Hampir 70% orangtua pernah menghukum anak sendiri dengan hukuman fisik. Padahal, para psikolog anak sangat tidak menganjurkan untuk memberikan hukuman seperti itu, mengingat hukuman fisik akan memiliki dampak membahayakan untuk anak dewasa nanti.
Tidak semua cara menghukum anak diterapkan di segala usia. Berbeda usia, berbeda cara menghukum, berbeda pula efektivitas serta dampaknya.
Cara menghukum anak sesuai usia
Setiap kali Anda ingin menghukum anak, cobalah untuk mengikuti garis besar. Pertama, identifikasi dulu masalah yang dibuatnya, lalu Anda bisa jelaskan dampak dari perbuatannya.
Setelah Anda bisa ambil alih mood dan sikap anak, sarankan perilaku dan perbuatan yang lebih baik.
Selain itu, Anda bisa menggambarkan hukuman yang akan diterima dan mengatakan Anda mengharapkan perilaku yang lebih baik di waktu berikutnya.
1. Usia 0—3 tahun dengan metode “time out“
Perilaku kenakalan anak yang biasa terjadi di usia 2 tahun ke bawah contohnya adalah berteriak, menggigit, melempar benda, atau membuang-buang makanan.
Hal tersebut membuat Anda geram dan bingung untuk mendisiplinkannya. Anda bisa melakukan hukuman “time out“, pada anak usia 0 hingga 3 tahun.
Lakukan “time out” dengan cara membawa ke ruangan yang terbebas dari barang-barang yang dapat mengalihkan perhatiannya.
Lalu, buat anak duduk dan menenangkan dirinya, dan Anda bisa meninggalkan ruangan selama 1-2 menit. Tahap ini, disebut tahap refleksi.
Setelah waktu “time out” berakhir, peluk anak, dan buat ia berjanji tidak akan mengulangi perilakunya. Hindari memukul anak sebagai bentuk hukuman.
2. Usia 3—7 tahun: selain menghukum, berikan juga penghargaan
Seiring bertambahnya usia anak, semakin pula ia mengerti bahwa setiap perilaku yang dilakukan memiliki konsekuensi tersendiri.
Sebelumnya, Anda harus menentukan hukuman apa yang bisa anak Anda dapatkan ketika ia tidak mau mendengarkan Anda.
Sebetulnya, metode “time out” masih bisa dilakukan di usia balita hingga anak-anak seperti ini. Pastikan juga untuk tidak membawa anak Anda ke ruangan yang terdapat mainan atau televisi ketika ingin mendisiplinkannya.
Diskusikan apa yang tidak boleh dilakukan. Setelah ia berhasil tidak melakukannya, beri anak Anda pujian.
Menghukum anak bukan tentang hukuman saja, tetapi juga mengakui perilakunya yang baik.
Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan “Mama bangga sama adek, tadi adek sudah mau berbagi mainan dengan teman waktu di sekolah.”
Biasanya ucapan pujian ini lebih efektif daripada Anda marah dan menghukum anak ketika ia tidak mau berbagi mainan.
Jangan lupa puji dengan kata-kata spesifik atas perilaku baik yang telah anak lakukan, melansir dari Kids Health.
3. Usia 7—12 tahun: hindari menghukum sambil mengancam
Pada usia menginjak masa pra-remaja, berhati-hatilah untuk tidak menghukum anak dengan ucapan yang mengancam.
Ambil contoh, mengancam akan membatalkan liburan, kalau anak Anda tidak mengerjakan PR-nya. Sayangnya, dengan ancaman tersebut, dikhawatirkan kepercayaan anak pada Anda akan menghilang.
Mengapa demikian? Dengan melakukan ancaman tersebut, ini akan menyebabkan anak tidak termotivasi mengubah perilakunya, karena ia merasa semuanya telah diambil alih oleh Anda dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Penting untuk menerapkan konsistensi hukuman dari perilaku anak. Buat anak Anda percaya apa yang Anda katakan.
4. Usia 13 dan seterusnya
Di usia ini, menghukum anak bisa dilakukan dengan mencabut hak istimewa yang anak miliki.
Pasalnya, anak Anda telah mengetahui konsekuensi yang akan ia hadapi akibat hukuman dari perilaku yang seharusnya tidak dilakukan.
Usia remaja seperti ini, masih memerlukan batas dan penjagaan dari Anda para orangtua.
Tentukan beberapa aturan yang harus Anda dan anak diskusikan terlebih dahulu, seperti jam malam dan jam mainnya, pekerjaan rumah yang harus dilakukan, dan sebagainya.
Buat negosiasi yang baik tentang pengaturan keseharian Anak.
Percaya atau tidak, remaja masih perlu diterapkan batas ketertiban dalam hidup mereka, bahkan saat Anda memberikan kebebasan dan tanggung jawab yang lebih besar.
Lalu bagaimana kalau anak melanggar aturan? Anda bisa mencabut hak istimewa yang anak punya, seperti melarangnya menggunakan laptop atau video game selama sebulan.
Jangan lupa untuk membahas mengapa ia melanggar aturan dan bagaimana seharusnya ia bersikap.
[embed-health-tool-vaccination-tool]