backup og meta

Adakah Hubungan antara Mendengkur dan Infeksi COVID-19?

Adakah Hubungan antara Mendengkur dan Infeksi COVID-19?

Penelitian selama satu dekade terakhir semakin memvalidasi bahwa tidur berperan penting terhadap kesehatan tubuh manusia. Masalah tidur seringkali dikaitkan dengan penyakit-penyakit berat baik fisik maupun mental. Sebuah studi terbaru mengaitkan kondisi mendengkur dengan gejala COVID-19 berat. 

Mendengkur dan rasa kantuk berlebih merupakan gejala utama dari sleep apnea atau henti napas saat tidur. Kondisi tersebut merupakan penyakit tidur yang bisa disebabkan oleh hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, hingga impotensi. 

Bagaimana penyakit dengan gejala mendengkur ini bisa menyebabkan COVID-19 gejala berat?

Semua yang harus diketahui tentang hubungan mendengkur dan infeksi COVID-19

gangguan tidur dan COVID-19

Jumlah penderita sleep apnea pada pada pasien COVID-19 di Finlandia mencapai 29%, sementara di Amerika Serikat khususnya Washington yakni 28,6% dan Seattle sebanyak 21%. Banyak artikel jurnal yang menyatakan bahwa sleep apnea merupakan salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala pada pasien COVID-19. 

Sebuah studi di Journal of Clinical Sleep Medicine mengatakan sleep apnea berpotensi memengaruhi keparahan hipoksia dan badai sitokin yang terjadi pada pasien COVID-19. Kedua kondisi ini sering terjadi pada pasien COVID-19 yang mengalami gejala berat. 

Hipoksia adalah kondisi saat level oksigen dalam tubuh seseorang sangat rendah. Sedangkan sleep apnea menyebabkan penurunan kadar oksigen berulang kali sepanjang tidur. Inilah yang membuat orang dengan penyakit mendengkur ini berisiko mengalami penurunan oksigen yang lebih parah jika menderita COVID-19.

Sedangkan badai sitokin (cytokine storm) adalah kondisi saat respons kekebalan tubuh timbul secara berlebihan dan bereaksi di luar kendali tubuh. 

Episode sesak yang disebabkan micro arousals pada orang yang mendengkur juga didapati membuat mediator peradangan seperti Interleukin 6 (IL6) dan leptin meningkat. Kondisi peradangan kronis ini akan meningkatkan risiko terjadinya badai sitokin pada pasien COVID19.

Penyakit tidur dan gejala-gejala berat pada pasien COVID-19

Semua harus tahu hubungan mendengkur dan infeksi COVID-19

Semua penyakit tidur mulai dari kurang tidur, insomnia, dan sleep apnea diketahui dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan risiko pneumonia. 

Walau masih banyak tanda tanya dalam perjalanan penyakit COVID19 , tampak jelas hubungan antara tidur, imunitas, dan infeksi COVID19.

Beberapa ahli epidemiologi menyayangkan menurunnya pelayanan kesehatan tidur yang mencapai 80% di AS. Padahal kesehatan tidur bisa menjadi kunci pencegahan keparahan COVID19 apalagi di masa pandemi ini banyak faktor risiko yang membuat masalah tidur semakin meningkat

Di Indonesia malah masih buta kesehatan tidur. Sedih, melihat peningkatan insomnia, dan pengabaian penanganan mendengkur di masa pandemi ini. 

Rumah sakit dan dokter harus melakukan pendataan apakah pasien yang mereka tangani memiliki sleep apnea obstruktif sebagai faktor risiko COVID-19. Data-data ini harus harus dimasukkan dalam studi dan data hasil untuk COVID-19. 

Para peneliti di Journal of Sleep Medicine Review juga menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut dampak infeksi COVID-19 pada mereka yang memiliki masalah tidur. Termasuk upaya mengidentifikasi pasien COVID-19 yang memiliki sleep apnea namun belum pernah terdiagnosa sebelumnya. 

Mulai perhatikan kesehatan tidur Anda. Mendengkur, kekurangan tidur, atau kantuk berlebihan bisa menjadi tanda kesehatan yang penting. 

Sleep Healthy, Wake Up Happy!

[embed-health-tool-heart-rate]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Diperbarui oleh: Rina Nurjanah


Artikel Terkait

10 Merk Sprei Terbaik yang Bahannya Lembut dan Nyaman

7 Penyebab Kaki Kram Saat Tidur dan Cara Mengatasinya


Ditulis oleh

dr. Andreas Prasadja, RPSGT

somnologis · Snoring & Sleep Disorder Clinic


Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan