Pernahkah Anda mendengar tentang dyskinesia? Dyskinesia (diskinesia) adalah salah satu penyakit yang memengaruhi pergerakan tubuh.
Penderita penyakit ini tak jarang mengalami kesulitan saat beraktivitas sehari-hari. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar dyskinesia, simak ulasannya berikut ini.
Apa itu dyskinesia?
Dyskinesia (diskinesia) adalah gerakan tubuh yang cepat dan tidak terkendali, bahkan sering kali tidak disadari oleh penderitanya.
Gerakan tubuh ini bisa berupa menggeliat, kepala mengangguk, atau badan bergoyang.
Diskinesia umumnya terjadi pada penderita penyakit Parkinson yang mengonsumsi obat levodopa.
Awalnya, gerakan yang tak terkendali ini muncul di sisi tubuh yang paling terpengaruh oleh penyakit Parkinson, kemudian dapat menyebar ke batang tubuh, kepala, dan leher.
Pergerakan tubuh akibat dyskinesia dapat bersifat ringan pada sejumlah pasien. Namun, kondisi ini bisa semakin parah dan mengganggu aktivitas penderitanya.
Pada kasus yang jarang, diskinesia biasanya akan memengaruhi kemampuan bicara, pernapasan, dan otot mata.
Oleh karena itu, kondisi ini harus segera ditangani. Periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Apa penyebab dyskinesia?
Penyakit dyskinesia umumnya terjadi akibat penggunaan obat levodopa jangka panjang pada penderita Parkinson selama bertahun-tahun.
Jika Anda menderita penyakit Parkinson, kemungkinan besar Anda pernah atau akan minum obat yang mengandung levodopa. Obat ini diberikan dalam kombinasi dengan obat carbidopa (sinemet dan versi generiknya).
Mengutip American Parkinson Disease Association, kombinasi obat ini dianggap sebagai pengobatan standar untuk gejala penyakit Parkinson, seperti tremor, kekakuan otot, dan gerakan yang lambat.
Efek samping penggunaan levodopa jangka panjang adalah diskinesia.
Kendati begitu, para peneliti belum mengetahui secara pasti mengapa diskinesia bisa terjadi. Akan tetapi, mereka percaya bahwa sejumlah bahan kimia, termasuk serotonin, glutamat, dan dopamin turut berperan.
Pada penderita Parkinson, sel-sel otak yang membuat dopamin akan hilang, sehingga kadar dopamin menurun.
Mengonsumsi obat levodopa bisa mengembalikan kadar dopamin untuk sementara waktu. Namun, karena obat ini harus diminum beberapa kali dalam sehari, kadar dopamin dapat menjadi naik-turun atau tidak stabil.
Fluktuasi kadar dopamin dan hilangnya sel-sel otak yang memproduksi dopamin secara terus-menerus ini yang memungkinkan terjadinya diskinesia.
Jenis-jenis atau kondisi terkait dyskinesia
Ada sejumlah kondisi medis yang sering kali dikaitkan dengan penyakit dyskinesia, di antaranya sebagai berikut.
1. Distonia
Dystonia atau distonia ditandai dengan kontraksi otot yang tidak disengaja yang menghasilkan gerakan memutar atau berulang.
Distonia dapat terjadi hanya di satu bagian tubuh atau dikenal sebagai distonia fokal dan di seluruh tubuh yang dikenal sebagai distonia umum.
Pada kasus yang parah, distonia dapat memengaruhi mobilitas serta menyebabkan kesulitan berbicara dan menelan.
2. Athetosis
Athetosis ditandai dengan gerakan tubuh yang lambat dan tidak terkontrol. Biasanya, penderita athetosis sulit untuk memegang suatu benda, seperti pensil atau alat makan karena tonus otot yang terus berfluktuasi.
Fluktuasi gerakan yang tidak disengaja dan tak terkendali terkadang memengaruhi seluruh tubuh. Namun, biasanya akan menghilang sepenuhnya ketika seseorang tertidur.
3. Chorea
Chorea ditandai dengan gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, secara tiba-tiba, tidak teratur, dan tak dapat diprediksi seperti tarian.
Orang dengan chorea ringan mungkin tampak gelisah atau kikuk. Sementara itu, orang dengan chorea yang lebih parah mungkin menunjukkan gerakan yang lebih cepat.
Chorea dapat memburuk dengan upaya untuk bergerak dan kecemasan atau stres yang bisa memengaruhi otak. Umumnya, gerakan akan mereda saat penderitanya tidur.
4. Tardive dyskinesia
Tardive dyskinesia adalah gangguan gerak tak terkendali yang terjadi karena efek dari penggunaan obat antipsikotik generasi pertama (neuroleptik).
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin mengalami pergerakan yang tak wajar pada bagian lengan, kaki, serta jari tangan dan kaki.
Namun, pada kasus yang lebih berat, gejala tardive dyskinesia muncul berupa gerakan tak terkendali pada batang tubuh, pinggul, atau otot yang berhubungan dengan sistem pernapasan.
Bagaimana cara mengatasi dyskinesia?
Jika Anda mengalami diskinesia dan kondisi tersebut telah cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, maka segera konsultasikan kepada dokter.
Biasanya, dokter akan merekomendasikan beberapa tindakan atau pilihan pengobatan yang mungkin harus Anda lakukan, seperti berikut ini.
1. Menyesuaikan dosis obat levodopa
Seperti yang telah dijelaskan di atas, dyskinesia terjadi akibat penggunaan obat levodopa dalam jangka waktu lama pada pasien Parkinson.
Dokter mungkin akan meminta Anda menyesuaikan kembali konsumsi dosis setiap harinya. Obat levodopa dikonsumsi hanya untuk mengatasi gejalanya.
2. Beralih ke obat yang berbeda
Ketika Anda mengalami diskinesia, dokter mungkin akan mengalihkan konsumsi obat levodopa ke formulasi obat lainnya, seperti extended-release (Rytary) atau infus gel (Duopa).
Obat-obatan ini bertujuan untuk menjaga kadar dopamin tetap stabil untuk mengendalikan gejala dan membatasi diskinesia.
3. Menambahkan amantadine
Obat Gocovri (amantadine extended release) ini merupakan obat resep yang digunakan untuk pengobatan diskinesia.
Dokter mungkin akan merekomendasikan amantadine pada orang dengan penyakit Parkinson yang diobati dengan terapi levodopa atau obat lain yang meningkatkan efek dopamine di otak.
4. Menjalani stimulasi otak dalam (DBS)
Stimulasi otak dalam (DBS) merupakan prosedur pembedahan. Ini bukan pilihan satu-satunya dan yang tepat untuk semua orang.
Namun, prosedur DBS dapat dipertimbangkan bagi Anda yang telah menderita Parkinson setidaknya selama empat tahun, mengonsumsi obat levodopa, dan memiliki diskinesia.
Dyskinesia adalah gerakan yang tidak terkendali dan tidak disengaja yang mungkin terjadi karena penggunaan levodopa jangka panjang dan waktu yang lama pada pasien Parkinson. Namun, tidak semua penderitanya akan mengalami komplikasi ini.
[embed-health-tool-bmi]