backup og meta

Hipospadia, Kelainan Bawaan Lahir pada Lubang Kencing Pria

Hipospadia, Kelainan Bawaan Lahir pada Lubang Kencing Pria

Lubang kencing pria normalnya terletak pada ujung penis. Namun, lubang ini bisa terletak pada bagian bawah batang penis pada pengidap hipospadia. Lantas, bagaimanakah penanganan untuk masalah kesehatan pria ini?

Apa itu hipospadia?

Hipospadia atau hypospadia adalah kelainan ketika bukaan uretra atau lubang kencing terdapat pada bagian bawah penis, bukan pada ujung penis seperti seharusnya.

Uretra merupakan saluran yang mengalirkan urine keluar dari kandung kemih melalui penis. Pada pengidap hipospadia, lubang uretra terletak di bagian bawah batang penis.

Kelainan bawaan lahir ini bisa tergolong ringan hingga berat, tergantung dari letak lubang uretra. Jika tidak ditangani dengan benar, salah satu dampaknya adalah masalah kesuburan pada pria.

Oleh sebab itu, pengidap hipospadia harus berkonsultasi dengan dokter untuk bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Sebuah studi dalam jurnal European Urology (2019) memperkirakan angka kasus hipospadia di seluruh dunia adalah sekitar 20,9 kasus per 10.000 kelahiran bayi laki-laki. 

Tanda dan gejala hipospadia

Tanda-tanda hipospadia biasanya sudah dapat terlihat sejak bayi lahir dan masih berada di rumah sakit. Namun, dalam sebagian kasus, kelainan ini tidak begitu berat dan tidak terlihat.

Gejala hipospadia yang paling utama adalah ketika ujung uretra tidak berada pada ujung penis. Lubang kencing bahkan bisa terletak di dekat kepala penis.

Namun, dalam beberapa kasus, lubang uretra mungkin terletak pada bagian tengah dan bawah penis hingga area skrotum atau kantong buah zakar.

Pengidap kelainan penis ini mungkin mengalami tanda dan gejala lain, meliputi:

  • bagian kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis,
  • sebagian pria akan mengalami penis melengkung saat ereksi, dan
  • memiliki aliran kencing yang tidak normal sehingga harus duduk saat berkemih.

Mungkin ada tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Apabila Anda memiliki kekhawatiran terhadap gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda. 

Penyebab hipospadia

hipospadia

Lubang kencing seharusnya terletak pada ujung penis. Namun, bayi laki-laki dengan hipospadia memiliki lubang kencing yang berada pada sisi bawah batang penis.

Penyebab hipospadia tidak diketahui pasti. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Dilansir dari situs Boston’s Children Hospital, kelainan penis ini disebabkan oleh kerusakan hormon. 

Ketika penis berkembang di dalam kandungan, ada hormon tertentu yang berperan penting untuk membentuk uretra dan kulup.

Kerusakan pada hormon tersebut dapat mengganggu pembentukan penis secara sempurna sehingga menyebabkan hipospadia pada bayi laki-laki.

Faktor risiko hipospadia

Beberapa kondisi berikut ini dapat meningkatkan risiko bayi laki-laki terlahir dengan hipospadia.

  • Riwayat keluarga. Bayi berisiko mengalami kelainan penis ini bila terlahir dari keluarga yang memiliki riwayat kondisi serupa.
  • Genetika. Variasi gen tertentu berpotensi mengganggu kerja hormon yang merangsang pembentukan organ penis secara sempurna.
  • Hamil usia di atas 35 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko hipospadia pada bayi bila ibu menjalani kehamilan di atas usia 35 tahun.
  • Paparan zat tertentu selama kehamilan. Terdapat kaitan hipospadia dengan paparan senyawa tertentu, seperti obat nyamuk, pestisida, dan bahan kimia lain.

Komplikasi hipospadia

Proses tumbuh dan kembang anak akan terganggu bila hipospadia tidak segera diobati sejak dini. Hal ini bisa membawa masalah saat anak belajar buang air kecil di toilet.

Lubang uretra yang tidak berada pada ujung penis kemungkinan membuat orang-orang dengan hypospadia memiliki batang penis yang melengkung.

Kondisi ini membuat mereka kesulitan untuk kencing sehingga harus buang air kecil dalam posisi jongkok atau duduk.

Setelah beranjak dewasa, hipospadia dapat menimbulkan kelengkungan abnormal saat penis ereksi. Kondisi ini bisa mengganggu mereka saat harus berhubungan intim.

Meski tidak memengaruhi fungsi seksual pria, kelainan lubang kencing ini bisa mempersulit pria untuk memiliki keturunan. 

Pasalnya, akan lebih sulit untuk air mani dan sperma memasuki rahim setelah ejakulasi. Dengan demikian, peluang terjadinya pembuahan juga semakin kecil.

Diagnosis hipospadia

Hipospadia jarang terlihat pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan USG (ultrasound) janin selama kehamilan. 

Umumnya, dokter baru dapat menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan fisik tepat setelah bayi lahir. 

Setelah mendiagnosis hipospadia, dokter akan merujuk bayi ke ahli bedah dengan spesialisasi dalam kelainan genital dan kemih (urologi anak) untuk pemeriksaan lebih lanjut. 

Pengobatan hipospadia

operasi hipospadia

Pembedahan merupakan tindakan utama dalam pengobatan hipospadia. Tindakan ini dilakukan supaya kondisi dan fungsi penis menjadi normal seperti seharusnya. 

Dokter akan membuat lubang kencing baru pada kepala penis. Pembedahan korektif ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin, yakni saat bayi laki-laki berusia 6–12 bulan. 

Meski begitu, pembedahan dapat pula dilakukan saat anak-anak atau dewasa bila kondisi tidak tidak terdeteksi setelah bayi baru lahir.

Kebanyakan pasien langsung pulang usai operasi. Pasien biasanya memerlukan kateter urine, yakni saluran buatan dari plastik untuk membantu mengalirkan urine dari penis. 

Setelah operasi, biasanya urine akan bercampur dengan darah. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk mencegah infeksi pascaoperasi.

Kateter bisa dokter lepas dalam waktu 10 hari. Umumnya, Anda hanya membutuhkan dua kali kontrol setelah pembedahan dilakukan. 

Setelah pembedahan, pasien diharapkan memiliki fungsi penis dan kehidupan intim yang normal.

Pengobatan di rumah untuk hipospadia

Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda untuk memulihkan hipospadia adalah sebagai berikut.

  • Beri tahu dokter tentang masalah medis Anda alami setelah operasi.
  • Gunakan dua popok setelah operasi, yakni satu untuk feses dan satu untuk cairan urine yang keluar dari kateter.
  • Selalu menjaga kebersihan penis, misalnya dengan segera membersihkan luka bekas operasi dengan air bersih bila terkena feses atau urine.

Selain itu, Anda perlu segera menghubungi dokter bila mengalami efek samping pasca-operasi. 

Hal ini termasuk demam, keluar nanah dari penis, tidak ada urine yang keluar dari kateter lebih dari satu jam, atau urine merembes dari bagian penis yang lain.

Pencegahan hipospadia

Para peneliti masih melakukan riset lebih lanjut mengenai penyebab sekaligus tindakan medis untuk mencegah kelainan ini. 

Meski begitu, Anda tetap bisa melakukan langkah pencegahan, termasuk konsultasi kehamilan, pemenuhan kebutuhan gizi saat hamil, dan pemeriksaan kandungan rutin.

Ibu hamil sebaiknya berhati-hati ketika menggunakan obat atau bahan-bahan tertentu yang bisa mengganggu kinerja dan kestabilan hormon dalam tubuh. 

Anda juga bisa mengurangi risiko bayi mengidap kelainan ini dengan cara berikut.

  • Pertahankan berat badan ideal,
  • Jangan merokok atau minum alkohol saat hamil,
  • Konsumsi 400–800 mikrogram (mcg) asam folat per hari, dan
  • Rutin periksa kandungan dengan dokter, minimal enam kali selama kehamilan.

Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dari masalah Anda.

Kesimpulan

  • Hipospadia (hypospadia) adalah kelainan penis bawaan lahir saat lubang kencing ada pada bawah batang penis, bukan pada ujungnya.
  • Penyebab kelainan ini belum diketahui pasti, tetapi diduga disebabkan oleh kerusakan hormon dan paparan zat tertentu selama masa kehamilan.
  • Tindakan bedah korektif perlu dilakukan guna mengembalikan bentuk dan fungsi penis.
  • Prosedur ini sebaiknya dilakukan sejak bayi berusia 6–12 bulan, tetapi juga bisa dilakukan saat remaja atau dewasa bila kelainan ini tidak terdeteksi saat baru lahir.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Facts about Hypospadias. (2023). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved November 20, 2023, from https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/hypospadias.html

Hypospadias. (2022). Urology Care Foundation. Retrieved November 20, 2023, from https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/h/hypospadias

Hypospadias: Causes, Diagnosis & Treatment. (2021). Cleveland Clinic. Retrieved November 20, 2023, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15060-hypospadias

Hypospadias – Symptoms and causes. (2018). Mayo Clinic. Retrieved November 20, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypospadias/symptoms-causes/syc-20355148

Hypospadias – Diagnosis and treatment. (2018). Mayo Clinic. Retrieved November 20, 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypospadias/diagnosis-treatment/drc-20355153

Hypospadias. (n.d.). Boston Children’s Hospital. Retrieved November 20, 2023, from https://www.childrenshospital.org/conditions/hypospadias

Hypospadias. (2023). MedlinePlus. Retrieved November 20, 2023, from https://medlineplus.gov/ency/article/001286.htm

Yu, X., Nassar, N., Mastroiacovo, P., Canfield, M., Groisman, B., Bermejo-Sánchez, E., Ritvanen, A., Kiuru-Kuhlefelt, S., Benavides, A., Sipek, A., Pierini, A., Bianchi, F., Källén, K., Gatt, M., Morgan, M., Tucker, D., Canessa, M. A., Gajardo, R., Mutchinick, O. M., Szabova, E., … Agopian, A. J. (2019). Hypospadias Prevalence and Trends in International Birth Defect Surveillance Systems, 1980-2010. European urology, 76(4), 482–490. https://doi.org/10.1016/j.eururo.2019.06.027

Versi Terbaru

23/11/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Penis Bengkok Saat Ereksi, Apakah Normal?

Mana Posisi Penis di Celana Dalam yang Lebih Sehat: Ke Atas Atau Bawah?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 23/11/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan