Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah salah satu jenis penyakit pneumonia. Penyakit SARS mirip dengan COVID-2019 yang kini tengah mewabah. Penyakit SARS disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV.
Infeksi virus SARS-CoV yang menyerang saluran pernapasan dapat berakibat fatal menyebabkan kematian. Terutama jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat. Menurut WHO, fatalitas penyakit SARS mencapai 3%.
Penyakit infeksi virus ini pertama kali ditemukan menyebar di Cina pada November 2002. SARS kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan mewabah di 29 negara dalam beberapa bulan saja.
Wabah penyakit SARS yang sempat menjadi wabah di Indonesia telah terkendali dan pertambahan kasusnya dapat ditekan. Sekarang belum ditemukan lagi kasus penyakit SARS di dunia sejak tahun 2004.
Dari data yang tercatat, kebanyakan penderita penyakit SARS adalah orang dewasa berumur 25-70 tahun. Beberapa kasus ditemukan pada remaja berusia 15 tahun ke bawah.
Orang yang berusia di atas 50 tahun atau memiliki penyakit bawaan atau kronis seperti diabetes, jantung koroner, dan imunitas lemah, berisiko mengalami akibat fatal dari penyakit ini. Hal ini terlihat dari angka kematian akibat SARS pada kelompok berisiko ini yang lebih tinggi.
Serupa dengan data COVID-19, penyakit SARS memiliki gejala seperti flu. Saat tertular, virus tidak langsung masuk menginfeksi dan menyebabkan gangguan.
Gejala biasanya mulai muncul 2 hingga 7 hari setelah tertular. Hal ini disebabkan masa inkubasi virus, yaitu waktu dari Anda terpapar virus hingga muncul gejala pertama kali, dapat berlangsung sampai 10 hari.
Umumnya, ciri-ciri dan gejala penyakit SARS yang dialami adalah:
Setelah mengalami gejala awal, virus akan mulai masuk lebih dalam ke saluran pernapasan dan menyerang sel-sel sehat di paru-paru. Kondisi tersebut menyebabkan gejala penyakit SARS yang lebih berbahaya, seperti:
Beberapa keluhan yang lebih serius biasanya berupa pneumonia parah dan berkurangnya kadar oksigen pada darah. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal pada kebanyakan kasus dengan gejala berat.
Anda harus dengan segera memeriksakan diri ke rumah sakit apabila mengalami beberapa gejala SARS, seperti demam tinggi (38 °C atau lebih), demam yang tidak kunjung sembuh, nyeri otot, dan batuk kering.
Hal ini sangat dianjurkan terlebih jika Anda memiliki riwayat gangguan jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes guna mencegah timbulnya gejala serius, komplikasi berbahaya, dan ancaman kematian.
Penyebab penyakit SARS adalah virus corona jenis SARS-CoV. Selain SARS, virus corona juga menyebabkan penyakit lain yang turut menyerang sistem pernapasan seperti MERS dan COVID-19.
Kelelawar dan musang merupakan hewan yang biasanya disebut-sebut sebagai “sumber virus” SARS karena virus tersebut diduga disebarkan melalui sistem pernafasan kelalawar.
Penularan virus pertama kali terjadi dari hewan ke manusia. Virus kemudian bermutasi sehingga dapat berpindah di antara manusia. SARS-CoV masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan mata.
Virus penyebab SARS dapat ditularkan melalui udara dan percikan air liur (droplet). Artinya, jika Anda menghirup udara atau terpapar droplet yang mengandung virus SARS, Anda bisa terinfeksi.
Berikut ini adalah penularan virus penyebab SARS yang perlu diwaspadai dalam aktivitas sehari-hari:
Semakin dekat kontak dengan penderita SARS, risiko penularan akan semakin tinggi.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kerentanan Anda terjangkit penyakit SARS adalah:
Pertama-tama, dokter akan mencoba untuk mendiagnosis SARS dengan menanyakan risiko penularan yang mungkin dialami dan menjadi penyebab keluhan. Beberapa di antaranya seperti riwayat perjalanan ke mana Anda bepergian belakangan ini, dengan siapa Anda melakukan kontak, dan lain-lain.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan mengukur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
Namun, pemeriksaan fisik tidak cukup memastikan diagnosis terhadap penyakit SARS. Diagnosis akhir membutuhkan pemeriksaan lanjutan seperti:
Tes darah, pemeriksaan sampel feses dan dahak, serta PCR dibutuhkan untuk mengetahui apakah darah dan kotoran Anda benar-benar terinfeksi virus penyebab SARS. Tes ini juga dapat menunjukkan apakah terdapat antigen dari infeksi virus tersebut.
Radiografi dan Tomografi (CT scan) juga biasanya dilakukan apabila dokter menduga terdapat suatu bentuk komplikasi SARS dengan bronchitis dan pnumonia.
Informasi yang tersedia bukanlah pengganti dari nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Sampai artikel ini ditulis, belum ditemukan obat yang secara efektif menyembuhkan infeksi virus penyebab SARS.
Meskipun penelitian terhadap penyakit ini terus dilakukan secara masif, para ilmuwan belum menemukan pengobatan yang efektif untuk penyakit SARS. Obat antibiotik tidak bekerja melawan virus dan obat antivirus belum menunjukkan banyak manfaat.
Pengobatan yang dilakukan masih berupa perawatan suportif untuk mengendalikan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Cara ini dilakukan untuk menghambat infeksi virus menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada sistem pernapasan.
Untuk mengobati penyakit ini, Anda perlu mendapatkan perawatan medis. Upaya pengobatan yang dilakukan untuk penyakit SARS adalah:
Apabila anda mengalami gejala pneumonia, dokter juga biasanya akan memberikan resep tambahan berupa steroid anti-inflamasi.
Perawatan pasien harus dilakukan di ruangan dengan sistem ventilasi yang optimal untuk melancarkan sirkulasi udara.
Para peneliti sedang menguji beberapa jenis vaksin untuk mencegah penyakit SARS dengan efektif, tetapi hingga kini belum vaksin yang diuji pada manusia.
Berikut adalah kebiasaan hidup sehat yang perlu diterapkan sehari-hari untuk mencegah penularan penyakit SARS:
Ikuti semua tindakan pencegahan selama setidaknya 10 hari setelah tanda dan gejala hilang.
Jauhkan anak-anak dari sekolah jika mereka mengalami demam atau gangguan masalah pernapasan dalam 10 hari setelah terpapar penderita penyakit SARS.
Begini Cara Efektif Mencegah Tertular Infeksi Virus COVID-19
Apabila Anda memiliki pertanyaan, mohon segera konsultasikan dengan dokter profesional untuk mendapatkan solusi medis terbaik.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar