Beberapa orang menggunakan istilah ketergantungan dan kecanduan secara bergantian, padahal keduanya tidak sama. Untuk lebih mengenal perbedaan antara ketergantungan dan kecanduan, simak penjelasannya di bawah ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Beberapa orang menggunakan istilah ketergantungan dan kecanduan secara bergantian, padahal keduanya tidak sama. Untuk lebih mengenal perbedaan antara ketergantungan dan kecanduan, simak penjelasannya di bawah ini.
Anda mungkin sudah familiar dengan istilah kecanduan obat. Akan tetapi, tahukah Anda kalau ternyata istilah tersebut tidak sama artinya dengan ketergantungan obat?
Seseorang yang mengalami ketergantungan obat belum tentu pecandu, tetapi seseorang yang sudah kecanduan kemungkinan besar mengalami ketergantungan obat sebelumnya.
Masih bingung dengan kedua istilah ini? Berikut penjelasan lengkap, mulai dari definisi, tanda dan gejala, penyebab, hingga tingkat keparahan masing-masing kondisi.
Ketergantungan (dependence) dan ketergantungan (addiction) adalah dua kondisi yang berbeda.
Ketergantungan obat bisa didefinisikan sebagai proses konsumsi obat secara berulang, baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan resep dokter atau aturan penggunaan.
Perilaku ini bertujuan untuk mengatasi gejala, meredakan sakit, atau mendukung fungsi tubuh.
Ketergantungan timbul ketika tubuh Anda telah menyesuaikan dengan efek obat tersebut. Hal inilah yang lama-kelamaan membuat tubuh kebal terhadap efek obat.
Reaksi kebal ini jugalah yang membuat beberapa orang meningkatkan dosis secara sembarangan supaya bisa mendapatkan efek obat yang diinginkan.
Sementara itu, kecanduan obat adalah suatu kondisi yang terjadi saat seseorang tidak bisa lagi mengendalikan dorongan atau keinginan untuk memakai obat.
Orang yang memiliki kecanduan tidak mempunyai kuasa untuk menghentikan apa yang mereka lakukan, gunakan, atau konsumsi.
Bahkan, orang tersebut tidak dapat mengendalikan perilaku negatifnya meski ini merusak atau mengganggu kewajibannya dalam bekerja, berkeluarga, dan hidup bersosial.
Pengidap ketergantungan masih bisa berhenti minum obat. Namun, hal ini bisa membuat tubuh “berontak” dengan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal syndrome).
Respons ini muncul karena kebutuhan tubuh akan obat atau zat kimia tertentu tidak lagi terpenuhi.
Menurut American Addiction Centers, beberapa gejala putus obat yaitu:
Untuk mengatasinya, orang yang mengalami withdrawal syndrome harus kembali mengonsumsi obat atau zat tersebut dalam dosis yang lebih kuat.
Tak hanya secara fisik, kecanduan juga ditandai dengan perubahan perilaku. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada kimia otak setelah penyalahgunaan obat atau zat secara terus-menerus.
Berikut ini beberapa tanda dan gejala yang umumnya ditunjukkan oleh pengidap kecanduan obat.
Pengidap kecanduan atau pecandu akan mendahulukan pemakaian obat terlepas dari dampak buruk yang mungkin ditimbulkan pada diri sendiri atau orang lain.
Kecanduan membuat seseorang melakukan tindakan irasional, seperti berbohong atau mencuri, untuk memperoleh obat atau zat yang dibutuhkannya.
Bukan hanya narkotika dan obat-obatan terlarang saja yang bisa menimbulkan ketergantungan.
Setiap obat medis resmi yang digunakan berkelanjutan dalam jangka panjang sebenarnya juga dapat menyebabkan ketergantungan.
Contoh obat-obatan tersebut yaitu obat pereda nyeri yang dijual bebas di warung, obat steroid kuat, serta obat-obatan yang wajib digunakan dengan resep dokter, seperti morfin dan fentanyl.
Ketergantungan obat bisa menjadi awal dari penyalahgunaan dan kecanduan obat. Perilaku ini juga berisiko menyebabkan overdosis obat yang berakibat fatal.
Untuk mencegah ketergantungan obat, pemberian jenis, dosis, serta jadwal penggunaannya harus di dalam pengawasan dokter.
Jika Anda perlu meningkatkan atau menurunkan dosis obat, konsultasikan dengan dokter. Hanya dokterlah yang berhak mengubah dosis obat untuk mencegah terjadinya gejala putus obat.
Istilah ketergantungan lebih sering merujuk pada penggunaan obat. Namun, kecanduan memiliki penyebab yang lebih luas yang juga menentukan jenisnya, misalnya kecanduan alkohol, seks, berjudi, dan bahkan belanja.
Perbedaan ketergantungan dan kecanduan mungkin juga Anda lihat dari tingkat keparahannya.
Ketika mengalami ketergantungan, Anda masih bisa menghentikan perilaku tersebut kapan saja. Namun, lain halnya dengan kecanduan.
Kecanduan membuat Anda benar-benar kehilangan kontrol diri sehingga tidak lagi bisa berhenti, terlepas dari seberapa keras Anda berusaha untuk menghentikannya.
Anda hanya mementingkan dorongan untuk menggunakan obat daripada melakukan aktivitas normal, bahkan sampai melakukan cara yang melanggar hukum demi mendapatkannya.
Itu sebabnya, bukan tidak mungkin kecanduan hingga dapat menyebabkan perubahan perilaku, kebiasaan, bahkan merusak fungsi otak secara permanen.
Jika Anda maupun orang terdekat Anda mengalami gejala ketergantungan atau kecanduan obat, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Dokter mungkin akan memberikan rujukan ke ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, agar Anda mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar