Ciri-ciri gangguan mental pada remaja sebenarnya sudah bisa orangtua deteksi sejak awal. Gangguan mental bukan hal sepele dan orangtua harus peka dengan tandanya. Agar lebih paham, berikut tanda dan gejala gangguan mental pada remaja yang perlu orangtua ketahui.
Ciri-ciri gangguan mental pada remaja
Mengutip dari Mayo Clinic, ada beberapa jenis gangguan mental yang bisa terjadi pada anak remaja, yaitu sebagai berikut.
- Gangguan kecemasan.
- Depresi.
- Gangguan bipolar.
- Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD).
- Obsessive compulsive disorder (OCD).
- Autisme.
- Skizofrenia.
- Gangguan makan.
Setiap jenis bisa memiliki gejala yang berbeda. Namun, berikut ini adalah ciri-ciri gangguan mental pada remaja yang umum yang perlu orangtua waspadai.
1. Perubahan jadwal tidur dan makan
Bila Anda melihat anak mulai tidak nafsu makan atau kesulitan tidur, bisa jadi hal ini merupakan tanda awal dari gangguan mental.
Memang tidak semua kondisi ini akan menjurus pada masalah mental.
Namun jika perubahan jadwal tidur dan makan ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, Anda patut mewaspadainya.
2. Mood naik turun
Coba perhatikan remaja Anda, apakah belakangan ini ia mudah marah dan lebih sensitif?
Pasalnya, salah satu ciri-ciri gangguan mental pada remaja adalah suasana hati sang anak berubah dengan cepat dan tiba-tiba.
Anda juga bisa melihat seberapa cepat perubahan emosinya, dari senang, sedih, hingga marah.
3. Perlahan-lahan menarik diri
Bila anak Anda biasa bermain sosial media atau bergaul dengan teman, tetapi tiba-tiba menjauh, orangtua perlu waspada.
Perhatikan, apakah ia mulai menutup diri dan tidak lagi bermain dengan teman-temannya. Ciri gangguan mental ini memang tidak akan terlihat langsung.
Maka dari itu, penting bagi Anda selalu memperhatikan dan tahu lingkungan sosial sang anak. Jika memang ada perubahan, Anda akan tahu saat itu juga.
4. Bersikap apatis
Jika tiba-tiba anak jadi acuh tak acuh dan tidak peduli dengan yang ada di sekitarnya, atau tidak tertarik pada hal yang sebelumnya ia sukai, ini bisa menandakan anak sudah jadi apatis.
Apatis adalah salah satu ciri-ciri gangguan mental pada remaja yang sering dan mudah terlihat.
Perubahan sikap ini pasti membuat Anda kaget bahkan bisa saja naik pitam karena anak yang masa bodoh dengan lingkungannya.
Namun, sebaiknya kenali dulu dan bicarakan baik-baik apa yang terjadi padanya hingga perubahan ini terjadi.
Tahukah Anda?
5. Gangguan berpikir
Akibat memiliki gangguan mental, anak juga bisa mengalami gangguan berpikir, seperti gangguan konsentrasi, daya ingat, logika, dan cara berbicara.
Sayangnya, kaitan antara gangguan berpikir dan gangguan mental sulit dijelaskan.
Namun, gangguan berpikir bisa memengaruhi logika anak dan membuatnya berpikir tentang hal yang tidak masuk akal. Misalnya, percaya dirinya memiliki kekuatan super.
Gangguan berpikir ini juga bisa berdampak pada prestasi anak di sekolah, seperti sering absen dan penurunan kemampuan belajar.
6. Nilai akademis menurun
Hindari langsung marah jika tiba-tiba nilai sang anak anjlok. Sebagai orangtua, Anda harus cari tahu dulu apa penyebab hal ini.
Pasalnya, bisa jadi kondisi ini terjadi akibat anak sedang merasa depresi dan mengalami gangguan mental.
Seperti yang telah disebutkan di atas, anak yang mengalami gangguan mental akan sulit konsentrasi sehingga sulit untuk menangkap pelajaran di sekolah.
Belum lagi, emosi yang tidak stabil membuatnya tidak termotivasi untuk melakukan aktivitas hariannya, termasuk belajar saat sekolah.
7. Melakukan percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri tentunya menjadi gejala gangguan mental yang paling mudah disadari pada remaja.
Faktanya, bunuh diri diketahui menjadi penyebab kematian nomor empat pada remaja usia 15—19 tahun. Artinya, gejala ini juga bisa timbul sebagai tanda gangguan mental pada mahasiswa.
Bunuh diri pada remaja bisa dipicu oleh beragam faktor, seperti berikut ini.
- Kecanduan alkohol.
- Kekerasan pada masa kecil.
- Takut mencari pertolongan orang lain.
- Tidak mampu mencari pertolongan.
- Kemudahan dalam memperoleh alat atau cara bunuh diri.
Selain itu, pengaruh media sosial juga bisa menentukan keinginan remaja untuk bunuh diri, apakah mengurangi atau justru malah meningkatkannya.