enteng, maka diperlukan pengobatan khusus untuk menyembuhkannya. Meski begitu, pengobatan untuk klonus bisa bervariasi tergantung penyebab yang mendasarinya. Beberapa pengobatan berikut ini yang paling sering digunakan untuk menyembuhkan klonus:

1. Konsumsi obat

menyuburkan kandungan obat penyubur kandungan, clomid adalah

Minum obat-obatan, terutama yang bisa membantu merilekskan kerja otot, dipercaya bisa mengurangi gejala klonus. Baclofen (Lioresal), dantrolene (Dantrium), tizanidine (Zanaflex), gabapentin (Neurotonin), diazepam (Valium), serta clonazepam (Klonopin) merupakan beberapa jenis obat-obatan yang sering dianjurkan dokter pada pasien kondisi ini.

Anda tidak dianjurkan untuk minum obat ini sambil mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin berat. Pasalnya, jenis obat-obatan ini bisa meningkatkan rasa kantuk.

2. Terapi fisik

terapi fisik dada
Sumber: Advantage Health

Melakukan terapi fisik diringi dengan minum obat-obatan yang dianjurkan dokter, bisa semakin mempercepat pemulihan. Seorang ahli terapi fisik akan membantu Anda untuk melatih dan meregangkan kerja otot, akan mempermudah Anda untuk menggerakan anggota tubuh di bagian tubuh yang mengalami kondisi ini.

3. Suntik botox

suntik botox

Meskipun lebih sering digunakan sebagai perawatan kecantikan, ternyata suntik botox juga tak kalah ampuh untuk menyembuhkan klonus. Sebab botox mampu bekerja secara efektif untuk mengatasi kontraksi otot di area tubuh yang mengalami kondisi tersebut. Namun, suntix botox harus dilakukan secara berkala karena keoptimalan suntik botox bisa memudar dalam jangka waktu tertentu.

4. Operasi

obat bius total

Bila pemberian obat, terapi fisik, maupun suntik botox dianggap tidak mempan untuk mengobati klonus, maka pilihan terakhirnya jatuh pada operasi. Selama prosedur ini, ahli bedah akan memotong beberapa bagian saraf yang menjadi penyebab munculnya kontraksi otot yang tidak normal.

5. Pengobatan rumahan

kompres dingin

Disamping rutin melakukan pengobatan medis, Anda juga bisa melakukan perawatan rumahan guna membantu mengelola gejala klonus di rumah.

Sebagai contoh dengan memberikan kompres dingin pada area otot yang sering mengalami kontraksi untuk meredakan nyeri, berendam dengan air hangat diyakini dapat mengurangi rasa sakit, hingga melakukan yoga serta peregangan guna membantu meluweskan pergerakan tubuh.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What is Clonus? Everything You Need to Know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/322067.php Accessed on August 6th 2018.

Everything You Should Know About Clonus. https://www.healthline.com/health/clonus Accessed on August 6th 2018.

Cause of Clonus. https://www.livestrong.com/article/541881-caffeine-and-muscle-cramps/ Accessed on August 6th 2018.

Versi Terbaru

05/04/2021

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Ririn Sjafriani


Artikel Terkait

Hemiparesis

Apakah Otot Kedutan Termasuk Gejala Multiple Sclerosis?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 05/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan