Ranitidin (ranitidine) adalah obat golongan antagonis histamin H2 yang dapat mengobati sakit asam lambung. Jika sering mengonsumsi ranitidin, penting mengetahui efek samping yang mungkin bisa ditimbulkan.
Efek samping obat asam lambung ini dibedakan berdasarkan efek samping umum dan serius, yang sebenarnya jarang terjadi.
Efek samping umum ranitidin
Ranitidin mengatasi asam lambung naik dengan mengurangi produksi asam lambung yang berlebih.
Penggunaan ranitidine yang tidak sesuai dengan petunjuk tentu dapat menimbulkan efek samping obat.
Beberapa efek samping umum yang bisa ditimbulkan oleh pemakaian ranitidin antara lain:
- sakit kepala,
- masalah tidur, seperti insomnia,
- mengantuk,
- penurunan gairah seks,
- konstipasi atau sembelit,
- kesulitan melakukan orgasme,
- diare,
- perut tidak nyaman atau nyeri, dan
- mual dan muntah.
Rasa terbakar, gatal, dan nyeri sementara di tempat bekas suntikan juga dilaporkan sebagai efek samping pada injeksi ranitidine.
Efek samping di atas bisa berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu, dan akan hilang dengan sendirinya.
Efek samping serius ranitidin
Beberapa efek samping serius dari ranitidin antara lain sebagai berikut.
1. Gangguan hati
Orang dengan penyakit hati atau penyakit hati yang diturunkan tidak dapat mencerna obat ini dengan baik.
Oleh karena itu, kadar ranitidin dalam tubuh dapat meningkat dan menyebabkan sejumlah efek samping.
Beberapa efek samping tersebut seperti terhambatnya aliran empedu dari organ hati (kolestasis) atau gagal hati.
Biasanya gejala yang muncul adalah kulit dan bagian putih mata berubah warna menjadi kuning, kelelahan, warna urin menjadi lebih gelap, dan sakit perut.
Buku Ranitidine (2018) menyebut persentase munculnya efek samping ini kurang dari 1% dari jumlah total kasus efek samping.
2. Gangguan sistem saraf pusat (SSP)
Efek samping ini dapat memunculkan gejala seperti kebingungan, agitasi, depresi, halusinasi, dan pandangan kabur.
Beberapa gangguan lain terkait SSP adalah malaise (kelelahan ekstrem), pusing, mengantuk, dan vertigo.
Gejala yang bisa Anda rasakan adalah detak jantung menjadi lebih cepat, sesak napas, dan kelelahan.
Meskipun begitu, Anda tidak perlu terlalu khawatir karena efek samping ini jarang terjadi, persentasenya hanya 0,01 persen.
3. Gangguan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
Efek samping serius lain yang mungkin terjadi adalah gangguan pada jantung. Efek samping tersebut seperti:
- takikardia (detak jantung di atas normal),
- bradikardia (detak jantung melambat),
- asistol (ritme jantung yang berbahaya),
- blok atrioventrikular (kelainan jantung), dan
- denyut ventrikel prematur (kelainan detak jantung).
Bradikardia mungkin lebih sering terjadi jika ranitidin diberikan melalui injeksi intravena dan pada pasien dengan gangguan irama jantung.
Gejala yang mungkin timbul seperti kebingungan atau masalah memori, pusing atau sakit kepala ringan, hampir pingsan, dan sesak napas.
Persentase terjadinya efek samping serius ini tergolong rendah, yaitu 0,01 – 0,1%, dan hanya berlangsung dalam jangka pendek.
4. Pankreatitis
Pada beberapa kasus, dilaporkan adanya efek samping gangguan sistem pencernaan serius, seperti pankreatitis yang terjadi pada orang yang menggunakan ranitidin.
Pankreatitis merupakan peradangan pada organ pankreas.
Gejala yang mungkin timbul seperti nyeri pada perut bagian atas, sakit perut yang menjalar hingga punggung, nyeri perut setelah makan, demam, dan denyut nadi cepat.
Riset dalam British Pharmacological Society menyebut kemungkinan terjadinya efek samping ini yaitu 10,5:100.000 per tahun, sekitar 0,01% persen.
5. Nyeri otot dan sendi
Beberapa orang juga melaporkan efek samping penggunaan ranitidine berupa mialgia dan artralgia.
Mialgia adalah rasa nyeri dan sakit yang terjadi di sejumlah kecil atau seluruh otot tubuh. Intensitas rasa sakit mulai dari ringan hingga berat.
Sementara itu, arthralgia adalah kekakuan sendi. Ini bisa menyebabkan rasa nyeri pada beberapa sendi.
Situs Electronic Medicines Compendium Inggris menyebut efek samping ini tergolong sangat langka berkisar 1:10.000 (0,01%) dari jumlah kasus efek samping terjadi.
6. Kelainan darah
Efek samping lain yang mungkin terjadi dari penggunaan ranitidin adalah kelainan darah, seperti:
- leukopenia (sel darah putih rendah),
- trombositopenia (keping darah trombosit rendah),
- pansitopenia (sel darah merah, putih, dan trombosit rendah), dan
- agranulositosis (sel darah putih gagal diproduksi).
Selain itu, orang dengan porfiria akut alias gangguan darah yang diturunkan sebaiknya tidak menggunakan ranitidin. Obat ini dapat memicu serangan porifia akut.
Efek samping ini juga tergolong sangat langka berkisar 1:10.000 (0,01%) dari total kasus efek samping terjadi.
7. Gangguan fungsi ginjal
Jika memiliki penyakit ginjal atau mempunyai penyakit ginjal yang diturunkan, tubuh Anda mungkin tidak dapat menghilangkan ranitidin dengan baik.
Penyakit ginjal dapat meningkatkan kadar ranitidin dalam tubuh dan menyebabkan berbagai efek samping.
Beberapa efek samping tersebut seperti penurunan fungsi ginjal dan nefritis interstitia, yakni peradangan dan pembengkakan ginjal akut.
Kasus efek samping ini cukup langka terjadi dengan rasio 1:1.000 (0,1%) dari jumlah kasus efek samping.
8. Syok anafilaksis
Syok anafilaksis adalah reaksi alergi parah yang perlu penanganan medis darurat karena dapat mengancam jiwa.
Saat mengalami reaksi alergi ini, Anda akan kesulitan bernapas, wajah, bibir, lidah dan membengkak, dan detak jantung meningkat.
Apabila mengalami efek samping obat ini, segera cari bantuan medis.
Riset dalam Indian journal of pharmacology (2014) menyebut bahwa persentase munculnya reaksi anafilaksis akibat cimetidine, ranitidine, lansoprazole, omeprazole, dan pantoprazole sebesar 0,2 – 0,7% dari total kasus efek samping.
Efek samping ranitidin jangka panjang
Penggunaan ranitidin jangka panjang juga dampak menyebabkan sejumlah efek samping.
1. Memperburuk delirium
Penelitian dalam Journal of the American Geriatrics Society (2015) menemukan bahwa penggunaan ranitidine sebagai terapi berpotensi memicu atau memperburuk delirium.
Delirium adalah gangguan mental yang dipicu perubahan fungsi otak yang menyebabkan penurunan kognitif, konsentrasi, dan mengingat.
Kondisi ini sering terjadi pada orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun.
Perlu kehati-hatian saat merawat orang tua dengan ranitidine, penggunaan obat jenis ini disarankan kurang dari 90 hari.
2. Kekurangan vitamin B12
Sebuah riset yang diterbitkan dalam jurnal JAMA (2013) menemukan bahwa penggunaan ranitidin jangka panjang selama lebih dari dua tahun menyebabkan efek samping kekurangan vitamin B12.
Penelitian ini membandingkan 25.956 pasien yang didiagnosis mengalami defisiensi vitamin B12 dengan 184.199 pasien tanpa defisiensi B12.
Berdasarkan temuan ini harus dipertimbangkan risiko dan manfaat penggunaan ranitidin pada pasien.
Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai riwayat penyakit, kondisi kesehatan, dan rencana kehamilan Anda sebelum menjalani pengobatan asam lambung.
[embed-health-tool-bmr]