backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Intoleransi Fruktosa

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 05/08/2021

Intoleransi Fruktosa

Definisi intoleransi fruktosa

Intoleransi fruktosa adalah sebuah kondisi yang mempengaruhi kemampuan tubuh seseorang dalam mencerna gula fruktosa. Pada orang dengan kondisi ini, fruktosa yang masuk tidak bisa dicerna sebagaimana semestinya.

Hal tersebut berakibat munculnya berbagai gangguan pencernaan seperti nyeri perut atau mual setelah mengonsumsi makanan yang mengandung fruktosa.

Fruktosa sendiri yaitu gula sederhana atau monosakarida yang ditemukan secara alami pada buah-buahan, beberapa jenis sayuran, dan madu.

Fruktosa menjadi komponen dasar dalam pembuatan sukrosa (gula meja) dan sirup jagung yang sering digunakan untuk memberi rasa manis pada banyak makanan dan minuman olahan.

Gejala Intoleransi Fruktosa

Perlu diketahui, kondisi ini terdiri dari dua jenis, yaitu intoleransi fruktosa herediter serta intoleransi fruktosa makanan atau juga dikenal dengan sebutan malabsorpsi fruktosa.

Pada orang-orang yang memiliki malabsorpsi fruktosa, gejala akan muncul setelah mengonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan fruktosa. Beberapa tandanya termasuk:

Kemunculan gejala ini juga bergantung pada seberapa banyak makanan berfruktosa yang Anda konsumsi. Ada beberapa orang yang masih bisa menoleransi lebih banyak fruktosa, ada pula yang hanya mampu mengonsumsi fruktosa dalam jumlah yang sangat sedikit.

Sedangkan intoleransi fruktosa herediter sudah mulai muncul dari bayi, biasanya terjadi setelah minum ASI atau mulai makan makanan padat. Beberapa gejalanya yaitu:

Biasanya, gejala intoleransi herediter lebih serius daripada gejala malabsorpsi. Intoleransi herediter juga dapat berujung pada komplikasi yang lebih parah.

Fruktosa yang tidak tercerna dapat menumpuk di dalam tubuh, merusak organ hati dan ginjal. Bila orang yang memiliki intoleransi herediter terus-terusan makan makanan berfruktosa, kebiasaan ini bisa saja menyebabkan kejang, koma, bahkan kerusakan organ.

Kapan harus pergi ke dokter?

Anda harus segera pergi ke dokter bila Anda atau anak Anda mengalami satu atau beberapa dari gejala yang telah disebutkan usai makan makanan berfruktosa.

Mungkin ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul. Bila Anda khawatir akan gejala tertentu, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Penyebab

Kedua jenis intoleransi fruktosa yang sudah dijabarkan di atas disebabkan oleh dua hal yang berbeda.

Malabsorpsi fruktosa terjadi karena sel-sel entrosit pada organ usus halus tidak bisa menyerap fruktosa. Fruktosa yang tidak tercerna ini kemudian dibawa ke organ usus besar, di mana nantinya akan dilahap oleh bakteri.

Pada proses tersebut, bakteri menghasilkan gas yang membuat usus jadi membengkak. Akibatnya, fruktosa menumpuk pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala yang telah disebutkan.

Sementara itu, intoleransi herediter disebabkan kelainan genetik yang membuat tubuh tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit enzim aldolase tipe B. Enzim ini banyak ditemukan pada organ hati dan berperan penting dalam pemecahan fruktosa menjadi energi.

Biasanya, intoleransi herediter sudah terlihat sejak anak masih bayi atau berada pada usia dini.

Diagnosis

Intoleransi fruktosa cukup sulit untuk dideteksi, terutama bila baru terjadi setelah Anda mulai beranjak dewasa. Sebab, gejalanya seringkali tumpang tindih dengan kondisi lain, seperti penyakit sindrom iritasi usus besar.

Belum ada satu metode pemeriksaan yang benar-benar bisa memastikan adanya intoleransi dengan tingkat keakuratan yang sempurna.

Meski demikian, ada dua metode yang paling sering dilakukan oleh pasien, yaitu tes napas fruktosa dan diet eliminasi.

Pada tes napas, pasien akan diminta untuk meminum cairan fruktosa lalu menghembuskan napas. Tes ini dilakukan untuk melihat seberapa banyak metana dan hidrogen yang dihembuskan pasien setelah mengonsumsi fruktosa.

Sedangkan pada diet eliminasi, pasien harus membatasi makanan dengan tidak mengonsumsi beberapa jenis makanan yang sekiranya mengandung fruktosa.

Biasanya, metode diet eliminasi dilakukan terlebih dahulu. Bila hasilnya belum jelas, barulah pasien menjalani tes napas.

Selain itu, pada pemeriksaan fisik, dokter juga akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dirasakan, makanan yang Anda makan, serta riwayat kesehatan Anda.

Pengobatan

Intoleransi fruktosa tidak bisa disembuhkan. Maka itu, tujuan pengobatannya lebih kepada mengendalikan atau mencegah gejala yang muncul dengan menghindari asupan makanan berfruktosa.

Makanan yang tinggi akan kandungan fruktosanya meliputi:

  • sebagian besar buah-buahan, seperti apel, anggur, dan semangka, terutama buah-buahan kering dan buah kalengan dalam jus atau sirup,
  • beberapa sayuran termasuk artichoke, asparagus, brokoli, daun bawang, jamur, okra, bawang bobay, kacang polong, paprika merah, bawang merah, dan produk tomat,
  • makanan dengan bahan utama gandum seperti roti dan pasta,
  • pemanis, seperti madu, nektar, dan sirup jagung, serta
  • soda dan makanan penutup dengan tambahan pemanis.

Selain itu, Anda juga harus berhati-hati saat membeli bahan makanan. Hindari makanan yang mengandung bahan-bahan di bawah ini.

  • Fruktosa
  • Sirup jagung
  • Madu
  • Sirup agave
  • Gula meja
  • Sirup maple
  • Gula aren
  • Sorgum

Sebaliknya, beberapa buah yang cukup aman untuk Anda konsumsi yaitu:

Bila perlu, Anda bisa berkonsultasi kepada dokter dan ahli gizi untuk menyusun menu makan yang aman.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 05/08/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan