backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan
Konten

3 Penyebab Bayi Gumoh Bening seperti Air, Perlukah Khawatir?

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 25/10/2023

3 Penyebab Bayi Gumoh Bening seperti Air, Perlukah Khawatir?

Ibu mungkin sudah pernah atau bahkan sering mendapati bayi mengalami muntah atau gumoh sesudah atau saat makan atau menyusu. Si Kecil gumoh atau muntah dapat terjadi karena berbagai hal. Ini termasuk jika bayi Anda gumoh atau muntah yang bening dan tampak seperti air. Apakah hal ini normal dan apa penyebabnya? Berikut penjelasannya.

Apakah normal bayi gumoh bening?

Selama tidak menunjukkan gejala lain, bayi gumoh bening umumnya merupakan hal yang wajar dan normal, sehingga Anda tak perlu begitu khawatir.

Melansir Mothers and More, cairan bening yang keluar dari mulut bayi saat tumbuh gigi atau setelah makan biasanya hanyalah air liur.

Terkadang, bayi tidak menelan ludahnya sesering orang dewasa, sehingga sering kali menetes ke dagu dan lehernya, bahkan setelah makan.

Di sisi lain, cairan bening yang keluar dari mulut bayi juga bisa bercampur gumpalan putih yang biasanya terjadi setelah bayi menyusu.

Cairan ini merupakan air liur bayi yang bercampur dengan susu atau ASI yang si Kecil minum. Adapun gumoh dengan cairan bening seperti ini juga merupakan hal yang normal terjadi.

Meski umumnya wajar, ada kalanya muntah air bening yang keluar dari mulut bayi berasal dari perut atau sistem pencernaannya.

Muntah pada bayi ini akan terlihat seperti gumoh yaitu berwarna putih seperti susu, tetapi bercampur cairan bening yang berasal dari perut.

Perbedaan gumoh dan muntah

Perbedaan antara muntah dan gumoh yang utama adalah proses bagaimana cairan keluar. Begini penjelasannya.
  • Gumoh biasanya terjadi sebelum atau sesudah bayi bersendawa dan keluar dengan tanpa paksaan seperti mengalir begitu saja. Gumoh sangat umum terjadi pada bayi berusia di bawah 1 tahun.
  • Sementara muntah terjadi karena paksaan. Paksaan ini berasal dari otot-otot di sekitar perut yang mendapat perintah dari otak untuk mengeluarkan isi perut.

Penyebab bayi gumoh atau muntah bening

penyebab bayi muntah

Berikut adalah beberapa penyebab atau alasan mengapa bayi mengalami gumoh atau muntah air bening. 

1. Sistem pencernaan yang belum sempurna

Bayi perlu mempelajari semua hal dari awal termasuk cara makan dan menjaga susu agar tetap berada di dalam perut.

Setelah diberikan susu, bayi mungkin sesekali muntah atau gumoh bening. Proses ini umumnya berlangsung selama bulan pertama setelah bayi dilahirkan.

Penyebab bayi gumoh atau muntah ini adalah perut si Kecil yang masih belum terbiasa mencerna makanan.

Selain organ dalam, bayi juga masih perlu mempelajari bagaimana cara minum susu secara perlahan dan tidak dalam jumlah yang banyak sekaligus.

2. Gastroenteritis 

Dikenal juga sebagai “tummy bug” atau “stomach flu, gastroenteritis merupakan penyebab bayi atau anak sering muntah paling umum.

Sistem kekebalan tubuh si Kecil masih berkembang sehingga rentan terkena virus. Saat terkena virus, si Kecil mungkin mengalami siklus muntah-muntah yang datang dan pergi selama 24 jam.

Gejala lain yang mungkin dialami bayi yang berlangsung selama 4 hari atau lebih, seperti berikut ini.

  • Diare ringan.
  • Mudah menangis.
  • Nafsu makan berkurang.
  • Nyeri atau kram pada perut.

3. Refluks pada bayi

Bayi juga dapat mengalami refluks asam atau GERD, seperti halnya orang dewasa. Refluks bisa menyebabkan bayi muntah atau gumoh air bening di beberapa minggu atau 1 bulan awal kehidupan.

Penyebab anak sering gumoh bening karena refluks asam terjadi ketika otot di bagian atas lambung terlalu rileks. Hal ini bisa memicu bayi untuk muntah sesaat setelah makan atau menyusu.

Ditambah lagi, perut si Kecil belum sepenuhnya berkembang untuk bisa mencerna beberapa jenis protein.

Cara mengatasi bayi gumoh bening

galaktosemia

Meski umumnya wajar dan normal, Anda bisa melakukan beberapa langkah umum untuk mengatasi gumoh bening pada bayi, yaitu sebagai berikut.

1. Posisi makan yang benar

Pastikan bayi Anda makan dalam posisi tegak dan sandarkan kepala bayi dengan baik. Hindari memberi makan bayi dalam posisi telentang atau terlalu horizontal.

Dilansir dari Health Service Executive, jaga tubuh bayi tetap tegak selama 30 menit setelah makan.

2. Jaga jarak pemberian makanan

Memberi makan bayi dalam jumlah kecil dan sering dapat membantu mengurangi kemungkinan gumoh.

Cobalah untuk memberi makan bayi Anda dalam jangka waktu yang lebih pendek.

3. Pemberian ASI eksklusif

Untuk menghindari masalah saat menyusui, pemberian ASI eksklusif bisa membantu mengurangi risiko gumoh yang berlebihan.

4. Hindari mengguncang bayi setelah makan

Hindari mengguncang bayi secara kasar atau menggerak-gerakkan bayi setelah makan, karena ini dapat menyebabkan gumoh.

5. Angkat kepala bayi saat tidur

Jika bayi tidur dalam posisi telentang, coba angkat kepala bagian atas tempat tidur bayi dengan beberapa bantal. Cara ini dapat membantu mencegah bayi gumoh bening saat tidur.

6. Perhatikan alergi makanan

Beberapa bayi mungkin memiliki alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu yang dapat menyebabkan gumoh.

Jika Anda mencurigai kondisi ini, bicarakan dengan dokter anak untuk menilai apakah perubahan dalam jenis makanan diperlukan.

Perhatian!

Ingatlah bahwa gumoh yang terjadi sesekali biasanya adalah hal yang normal pada bayi. Namun di sisi lain, segera hubungi dokter anak apabila bayi muntah dengan tanda-tanda berikut ini.
  • Muntah lebih banyak (lebih dari gumoh), sering dan secara terpaksa.
  • Cairan muntah berwarna hijau atau sedikit kuning.
  • Muntah disertai darah.
  • Menunjukkan gejala dehidrasi.
  • Menolak untuk diberi makan.
  • Menunjukkan gejala yang janggal.
Dokter akan dapat memberikan bantuan dan saran yang sesuai berdasarkan kondisi bayi Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 25/10/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan