Istilah neurodivergent baru-baru ini makin sering diperbincangkan. Walaupun bukan termasuk istilah medis, penggunaannya ini ada hubungannya dengan kondisi kesehatan seseorang, termasuk masalah kesehatan mental.
Penasaran? Yuk, pelajari lebih lanjut!
Apa itu neurodivergent?
Neurodivergent adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki cara kerja otak yang berbeda dibandingkan mereka yang dianggap standar atau tipikal.
Istilah “neurodivergent” dipayungi oleh istilah “neurodiversity“, yaitu konsep bahwa ada berbagai cara otak pada seseorang dalam memproses informasi, berfungsi, dan berperilaku.
Konsep ini mengakui bahwa fungsi otak dan sifat perilaku hanyalah indikator betapa beragamnya populasi manusia.
Neurodiversity bukanlah istilah medis, tetapi sering digunakan untuk mendeskripsikan kata-kata selain “normal” dan “abnormal” karena tidak ada definisi “normal” mengenai cara kerja otak manusia.
Istilah neurodiversity sendiri diciptakan oleh sosiolog autistik bernama Judy Singer pada tahun 1997 untuk mengungkapkan bahwa otak setiap orang berkembang dengan cara yang unik.
Sama seperti sidik jari yang tidak akan identik sekalipun pada orang kembar, cara kerja otak pun juga tidak persis sama antara satu orang dengan yang lainnya.
Jenis neurodiversity
Neurodiversity terbagi menjadi dua tipe, yakni neurotypical dan neurodivergent.
1. Neurotypical
Neurotypical adalah istilah yang merujuk pada seseorang yang memiliki fungsi otak, perilaku, dan pemrosesan yang dianggap standar atau khas.
Orang-orang dengan cara kerja otak ini biasanya mencapai semua tonggak perkembangan dan perilaku mereka pada waktu dan usia yang sama yang dianggap standar bagi kebanyakan orang.
2. Neurodivergent
Para neurodivergent memiliki cara kerja otak yang berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang dianggap standar atau tipikal.
Ada banyak mekanisme berbeda yang terjadi pada otak orang-orang dengan tipe neurodivergent.
Mulai dari cara ringan yang kebanyakan orang tidak akan pernah sadari hingga cara yang menyebabkan seseorang berperilaku berbeda dari standar dalam masyarakat.
Contoh penerapan neurodivergent
Anda bisa menggunakan istilah neurodivergent dalam kehidupan sehari-hari, misalnya membandingkan bakat khusus menggambar pada seorang anak dan orang dewasa.
Sebagai contoh, ada seorang anak berusia 12 tahun dengan gangguan spektrum autisme (ASD) yang berjuang dalam situasi sosial.
Namun, ia memiliki keterampilan menggambar yang baik tanpa harus mengikuti kelas menggambar atau mengikuti berbagai kompetisi.
Sementara itu, ada orang dewasa berusia 40 tahun yang mudah bersosialisasi, tetapi ia perlu usaha keras dan waktu lebih banyak untuk mengembangkan bakat menggambarnya.
Dari dua contoh di atas, tidak ada yang akan menganggap orang dewasa tersebut tidak normal atau cacat karena mereka tidak bisa melukis sebaik anak kecil.
Begitu pula sebaliknya. Pada anak ASD, mereka tidak dianggap berbeda dibandingkan anak tanpa ASD karena keterampilan menggambarnya lebih baik dibanding orang dewasa.
Kenapa istilah neurodivergent digunakan?
Melansir situs Cleveland Clinic, pemahaman tentang neurodiversity tidak membuat orang-orang neurodivergent menyangkal bahwa mereka menghadapi tantangan dalam bermasyarakat.
Sebaliknya, penelitian menunjukkan orang-orang yang tahu tentang gagasan menjadi neurodivergent menggunakan pengetahuan itu untuk beradaptasi dan membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Penggunaan istilah keragaman saraf juga membuat neurodivergent tidak memandang diri mereka sebagai orang yang cacat. Ini membuat mereka jauh lebih bahagia dan sukses dalam hidupnya
Contohnya pada seseorang yang mengidap disleksia. Orang dengan kondisi tersebut kesulitan membaca karena otaknya tidak memproses bahasa tertulis seperti otak seseorang tanpa disleksia.
Namun, orang-orang dengan disleksia biasanya memiliki otak yang lebih baik dalam memproses atau membayangkan objek tiga dimensi (3D).
Ini membuat mereka lebih cepat dalam mengenali ilusi optik dan memiliki bakat alami untuk pekerjaan seperti desain grafis dan seni, teknik, dan banyak lagi.
Siapa saja yang masuk dalam kategori neurodivergent?
Orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai neurodivergent biasanya memiliki satu atau lebih kondisi atau gangguan. Berikut adalah beberapa contohnya.
- Gangguan spektrum autisme, termasuk sindrom Asperger.
- Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).
- Sindrom Down.
- Diskalkulia (kesulitan dengan matematika).
- Disgrafia (kesulitan menulis).
- Disleksia (kesulitan membaca).
- Dispraksia (kesulitan dengan koordinasi).
- Cacat intelektual.
- Kondisi kesehatan mental seperti gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif, dan lainnya.
- Gangguan pemrosesan sensoris.
- Gangguan kecemasan sosial.
- Masalah kesehatan lainnya, seperti Sindrom Tourette, Sindrom Williams, atau Sindrom Prader-Willi.
Apakah neurodivergent merupakan disabilitas?
Beberapa orang neurodivergent menghadapi banyak tantangan karena sistem yang berlaku dalam masyarakat tidak memberikan mereka kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Contohnya saat mereka mencoba melamar pekerjaan. Mereka mungkin memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar ketimbang para neurotypical.
Meski begitu, mereka tetap bisa mendapatkan pekerjaan jika proses perekrutan menekankan kemampuan mereka, seperti menyaring calon karyawan lewat tes keterampilan.
Bekerja sebagai akuntan, misalnya. Perhatian beberapa neurodivergent terhadap detail sangatlah luar biasa.
Pekerjaan ini menjadi lebih mudah dilakukan karena mereka cenderung suka memproses data yang mungkin dianggap orang lain membosankan.
Mereka sering kali juga berjuang di lingkungan atau situasi yang bising. Kondisi kantor yang seperti ini bisa membuat mereka kewalahan.
Namun, bantuan peredam suara bisa memberikan mereka ketenangan pikiran dan mengurangi stres.
Mereka bahkan bisa menjadi orang yang paling produktif di timnya karena salah satu kekuatan mereka adalah kemampuan untuk fokus pada pekerjaan secara intens.
Berdasarkan contoh di atas, cara kerja otak neurodivergent memang bisa mempersulit seseorang dalam beberapa situasi.
Akan tetapi, dengan adanya “akomodasi” atau fasilitas yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya, ini tentu bisa meringankan perjuangan para neurodivergent.
Kesimpulan
- Neurodivergent, yang berada di bawah payung istilah “neurodiversity“, adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki cara kerja otak yang berbeda dibandingkan mereka yang dianggap standar atau tipikal.
- Neurodiversity terbagi menjadi dua jenis, yaitu neurotypical dan neurodivergent.
- Beberapa kondisi umum yang digambarkan sebagai neurodivergent yaitu gangguan spektrum autisme, ADHD, dan gangguan kecemasan sosial.
[embed-health-tool-bmi]