backup og meta

8 Akibat Sering Menahan Buang Air Besar (BAB)

8 Akibat Sering Menahan Buang Air Besar (BAB)

Jangan menahan buang air besar (BAB), apalagi sampai berhari-hari. Anda perlu mengeluarkan kotoran, bakteri jahat, dan racun dari dalam tubuh melalui BAB. Jika tidak, akibat menahan BAB bisa menimbulkan infeksi pencernaan hingga gangguan fungsi usus. 

Berapa lama bisa menahan BAB?

Pada dasarnya, frekuensi buang air besar setiap orang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin BAB sekali setiap dua hari, sedangkan yang lainnya buang air besar beberapa kali dalam seminggu. 

Frekuensi ini juga tergantung pada usia dan pola makan seseorang. Namun, umumnya orang akan buang air besar antara 1 – 3 kali sehari. 

Bila ada perubahan dalam pergerakan usus, Anda mungkin mengalami konstipasi (sembelit). Akan tetapi, perubahan tersebut lagi-lagi akan berbeda pada setiap orang. 

Berbagai bahaya sering menahan BAB

Sebenarnya, menahan BAB sesekali tidak berbahaya. Anda mungkin saja tidak menemukan toilet ketika kebelet atau mungkin merasa risih BAB di tempat umum.

Meski begitu, perilaku ini dapat membahayakan kesehatan, terutama jika dilakukan terlalu sering. Berikut ini beberapa akibat menahan BAB. 

1. Feses menjadi keras

microlax adalah obat sembelit

Feses mengandung 75% air dengan campuran bakteri, protein, sisa makanan yang tak dapat dicerna, sel-sel mati, lemak, garam, dan lendir. 

Mengingat kandungan utamanya adalah air, feses dapat bergerak dengan mudah di sepanjang usus dan dikeluarkan melalui rektum. 

Bila BAB ditahan, feses akan menjadi keras dan kering karena tubuh menyerap kembali kandungan air di dalamnya. 

Feses yang keras tentu sulit dikeluarkan. Hal ini bisa memicu nyeri perut yang menjadi tanda dari sembelit. 

2. Pergerakan usus melambat

Akibat menahan BAB yang dilakukan dalam waktu yang lama tentu dapat merusak pergerakan usus.

Pergerakan usus dapat melambat dan tidak menutup kemungkinan berhenti berfungsi. 

Walaupun tidak diberikan makanan, usus akan tetap menghasilkan sedikit cairan encer dan lendir, sehingga usus tidak benar-benar kosong. 

Sadar atau tidak, Anda juga akan mengencangkan otot-otot panggul dan pantat ketika sengaja tidak BAB.

3. Infeksi bakteri

Sebuah ulasan dalam Danish medical journal (2015) menyebut penumpukan feses dalam usus berisiko menyebabkan infeksi bakteri

Hal itu terutama terjadi saat ada feses yang bocor keluar melewati luka atau robekan yang ada pada usus atau rektum. 

Usus yang terluka memungkinkan bakteri berkembang biak dengan cepat. Alhasil, usus mengalami peradangan dan terisi nanah. 

Infeksi ini juga dapat menekan usus, sehingga menghambat aliran darah mengalir melalui dinding usus. Akibatnya, jaringan usus kekurangan darah dan mati secara perlahan. 

4. Ambeien

Bila tetap makan tanpa buang air besar, usus dapat membengkak akibat penumpukan feses yang mengeras.

Feses yang masih cair dapat melewati massa feses yang padat. Akibatnya, gumpalan feses pun semakin besar dan terasa sangat sakit saat buang air besar.

Hal itu dapat menyebabkan wasir atau ambeien. Ambeien dapat berkembang karena peningkatan tekanan di rektum bagian bawah akibat mengejan terlalu keras saat buang air besar. 

Duduk terlalu lama di toilet karena sembelit atau feses keras juga dapat memicu munculnya wasir.

5. Fisura ani

penyebab anus berdarah

Akibat lain terlalu sering menahan BAB adalah merobek atau mengikis jaringan kulit yang melapisi saluran maupun lubang anus.

Gangguan saluran pencernaan ini dikenal sebagai fisura ani atau anal fissure

Retak di kulit anus menyebabkan rasa sakit yang parah dan perdarahan selama dan setelah buang air besar.

Hal ini disebabkan feses yang menumpuk, mengeras, dan membesar sehingga sulit untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. 

6. Peritonitis

Penyakit peritonitis adalah bentuk komplikasi akibat infeksi bakteri dari penumpukan feses di dalam sistem pencernaan. 

Jika kondisi ini terus berlangsung, dinding organ usus besar menjadi tipis, lalu pecah. 

Hal itu kemudian memungkinkan nanah yang mengandung bakteri di dalam usus bocor ke bagian perut lainnya. 

7. Radang usus buntu

Ulasan dalam Middle East journal of digestive diseases (2015) menyebutkan bahwa penumpukan feses di dalam usus berisiko lebih tinggi menyebabkan terjadinya radang usus buntu.

Setelah usus buntu tersumbat, usus buntu yang meradang akan terus membesar dan membengkak hingga pecah.

Hal itu merupakan kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan medis segera karena bisa mengakibatkan kematian. 

8. Kanker usus besar

Sebuah studi terbaru dalam jurnal Clinical gastroenterology and hepatology (2022) menjelaskan penumpukan feses dalam usus besar merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal.

Feses yang menumpuk bisa mengandung zat karsinogen (penyebab kanker). Kontak usus dengan feses yang lebih lama pun bisa meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker. 

Sangat disarankan untuk langsung buang air besar ketika muncul keinginan BAB. 

Terbiasa menahan BAB berhari-hari justru akan memicu berbagai dampak kesehatan yang membutuhkan penanganan medis serius.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Mawer, S., & Alhawaj, A. (2022). Physiology, Defecation. Statpearls Publishing.

Adelborg, K., Veres, K., Sundbøll, J., Gregersen, H., & Sørensen, H. T. (2019). Risk of cancer in patients with fecal incontinence. Cancer medicine8(14), 6449–6457. https://doi.org/10.1002/cam4.2509

Andrews, C. N., & Storr, M. (2011). The pathophysiology of chronic constipation. Canadian journal of gastroenterology = Journal canadien de gastroenterologie25 Suppl B(Suppl B), 16B–21B.

Ghahramani, L., Roshanravan, R., Khodaei, S., Rahimi Kazerooni, S., & Moslemi, S. (2015). Acute Appendicitis as Complication of Colon Transit Time Study; A Case Report. Middle East journal of digestive diseases7, 185–188.

Raahave D. (2015). Faecal retention: a common cause in functional bowel disorders, appendicitis and haemorrhoids–with medical and surgical therapy. Danish medical journal62(3), B5031.

Staller, K., Olén, O., Söderling, J., Roelstraete, B., Törnblom, H., Song, M., & Ludvigsson, J. F. (2022). Chronic Constipation as a Risk Factor for Colorectal Cancer: Results From a Nationwide, Case-Control Study. Clinical gastroenterology and hepatology : the official clinical practice journal of the American Gastroenterological Association20(8), 1867–1876.e2. https://doi.org/10.1016/j.cgh.2021.10.024

Holt, J. (2016). Normal Bowel Movement Why it is Important For Your Health. Retrieved 7 December 2022, from https://intermountainhealthcare.org/blogs/topics/live-well/2016/03/normal-bowel-movement-why-it-is-important-for-your-health/

Is My Abdominal Pain Appendicitis?. (2021). Samaritan Health Services. Retrieved 7 December 2022, from https://www.samhealth.org/about-samaritan/news-search/2021/01/11/what-does-appendicitis-feel-like#:~:text=Appendicitis%20occurs%20when%20the%20appendix,buildup%20of%20bacteria%20and%20pus.

Versi Terbaru

12/12/2022

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Perut Malah Sakit setelah Buang Air Besar (BAB), Apa Sebabnya?

Kapan Waktu Terbaik untuk Buang Air Besar (BAB)?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 12/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan