Selama ini, Anda mungkin lebih sering melihat bayi dan anak-anak yang mengalami hidrosefalus. Memang, penyakit yang ditandai dengan pembesaran ukuran kepala ini umumnya dimulai sejak anak lahir sehingga lebih mudah terdeteksi. Namun, tahukah Anda bahwa orang dewasa pun ternyata bisa mengalami hidrosefalus? Lantas, apa saja gejala hidrosefalus pada orang dewasa? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Apa penyebab hidrosefalus pada orang dewasa?
Hidrosefalus diartikan sebagai pembesaran ukuran lingkar kepala di luar batas normal.
Kondisi ini umunya terjadi karena adanya penumpukan cairan serebrospinal pada rongga otak (ventrikel), sehingga menyebabkan otak membengkak.
Meski lebih sering dialami oleh anak-anak, kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja di semua golongan usia, termasuk orang dewasa muda dan lansia yang usianya lebih dari 60 tahun, dilansir dari Hydorcephalus Association.
Berdasarkan penyebanya, hidrosefalus pada orang dewasa dapat dibagi menjadi jenis-jenis berikut ini.
1. Hidrosefalus ex-vacuo
Hidrosefalus ex-vacuo terjadi akibat stroke atau cedera kepala yang merusak otak hingga menyebabkan otak menyusut.
Penyusutan otak biasanya dialami oleh orang yang lebih tua atau penderita penyakit Alzheimer.
Hidrosefalus terjadi ketika jumlah cairan serebrospinal meningkat untuk mengisi rongga yang kosong akibat otak mengalami penyusutan.
2. Hidrosefalus tekanan normal (NPH)
Jenis hidrosefalus yang paling sering terjadi pada orang dewasa yaitu hidrosefalus tekanan normal (NPH).
Hidrosefalus tekanan normal adalah kondisi yang terjadi ketika cairan serebrospinal di rongga otak mengalami peningkatan, sedangkan tekanan kepalanya cenderung normal.
NPH disebabkan oleh penyumbatan terus-menerus pada saluran pembuangan cairan serebrospinal di otak. Pada kondisi ini, ventrikel akan membesar untuk menampung seluruh cairan.
Berbeda dari bayi maupun anak-anak, tengkorak kepala orang dewasa cenderung lebih kaku dan tidak dapat mengembang.
Akibatnya, cairan serebrospinal ini bukan menyebabkan pembesaran ukuran kepala, tetapi justru menekan otak secara terus-menerus hingga bisa menyebabkan jaringan otak rusak atau bahkan hancur.
Risiko ini dapat meningkat jika Anda pernah mengalami beberapa kondisi berikut.
3. Pseudotumor cerebri
Pseudotumor cerebri dapat terjadi akibat adanya tekanan tinggi pada otak tanpa adanya pembengkakan pada ruang di dalam otak.
Jenis ini lebih sering dialami oleh wanita muda.
4. Hidrosefalusa bawaan
Sama seperti yang terjadi pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus bawaan pada orang dewasa adanya kelainan genetik yang disertai dengan faktor lingkungan selama masa tumbuh kembang janin di dalam rahim.
Bedanya, hidrosefalus jenis ini tidak menimbulkan gejala hingga penderita mencapai usia dewasa.
Belum diketahui secara pasti mengapa gejala baru timbul di kemudian hari. Namun, hal ini diduga bisa terjadi karena cairan serebrodpinal mengendap secara perlahan.
Ada beberapa kondisi yang bisa memicu hidrosefalus bawaan terjadi di dalam rahim, yaitu sebagai berikut.
- Spina bifida.
- Penyempitan saluran ventrikel.
- Malformasi otak.
Tanda dan gejala hidrosefalus pada orang dewasa
Hidrosefalus pada orang dewasa dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak. Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mendeteksi gejala hidrosefalus sedini mungkin untuk mencegahnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hidrosefalus pada orang dewasa tidak selalu langsung menunjukkan perubahan ukuran kepala yang membesar.
Beberapa tanda dan gejala hidrosefalus pada orang dewasa meliputi berikut ini.
- Sering jatuh secara tiba-tiba.
- Sakit kepala hebat.
- Mual.
- Tubuh terasa lesu.
- Sulit berjalan.
- Kehilangan keseimbangan.
- Penglihatan kabur atau ganda.
- Sulit mengingat kejadian.
- Sulit konsentrasi.
- Linglung.
- Masalah pada kandung kemih (inkontinensia urine).
- Kejang.
Bagaimana diagnosis hidrosefalus pada orang dewasa?
Untuk memastikan kondisi yang dialami merupakan hidrosefalus pada orang dewasa, ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan.
Pemeriksaan diawali dengan memastikan gejala yang dialami dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan yang lebih rinci yaitu pemeriksaan saraf dan pemindaian otak.
Saat pemeriksaan saraf, dokter akan meminta Anda melakukan beberapa tes sederhana untuk melihat kondisi otot, yang meliputi kemampuan bergerak dan respons otot.
Sementara untuk pemindaian otak, ada beberapa tes yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut.
- MRI, untuk melihat pembesaran ventrikel akibat kelebihan cairan serebrospinal, serta mendeteksi penyebab hidrosefalus.
- CT scan, berfungsi sama seperti MRI, tetapi tes ini hanya dilakukan saat kondisi kritis.
Bagaimana cara menangani hidrosefalus pada orang dewasa?
Sama seperti hidrosefalus pada umumnya, hidrosefalus pada orang dewasa biasanya juga perlu ditangani dengan tindakan operasi.
Prosedur operasi yang perlu dilakukan yaitu salah satu dari 2 pilihan berikut ini.
1. Operasi penyedotan
Operasi penyedotan cairan serebrospinal di kepala perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan pada otak.
Namun, hal ini disesuaikan lagi dengan tingkat keparahan hidrosefalus dan kondisi kesehatan masing-masing pasien.
Prosedur dilakukan dengan menggunakan alat khusus berupa selang panjang lentur yang dilengkapi dengan katup untuk menjaga cairan mengalir keluar kepala dengan jumlah yang tepat.
Salah satu ujung selang akan dimasukan ke dalam salah satu ventrikel otak.
Kemudian ujung lainnya dimasukan di bawah lapisan kulit ke dalam bagian tubuh lainnya, seperti lambung atau bilik jantung, yang bisa menyerap cairan serebrospinal.
Alat ini biasanya perlu digunakan seumur hidup, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rutin ke dokter.
2. Ventrikulostomi ketiga endoskopi
Ventrikulostomi ketiga endoskopi adalah prosedur pembedahan yang bisa dilakukan dengan bantuan kamera kecil yang dimasukan ke dalam otak.
Melalui alat tersebut, dokter akan membuat lubang pada bagian bawah salah satu ventrikel atau di dinding antara dua ventrikel agar cairan serebrospinal bisa mengalir keluar otak.
Kapan harus periksa ke dokter?
Semakin bertambahnya usia, sebagian orang justru lebih sering mengabaikan gejala penyakit yang muncul dalam dirinya.
Itulah kenapa beberapa orang tidak sadar bahwa dirinya mengalami hidrosefalus saat dewasa. Terlebih, gejalanya cenderung mirip dengan penyakit lainnya, sehingga sering kali disepelekan.
Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mendeteksi gejala hidrosefalus sejak dini.
Apalagi jika Anda sudah merasakan salah satu atau beberapa gejala yang telah disebutkan tadi, sebaiknya segera temui dokter untuk memastikan kondisinya.
Semakin cepat Anda memeriksakan diri ke dokter, maka semakin cepat gejala hidrosefalus bisa dideteksi dan dicegah sedini mungkin.
Pasalnya, penyakit ini bersifat kronis dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Kesimpulan
Anda memang tidak bisa mencegah hidrosefalus saat dewasa. Namun, Anda masih bisa, mengurangi risikonya dengan cara melindungi bagian kepala dari berbagai benturan yang dapat terjadi.
Salah satu contohnya adalah dengan selalu memakai helm saat berkendara. Meski terlihat sederhana, cara ini justru berdampak besar untuk mencegah cedera kepala sebagai salah satu faktor risiko hidrosefalus saat dewasa.
[embed-health-tool-bmi]