backup og meta

Orang dengan PPOK Lebih Rentan Kena Pneumonia, Benarkah?

Orang dengan PPOK Lebih Rentan Kena Pneumonia, Benarkah?

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan pneumonia adalah dua kondisi yang berbeda. Namun, ada kaitan di antara keduanya. Orang dengan PPOK tingkat lanjut memiliki risiko tinggi untuk terkena pneumonia. Anda yang mengidap PPOK  juga lebih berisiko untuk terkena gagal pernapasan terkait eksaserbasi PPOK (flare-up) dan pneumonia.

Apa hubungannya PPOK dan pneumonia?

jenis-jenis pneumonia

PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) adalah kelompok penyakit yang merusak paru-paru dan membuat sulit untuk bernapas.

Penyakit ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke darah karena terblokirnya jalan napas akibat peradangan (bronkitis) dan rusaknya kantung udara (emfisema). 

Sementara itu, pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Orang yang mengidap pneumonia memiliki kantung udara meradang yang berisi cairan.

Ini membuat Anda lebih sulit bernapas dan dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah, sehingga berakibat fatal. 

Penelitian yang dipublikasikan Tuberculosis and Respiratory Diseases menyebutkan bahwa pasien dengan PPOK cenderung memiliki pneumonia yang lebih parah daripada mereka yang tidak mengidap PPOK.

Pada tahun pertama setelah diagnosis PPOK, mereka memiliki risiko 16 kali lipat terkena pneumonia daripada orang yang tidak mengidap PPOK.

Sebuah makalah dalam American Family Physician di edisi 2002 menyatakan bahwa 70-75% eksaserbasi (perburukan gejala) PPOK disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae and Haemophilus influenza.

Apa saja gejala PPOK dan pneumonia jika datang bersamaan?

Untuk pasien PPOK, faktor lingkungan bisa menginfeksi paru-paru yang rusak dengan sangat mudah.

Itulah sebabnya para penderita COPD sering membutuhkan vaksin tahunan untuk mencegah pneumonia.

Pada PPOK stadium lanjut, sulit untuk membedakan gejala PPOK yang memburuk dengan pneumonia karena keduanya sering kali sangat serupa.

Gejala yang lebih umum terlihat pada eksaserbasi PPOK dan pneumonia adalah:

  • ketidakmampuan untuk berbicara karena kekurangan udara,
  • perubahan warna lendir: hijau, cokelat, kuning, atau berdarah,
  • demam tinggi, dan
  • tidak merasa lega seperti yang biasanya didapat setelah melakukan pengobatan PPOK.

Mengapa PPOK dapat meningkatkan risiko terkena pneumonia?

cara meredakan batuk karena ppok

PPOK merupakan kondisi yang dapat melemahkan sistem pernapasan. Oleh karena itu, orang yang mengidap PPOK berisiko mengalami komplikasi PPOK berupa infeksi pernapasan, termasuk pneumonia.

Hal ini karena orang dengan PPOK memiliki saluran udara yang lemah dan sistem kekebalan tubuh yang lebih buruk.

Penelitian yang disunting oleh jurnal Tuberculosis and Respiratory Diseases menyebutkan bahwa merokok pada meningkatkan risiko pneumonia dan PPOK secara bersamaan.

Selain itu, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa ada beberapa kondisi pada pasien COPD yang dapat menyebabkan kenaikan risiko pengembangan pneumonia, yaitu:

  • Bronkitis kronis
  • Produksi lendir
  • Terdapat kumpulan bakteri
  • Ketidakseimbangan mikroba dalam tubuh
  • Peningkatan peradangan saluran napas
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh
  • Kerusakan struktural

Jika punya PPOK, bagaimana cara mencegah pneumonia?

Berikut adalah hal-hal yang bisa mengurangi risiko dan mencegah Anda kena pneumonia jika memiliki PPOK:

1. Berhenti merokok

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan jika ingin terhindar dan mencegah pneumonia jika memiliki COPD adalah berhenti merokok. Pasalnya, merokok merupakan penyebab PPOK yang paling utama.

Ini juga termasuk menghirup asap rokok, serta uap atau gas lainnya yang dapat mengiritasi atau merusak paru-paru.

2. Vaksin

Jika memiliki PPOK, Anda harus bertanya pada dokter mengenai vaksin apa yang harus Anda terima. Selain vaksin pneumonia, dokter mungkin juga akan merekomendasikan vaksin flu.

Vaksin influenza tahunan direkomendasikan untuk semua orang dewasa, terutama mereka yang mengidap PPOK. Vaksin influenza terbukti menurunkan diagnosis pneumonia, serta rawat inap terkait pneumonia dan jantung.

Selain itu, vaksin pneumokokus juga penting untuk mencegah pneumonia pneumokokus jika Anda terkena PPOK.

Penelitian yang dipublikasikan Tuberculosis and Respiratory Diseases, vaksin influenza dan pneumokokus dapat mencegah memburuknya kondisi PPOK yang berkaitan dengan pneumonia.

3. Hidup sehat

Tentu saja, selain kedua langkah di atas, Anda harus tetap menjalankan pola hidup sehat agar pneumonia dan COPD Anda tidak sampai terjadi dan memburuk bersamaan.

Sekalipun punya PPOK, bukan berarti Anda tak bisa berolahrga.

Beberapa olahraga bisa dilakukan oleh orang PPOK demi menjaga dan mengoptimalkan fungsi paru-paru. Anda juga perlu menjalani pola makan dan diet sehat untuk PPOK untuk membantu meredakan gejalanya.

Beri tahu dokter jika terjadi perubahan pada setiap gejala dan cari pengobatan darurat jika obat Anda tidak lagi membantu gejala Anda.

Begitu pula jika gejala Anda bersifat parah dan sesak napas yang Anda rasakan membuat sulit untuk beraktivitas, segera periksakan diri ke dokter.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

COPD Symptoms: When to Call the Doctor. (2020). Retrieved 15 June 2020, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/8704-copd-when-to-call-the-doctor-about-your-symptoms

Cheng, Y., Lu, Z., Tu, X., Chen, L., Chen, H., & Yang, J. et al. (2016). Community-acquired pneumonia and survival of critically ill acute exacerbation of COPD patients in respiratory intensive care units. International Journal Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Volume 11, 1867-1872. doi: 10.2147/copd.s113510

CDC’s Vaccine Information for Adults with Lung Disease. (2016). Retrieved 15 June 2020, from https://www.cdc.gov/vaccines/adults/rec-vac/health-conditions/lung-disease.html

Søgaard, M., Madsen, M., Løkke, A., Hilberg, O., Sørensen, H., & Thomsen, R. (2016). Incidence and outcomes of patients hospitalized with COPD exacerbation with and without pneumonia. International Journal Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 455. doi: 10.2147/copd.s96179

Restrepo, M., Sibila, O., & Anzueto, A. (2018). Pneumonia in Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Tuberculosis And Respiratory Diseases, 81(3), 187. doi: 10.4046/trd.2018.0030

Versi Terbaru

16/04/2021

Ditulis oleh Fajarina Nurin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Karinta Ariani Setiaputri


Artikel Terkait

Makanan untuk Penderita PPOK: Anjuran dan Pantangan

Double Pneumonia, Saat Infeksi Menyerang Kedua Paru-Paru


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fajarina Nurin · Tanggal diperbarui 16/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan