Tidak sedikit orangtua yang menganggap sepele atau tabu dalam memberikan edukasi seks pada anak dan remaja. Padahal, edukasi seks atau pendidikan seksual sebaiknya dimulai sejak dini. Namun, bagaimana cara memberikan edukasi seks untuk anak dan remaja?
Edukasi seks untuk anak dan remaja
Sebenarnya, anak dan remaja sama-sama membutuhkan edukasi seks sejak dini. Dikutip dari Journal of The American Academy of Pediatrics, baik anak-anak maupun remaja perlu menerima pendidikan yang akurat tentang seksualitas.
Hal ini diperlukan agar mereka mengetahui bagaimana perilaku seksual yang sehat serta mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Jangan sampai anak Anda telanjur mendapatkan informasi yang kurang tepat seputar seks dari sumber yang tidak dapat dipercaya, misalnya teman sebaya atau internet.
Anak juga perlu tahu bahwa sebagai orangtua, Anda bisa diajak berdiskusi seputar topik tersebut.
Ketika anak sudah diberikan edukasi seks atau pendidikan seksual sejak dini, di masa remaja ia pun tidak merasa canggung dan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Apalagi, ketika anak sekolah sudah memasuki tahap perkembangan remaja, biasanya ia mempunyai pertanyaan yang lebih spesifik mengenai seks.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menyampaikan dengan tepat baik di usia dini maupun saat masuk usia pubertas.
Edukasi seks pada anak juga tidak hanya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan organ seksual semata. Namun juga berhubungan dengan kepemilikan dan kenyamanan tubuh.
Berikut beberapa poin penting yang perlu disampaikan saat memberikan pendidikan seksual pada anak.
1. Beri tahu bagian tubuh dan fungsinya
Studi yang diterbitkan dalam Adolescent Sexuality and The Media menunjukkan, semakin sering anak terekspos dengan gambar seksual di media, akan lebih besar pula keterlibatan mereka dalam perilaku seksual sejak usia sangat muda.
Walaupun begitu, pendidikan seksual yang sebenarnya tidak akan menuntun anak menuju pergaulan bebas.
Rasa penasaran mengenai seks adalah langkah alami dari pertumbuhan anak untuk belajar tentang tubuhnya.
Edukasi seks membantu anak untuk lebih memahami tentang tubuh dan membantu mereka mencintai tubuh mereka sendiri.
Sebelum masuk usia remaja, berikan edukasi seks mengenai area tubuh. Sebagai contoh, Anda mungkin bisa mengenalkan fungsi vagina atau penis, payudara, dan berbagai bagian tubuh lainnya.
Di samping itu, sampaikan pada anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuhnya tanpa izin, baik teman sebaya, guru, atau orang dewasa lainnya.
Tak lupa, beritahu anak bahwa bagian-bagian tubuh tertentu sebaiknya tidak disentuh oleh siapapun.
Contoh: “Kak, tubuh kakak itu cuma boleh kakak yang pegang. Apalagi bagian-bagian sensitif seperti vagina atau penis dan payudara.’
“Jadi, kalau ada yang memegang tubuh kakak, jangan diam saja ya, kakak harus menolak atau cari pertolongan kalau ternyata dipaksa.’
2. Pubertas yang akan dialami
Sebelum memasuki masa puber, tidak ada salahnya bagi Anda sebagai orangtua untuk menjelaskan apa saja perubahan pada tubuh nantinya. Biasanya, memasuki usia 9 atau 10 tahun pubertas akan dimulai.
Pada anak perempuan, sampaikan bahwa ia akan mengalami pertumbuhan payudara juga mendapatkan menstruasi pertamanya. Begitu juga pertumbuhan rambut pada beberapa bagian tubuh seperti ketiak dan area vagina.
Sementara pada anak laki-laki, selain pertumbuhan penis dan testis, ia juga akan mengalami perubahan suara, hingga mimpi basah. Lalu, pertumbuhan rambut di area wajah, ketiak, dan area penis.
Jelaskan padanya bahwa semua perubahan ini adalah hal yang normal dan tidak perlu malu atau takut jika fase ini terjadi.
3. Aktivitas seksual
Pada usia ini, anak Anda mungkin sudah mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis. Maka dari itu, sudah sepatutnya bagi Anda mulai mengajarkan kepada anak mengenai hubungan dengan lawan jenis.
Ya, materi ini juga penting untuk disampaikan pada pendidikan seksual anak dan remaja. Sampaikan kepadanya, bagaimana cara memperlakukan teman lawan jenis.
Hal ini juga berhubungan dengan edukasi seks mengenai aktivitas seksual. Sebagai contoh, beri tahu bahwa berciuman dan berpelukan sudah termasuk ke dalam aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang dewasa.
Selain itu, sampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami aktivitas seksual apa saja yang akan dilakukan oleh orang dewasa saat berhubungan seks.
Sampaikan pada anak bahwa aktivitas tersebut hanya boleh dilakukan saat sudah menikah dan anak seusianya tidak sepatutnya melakukan aktivitas seksual seperti itu.
Sampaikan risiko yang mungkin dialami oleh anak seusianya jika melakukan aktivitas seks.
Bukan untuk menakut-nakuti, hal ini dilakukan dengan maksud anak bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri saat sedang tidak dalam pengawasan orangtua.
4. Kekerasan dan pelecehan seksual
Edukasi seks atau pendidikan seksual tidak hanya memberikan pemahaman mengenai gambaran aktivitas seksual.
Sejak anak berada di sekolah dasar, berikan pemahaman mengenai pelecehan seksual dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Jelaskan bahwa anak sudah harus bisa melindungi diri sendiri. Misalkan, menyampaikan sesuatu atau berteriak ketika ada orang yang berniat jahat atau menggodanya.
Tidak hanya itu saja, hal ini juga berupa intimidasi penampilan atau bagian tubuh, hingga mencoba menyentuh bagian tubuh tertentu.
Jelaskan pula bahwa tidak ada seorang pun yang harus merasa diwajibkan untuk berhubungan seks atas dasar paksaan atau ketakutan.
Segala macam seks atas dasar paksaan adalah bentuk pemerkosaan, tidak peduli pelaku adalah orang asing maupun yang mereka kenal baik.
Bagaimana memberikan edukasi seks pada anak dengan autisme?
Memberikan pendidikan seks pada anak dengan autisme punya tantangan yang berbeda. Tidak seperti remaja seusianya, mereka mungkin tidak banyak tahu soal seks dari lingkungan pergaulannya.
Apabila tidak dibekali dengan pendidikan seksual dari orangtua, anak bisa jadi tidak tahu apa-apa soal seksualitas. Hal ini membuatnya lebih rentan dimanfaatkan atau hal lainnya yang tidak diinginkan.
Hasrat seksual pada manusia adalah normal. Kepekaan dan perasaan untuk melakukan seks dimiliki oleh setiap orang, termasuk anak dengan autisme.
Namun, ada berbagai cara yang dilakukan untuk mengekspresikan hasrat tersebut. Anak remaja dengan autisme memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan hasrat mereka.
Adapun hal yang bisa dilakukan oleh orangtua, yaitu memberi penjelasan padanya bahwa kegiatan seksual adalah sesuatu yang berharga dan luar biasa.
Maka dari itu, aktivitas seksual hanya boleh dilakukan dengan pasangan sendiri yang sudah menikah.
Kemudian, buat anak Anda paham bahwa tidak semua orang ingin melakukan kegiatan seksual.
Melakukan hal tersebut dibutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak. Misalnya, jika seseorang berkata tidak, artinya kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan.
Terakhir, ajari anak soal waktu dan tempat yang sesuai untuk melakukan kegiatan seksual. Misalnya, berikan pemahaman bahwa masturbasi tidak boleh dilakukan dihadapan orang lain.
Buatlah ia mengerti bahwa melakukan hal tersebut di depan orang lain tidak layak untuk dilakukan.
Meski sulit dan butuh waktu untuk anak bisa mencernanya, percayalah perlahan tapi pasti ia akan mengerti apa yang Anda sampaikan.
Tips memberikan pendidikan seksual
Ketika mendengar soal edukasi seks atau pendidikan seksual untuk anak dan remaja, hal pertama yang mungkin terlintas di benak Anda adalah rasa canggung.
Sebagai orangtua, pahamilah bahwa perkembangan diri, kesehatan, dan pertumbuhan anak jauh lebih penting dari rasa canggung yang muncul.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu Anda.
1. Membelikan buku
Jika Anda merasa kesulitan memberikan edukasi seks dengan bahasa sendiri, coba untuk menjelaskannya dengan bantuan buku. Belilah buku yang membahas soal pubertas dan seksualitas khusus untuk anak seusianya.
Saat ini sudah banyak tersedia di toko buku berbagai literatur bergambar seputar pendidikan seksual yang bisa dipahami anak dengan mudah.
Kemudian, bahas isi buku tersebut sama seperti ketika Anda membacakan dongeng atau jenis buku lainnya.
Mulai perlahan dengan mengenalkan bagian tubuh pada pria dan wanita. Setelah itu, baru mulai bahas batasan-batasannya.
2. Menciptakan suasana yang nyaman untuk berdiskusi
Sebagai orangtua, Anda adalah orang dewasa yang sebaiknya merangkap sebagai teman diskusi anak mengenai berbagai hal, termasuk seks.
Maka dari itu, saat memberikan edukasi mengenai seks kepada anak atau remaja, ciptakan suasana yang nyaman.
Sebagai contoh, sampaikan pendidikan seksual saat suasana hatinya sedang baik. Pasalnya, saat suasana hati sedang kalut, anak justru sulit menangkap informasi yang Anda sampaikan.
Jika Anda merasa canggung untuk memulai, cobalah untuk memulai dengan pengantar yang baik.
Sebagai permulaan, tanyakan kepada anak, apa saja yang sudah dipelajari di sekolah mengenai edukasi seks. Dari pertanyaan tersebut, biarkan pembicaraan tentang topik ini mengalir dengan alami.
Lalu, usahakan untuk tidak berbelit-belit. Mengapa? Saat Anda sendiri kebingungan untuk menyampaikan informasi mengenai topik ini, anak mungkin kehilangan minat, bahkan salah tangkap.
Selain itu, jika anak Anda menceritakan pengalamannya terkait aktivitas seksual dengan teman sekolahnya, jangan langsung marah atau menghakimi.
Sebaliknya, tanyakan baik-baik dengan nada bicara seperti teman yang penuh antusiasme. Setelah itu, barulah beri nasihat dengan tidak menggurui.
3. Memberikan pendidikan seks secara berkala
Tak perlu menjejali anak dengan berbagai hal dalam sekali diskusi. Usahakan untuk membicarakan satu topik tertentu dalam setiap kesempatan. Dengan begitu, anak jadi punya kesempatan untuk menyerap dan mengingat informasi yang didapat.
Apabila suatu hari anak bertanya soal seks, jangan tunjukkan rasa kaget atau amarah pada anak. Anak akan merasa terancam dan segan untuk bertanya pada Anda di kesempatan berikutnya.
Tetap tenang dan tanyakan baik-baik dari mana anak mendengar hal tersebut, jangan gunakan nada yang menuduh atau menginterogasi.
Kemudian, berikan penjelasan yang memadai. Setelah itu pastikan bahwa anak sudah memahami jawaban Anda.
[embed-health-tool-vaccination-tool]