backup og meta

Intermittent Explosive Disorder

Intermittent Explosive Disorder

Amarah yang berlebihan hingga membuat seseorang membanting barang atau melakukan kekerasan bisa berdampak buruk. Bahkan, kecenderungan ini ternyata bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang disebut intermittent explosive disorder.

Seperti apa gangguan emosi ini? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Apa itu intermittent explosive disorder?

Intermittent explosive disorder adalah episode impulsif, agresif, serta perilaku kekerasan yang terjadi secara berulang atau tiba-tiba. Kondisi ini bisa juga diartikan sebagai ledakan kemarahan secara verbal pada situasi yang tidak seharusnya.

Orang dengan gangguan eksplosif intermiten bisa saja melempar atau menghancurkan benda, serta mungkin juga melakukan kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT).

Emosi yang terlalu berlebihan ini dapat menyebabkan pengidapnya kesulitan dalam menjaga hubungan dengan keluarga, pasangan, maupun orang di sekitarnya.

Buruknya lagi, intermittent explosive disorder bisa berdampak negatif pada sekolah, pekerjaan, dan bahkan berujung dengan tindakan pindana.

Gangguan mental ini bisa berlanjut selama bertahun-tahun, meskipun tingkat keparahan ledakan kemarahannya dapat menurun seiring bertambahnya usia.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Siapa saja bisa mengalami intermittent explosive disorder, tidak memandang usia maupun jenis kelamin. Namun, orang dengan trauma psikologis sangat mungkin mengalaminya.

Berdasarkan situs Cleveland Clinic, diperkirakan antara satu sampai tujuh persen individu akan mengalami gangguan emosi ini setidaknya satu kali dalam hidupnya.

Tanda dan gejala gangguan eksplosif intermiten

intermittent explosive disorder adalah

Kemarahan yang berlebihan dapat muncul secara tiba-tiba, biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Episode ini mungkin sering terjadi, bisa beberapa kali dalam beberapa minggu atau bulan.

Tanda-tanda bila pengidapnya berada di episode agresif yakni:

  • mudah marah,
  • energi meningkat,
  • pikiran kacau,
  • terjadi perkelahian dengan orang lain,
  • tremor,
  • jantung berdebar, dan
  • sesak pada dada.

Sementara itu, kemarahan yang ditunjukkan secara verbal kadang terjadi pada situasi yang tidak tepat. Orang-orang yang mengalaminya mungkin tidak memikirkan konsekuensinya.

Fase ini ditunjukkan dengan tanda sebagai berikut.

  • Terus mengomel tanpa henti.
  • Terjadi adu argumen dengan orang lain.
  • Berteriak-teriak.
  • Mendorong atau menampar orang lain.
  • Memberikan ancaman.

Setelah episode amarah berakhir, pengidapnya akan merasa lega, tapi kelelahan.

Kemudian, mereka akan menyesali tindakan agresif dan impulsif yang dilakukannya. Kadang, hal ini juga bisa menimbulkan rasa malu.

Kapan harus periksa ke dokter?

Bila Anda merasakan tanda dan gejala yang disebutkan di atas, terutama kesulitan dalam mengontrol rasa marah, jangan sungkan untuk berkonsultasi ke dokter.

Biasanya, Anda akan dirujuk untuk melakukan konseling dengan psikolog terlebih dulu.

Penyebab intermittent explosive disorder

toxic parents

Gangguan eksplosif intermiten dapat dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya setelah usia enam tahun atau saat remaja. Meski begitu, gangguan emosi ini paling sering terjadi pada orang dewasa muda.

Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tapi ada kemungkinan kondisi ini dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor lingkungan dan biologis sebagai berikut ini.

  • Lingkungan. Kebanyakan orang dengan gangguan ini tumbuh di lingkungan keluarga yang memiliki perilaku agresif. Selain itu, gangguan emosi juga bisa berawal dari trauma psikologis pada masa kanak-kanak, seperti akibat pelecehan verbal atau kekerasan seksual.
  • Faktor genetik. Gangguan ini bisa jadi disebabkan oleh faktor-faktor genetik yang diwariskan orangtua pada anak-anaknya.
  • Cara kerja otak yang berbeda dari biasanya. Ada perbedaan antara struktur, fungsi, dan zat kimia pada otak pengidap gangguan ini dengan orang-orang pada umumnya.

Faktor-faktor risiko intermittent explosive disorder

Walaupun penyebabnya tidak diketahui secara pasti, peneliti menyebutkan bahwa kelompok berikut lebih berisiko mengalami gangguan ini.

  • Orang-orang yang pernah mengalami pelecehan, entah itu secara seksual maupun verbal.
  • Orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian ambang, atau gangguan lain yang mencakup gangguan perilaku, seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD).

Diagnosis dan pengobatan intermittent explosive disorder

kisah skizofrenia

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Dokter akan meminta pasien untuk menjalani berbagai tes kesehatan sebelum menegakkan diagnosis penyakit. Beberapa pemeriksaan yang biasanya dilakukan yakni sebagai berikut.

  • Pemeriksaan fisik untuk mengesampingkan masalah fisik atau penggunaan zat tertentu yang menyebabkan munculnya gejala.
  • Evaluasi psikologis dengan dokter ahli kejiwaan untuk membicarakan gejala, perasaan, dan pola perilaku pasien.
  • Menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) sebagai pedoman untuk menegakkan diagnosis penyakit mental.

Apa saja pilihan pengobatan untuk intermittent explosive disorder?

Tidak pengobatan khusus untuk gangguan emosi ini. Biasanya, dokter akan merekomendasikan perawatan berikut agar pasien dapat mengelola gejalanya dengan lebih baik.

Psikoterapi

Terapi ini berfokus untuk membangun keterampilan pasien dalam menghadapi dan mencegah kemunculan gejala, serta mengetahui situasi atau perilaku mana yang memicu respons agresif. Jenis psikoterapi yang umum digunakan yaitu terapi perilaku kognitif.

Minum obat-obatan

Berbagai jenis obat dapat membantu pengobatan gangguan eksplosif intermiten. Pengobatan mungkin mencakup konsumsi antidepresan tertentu, seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) khusus penstabil suasana hati, antikonvulsan, atau obat lain jika diperlukan.

Pengobatan intermittent explosive disorder di rumah

meditasi untuk adhd

Selain mengandalkan pengobatan dokter, perawatan di rumah juga perlu dilakukan. Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi panduan dalam mengelola gejala sekaligus mencegah kemunculannya.

  • Ikuti sesi terapi dengan rutin dan minum obat sesuai dengan saran dokter.
  • Lakukan teknik relaksasi agar pikiran tetap tenang, misalnya dengan meditasi atau yoga.
  • Hindari situasi yang kerap kali membuat Anda kesal atau stres.
  • Belajar untuk memecahkan masalah dengan berpikir rasional pada situasi-situasi yang membuat Anda frustrasi.

Marah merupakan salah satu jenis emosi yang melekat dalam diri manusia. Emosi ini bertujuan untuk mengekspresikan perasaan negatif sehingga dapat memotivasi seseorang untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.

Namun, amarah yang muncul sebagai gejala dari intermittent explosive disorder sepatutnya dikelola melalui perawatan mandiri dan bantuan tenaga mental profesional.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Intermittent explosive disorder. (2018, September 19). Retrieved February 14, 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/intermittent-explosive-disorder/symptoms-causes/syc-20373921

Intermittent explosive disorder: Causes, signs, diagnosis & treatments. (n.d.). Retrieved February 14, 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17786-intermittent-explosive-disorder

Quick Guide to Intermittent Explosive Disorder. (2021, September 07). Retrieved February 14, 2022, from https://childmind.org/guide/quick-guide-to-intermittent-explosive-disorder/

American Psychological Association. (n.d.). Anger and aggression. American Psychological Association. Retrieved February 14, 2022, from https://www.apa.org/topics/anger

Versi Terbaru

03/04/2023

Ditulis oleh Aprinda Puji

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Fariq Maulana


Artikel Terkait

Katarsis, Pelepasan Emosi dengan Kegiatan Positif

Penyebab Sifat Tempramental dan Cara Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 03/04/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan