Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang cukup banyak menyumbang kasus malaria secara global. Supaya Anda bisa lebih waspada terhadap penyebarannya, ketahui informasi lengkap mengenai malaria melalui uraian berikut ini.
Apa itu penyakit malaria?
Malaria adalah penyakit infeksi parasit Plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Jenis parasit Plasmodium yang bisa dibawa oleh Anopheles dan menyebabkan malaria sebenarnya cukup beragam. Beberapa di antaranya yaitu:
- Plasmodium falciparum,
- Plasmodium vivax,
- Plasmodium ovale, dan
- Plasmodium malariae.
P. falciparum adalah jenis parasit yang paling sering menyebabkan infeksi. Penyakit yang disebabkannya kerap disebut sebagai malaria tropika.
Gigitan nyamuk pembawa Plasmodium akan meninggalkan parasit tersebut di dalam aliran darah. Setelah itu, parasit Plasmodium akan berkembang di dalam hati dan kemudian menyerang sel darah merah.
Malaria termasuk penyakit infeksi yang bisa sembuh total selama mendapatkan perawatan tepat. Sebaliknya, infeksi ini bisa menimbulkan komplikasi fatal jika tidak segera ditangani.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara endemik malaria di wilayah Asia.
Pada 2021 lalu, Indonesia mencatatkan 811.636 kasus malaria. Ini adalah jumlah terbanyak kedua di Asia setelah India.
Setelah melalui berbagai upaya, angka positif di Indonesia berhasil turun menjadi 418.546 kasus pada 2023. Angka ini diperoleh dari 3.464.862 pemeriksaan.
Sejauh ini beberapa wilayah yang paling banyak terserang malaria adalah Papua, Papua Barat, Maluku, dan NTT.
Tanda dan gejala malaria
Gejala malaria biasanya muncul dalam kurun waktu 10 hari hingga empat minggu setelah terinfeksi oleh gigitan nyamuk.
Akan tetapi, ada pula yang merasakannya setelah tujuh hari terinfeksi. Berikut adalah gejala malaria yang paling sering dilaporkan oleh orang dewasa maupun anak-anak.
- Menggigil sedang sampai berat.
- Demam tinggi.
- Tubuh kelelahan.
- Banyak berkeringat.
- Sakit kepala.
- Mual disertai muntah.
- Diare.
- Nyeri otot.
Beberapa orang mungkin merasakan gejala lain, termasuk yang tidak tertulis di atas. Bila Anda merasa tidak enak badan setelah digigit nyamuk, segeralah berkonsultasi ke dokter.
Apa saja jenis malaria?
Berdasarkan tingkat keparahan gejalanya, malaria bisa dibedakan menjadi dua jenis berikut.
1. Malaria biasa
Pada kasus malaria biasa, infeksi Plasmodium hanya menimbulkan gejala-gejala utama karena tidak menyerang organ vital.
Berbagai gejala tersebut biasanya hanya bertahan selama 6–10 jam. Pada beberapa orang, gejala tersebut mungkin berulang setiap dua hari sekali.
2. Malaria berat
Apabila malaria biasa tidak segera ditangani, infeksi akan menyerang organ vital sehingga menyebabkan perburukan kondisi.
Malaria berat berarti bahwa Anda telah mengalami kondisi yang disebut sekuestrasi. Ini adalah kondisi ketika darah menggumpal dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah menuju otak.
Ketika pembuluh darah menuju otak tersumbat, pasien infeksi parasit ini bisa mengalami kejang, asidosis, anemia berat, hingga stroke.
Lebih lanjut, pasien tersebut berisiko mengalami malaria serebral, yaitu kondisi ketika infeksi telah memengaruhi otak.
Kondisi tersebut bisa terjadi kurang dari dua minggu setelah pertama kali digigit nyamuk. Komplikasi ini biasanya diawali demam selama 2–7 hari.
Apa penyebab malaria?
Anda dapat tertular penyakit ini melalui gigitan nyamuk Anopheles yang membawa parasit Plasmodium.
Karena itulah, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk ini tidak bisa menular melalui kontak langsung dari satu orang ke orang lainnya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat menular melalui transfusi darah, transplantasi organ, atau penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Ketika Plasmodium masuk ke dalam darah, parasit tersebut akan bergerak menuju hati. Di dalam hati, parasit akan tumbuh dan berkembang selama beberapa hari.
Tak jarang, parasit P. vivax dan P. ovale akan “tertidur” selama beberapa bulan atau tahun di dalam tubuh manusia.
Ketika sudah dewasa, parasit akan menginfeksi sel darah merah Anda. Pada saat inilah tanda-tanda infeksi mulai timbul.
Faktor risiko malaria
Malaria adalah penyakit yang bisa menyerang hampir setiap orang, terlepas dari berapa usia dan jenis kelaminnya.
Akan tetapi, beberapa kondisi berikut dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya.
- Berusia di bawah lima tahun atau seorang lansia.
- Tinggal di lingkungan beriklim tropis, seperti Indonesia.
- Berada di daerah dengan fasilitas kesehatan yang minim.
Memiliki faktor risiko bukan berarti bahwa Anda pasti terserang infeksi parasit ini. Sebaliknya, infeksi ini tetap bisa terjadi meski Anda tidak memiliki satu pun faktor risiko.
Diagnosis malaria
Sebagai proses diagnosis, dokter akan bertanya tentang gejala yang Anda rasakan, riwayat kesehatan, dan riwayat bepergian Anda dalam beberapa waktu terakhir.
Setelah itu, dokter akan memeriksa apakah terdapat pembengkakan pada limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali).
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan meminta Anda mengikuti beberapa pemeriksaan berikut.
- Uji diagnostik cepat (rapid diagnostic test).
- Hapusan darah tepi (blood smear).
- Tes darah lengkap (complete blood count).
Bagaimana cara mengobati malaria?
Secara umum, pengobatan malaria akan dilakukan dengan pemberian artemisinin-based combination treatments (ACTs).
Artemisinin sendiri bisa terdiri atas dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) atau artesunat-amodiakuin.
Dosis dan kombinasi obatnya akan disesuaikan dengan tingkat keparahan infeksi dan jenis parasit. Berikut adalah penjelasannya.
1. Infeksi ringan (tanpa komplikasi)
Jika gejala malaria masih tergolong ringan dan tidak terjadi komplikasi, dokter akan memberikan ACT yang sering kali dikombinasikan dengan primakuin.
Berdasarkan Buku Saku Tata Laksana Kasus Malaria (2023), berikut adalah kombinasi pengobatannya sesuai jenis parasit yang menginfeksi.
- P. falciparum: terapi ACT satu kali sehari selama tiga hari. Primakuin hanya ditambahkan pada hari pertama saja sebanyak 0,25 mg/kgBB.
- P. vivax: dosis ACT seperti P. falciparum, terapi primakuin diberikan selama 14 hari. Jika kambuh, dosis primakuin akan ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
- P. ovale: ACT DHP selama tiga hari, ditambah primakuin selama 14 hari dengan dosis sama seperti P. vivax.
- P. malariae: pemberian DHP selama tiga hari dengan dosis sama seperti pengobatan lainnya, tetapi tanpa primakuin.
Ibu hamil yang mengalami infeksi ini tidak akan mendapatkan pengobatan yang jauh berbeda. Hanya saja, bumil tidak akan menerima primakuin.
2. Infeksi berat (dengan komplikasi)
Pasien dengan gejala berat harus menerima perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain yang memadai.
Berbeda dengan infeksi ringan, pada tahap ini, Anda perlu menerima pengobatan dengan artesunat melalui infus.
Apabila pasien tidak bisa menerima pengobatan melalui infus, dokter akan memberikan artesunat dalam bentuk vial.
Artesunat akan diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgBB sebanyak tiga kali. Setelah itu, dosis tersebut akan diberikan setiap 24 jam sekali sampai gejala pasien membaik.
Pencegahan malaria
Sampai saat ini, vaksin infeksi parasit ini masih dalam proses pengujian. Sambil menunggu hasilnya, berikut adalah berbagai upaya yang bisa Anda lakukan untuk mencegah malaria.
- Menjaga rumah tetap bersih, kering, dan terhindar dari genangan.
- Tidur dengan kelambu atau obat antinyamuk.
- Menggunakan celana dan baju berlengan panjang saat beraktivitas di luar ruangan, khususnya pada area yang banyak nyamuk.
Jika Anda berencana bepergian ke wilayah dengan kasus endemik, usahakan untuk mendatangi dokter terlebih dulu. Dokter bisa meresepkan obat antimalaria sebagai upaya pencegahan penularan.
Kesimpulan
- Malaria adalah penyakit infeksi parasit Plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk jenis Anopheles.
- Beberapa jenis parasit Plasmodium yang bisa menyebabkan infeksi adalah P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P. malariae.
- Gejala infeksi ini biasanya muncul setelah 10 hari sampai empat minggu usai terinfeksi. Beberapa gejalanya adalah demam tinggi, kelelahan, dan sakit kepala.
- Pengobatan akan dilakukan dengan pemberian artemisinin-based combination treatments (ACTs) yang disesuaikan dengan jenis parasit penyebab infeksi.