Jangan menahan buang air besar (BAB), apalagi sampai berhari-hari. Anda perlu mengeluarkan kotoran, bakteri jahat, dan racun dari dalam tubuh melalui BAB. Jika tidak, akibat menahan BAB bisa menimbulkan infeksi pencernaan hingga gangguan fungsi usus.
Berapa lama bisa menahan BAB?
Pada dasarnya, frekuensi buang air besar setiap orang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin BAB sekali setiap dua hari, sedangkan yang lainnya buang air besar beberapa kali dalam seminggu.
Frekuensi ini juga tergantung pada usia dan pola makan seseorang. Namun, umumnya orang akan buang air besar antara 1 – 3 kali sehari.
Bila ada perubahan dalam pergerakan usus, Anda mungkin mengalami konstipasi (sembelit). Akan tetapi, perubahan tersebut lagi-lagi akan berbeda pada setiap orang.
Berbagai bahaya sering menahan BAB
Sebenarnya, menahan BAB sesekali tidak berbahaya. Anda mungkin saja tidak menemukan toilet ketika kebelet atau mungkin merasa risih BAB di tempat umum.
Meski begitu, perilaku ini dapat membahayakan kesehatan, terutama jika dilakukan terlalu sering. Berikut ini beberapa akibat menahan BAB.
1. Feses menjadi keras
Feses mengandung 75% air dengan campuran bakteri, protein, sisa makanan yang tak dapat dicerna, sel-sel mati, lemak, garam, dan lendir.
Mengingat kandungan utamanya adalah air, feses dapat bergerak dengan mudah di sepanjang usus dan dikeluarkan melalui rektum.
Bila BAB ditahan, feses akan menjadi keras dan kering karena tubuh menyerap kembali kandungan air di dalamnya.
Feses yang keras tentu sulit dikeluarkan. Hal ini bisa memicu nyeri perut yang menjadi tanda dari sembelit.
2. Pergerakan usus melambat
Akibat menahan BAB yang dilakukan dalam waktu yang lama tentu dapat merusak pergerakan usus.
Pergerakan usus dapat melambat dan tidak menutup kemungkinan berhenti berfungsi.
Walaupun tidak diberikan makanan, usus akan tetap menghasilkan sedikit cairan encer dan lendir, sehingga usus tidak benar-benar kosong.
Sadar atau tidak, Anda juga akan mengencangkan otot-otot panggul dan pantat ketika sengaja tidak BAB.
3. Infeksi bakteri
Sebuah ulasan dalam Danish medical journal (2015) menyebut penumpukan feses dalam usus berisiko menyebabkan infeksi bakteri.
Hal itu terutama terjadi saat ada feses yang bocor keluar melewati luka atau robekan yang ada pada usus atau rektum.
Usus yang terluka memungkinkan bakteri berkembang biak dengan cepat. Alhasil, usus mengalami peradangan dan terisi nanah.
Infeksi ini juga dapat menekan usus, sehingga menghambat aliran darah mengalir melalui dinding usus. Akibatnya, jaringan usus kekurangan darah dan mati secara perlahan.