Menjadi seorang ibu pasti tak mudah. Meski diliputi rasa bahagia, terkadang ada saja komentar-komentar ‘pedas’ yang bikin ibu kepikiran hingga stres. Nah, perilaku yang disebut mom shaming ini memang nyatanya tidak baik untuk kesehatan ibu.
Jadi, sebaiknya Anda menghindari perilaku ini. Jangan sampai Anda terkena dampak dari mom shaming atau justru menjadi pelakunya.
Apa itu mom shaming?
Istilah mom shaming diambil dari kata “mom” yang berarti ibu dan “shame” yang artinya perasaan malu atau menyakitkan atau juga diartikan sebagai penghinaan.
Jadi, mom shaming adalah perilaku kritik yang dilontarkan orang lain kepada seorang ibu yang dapat mempermalukan, merendahkan, menghina, atau bahkan menyakiti perasaannya.
Kritik yang dilontarkan biasanya berupa gaya pengasuhan yang dinilai berbeda yang diterapkan seorang ibu untuk anaknya.
Sayangnya, kritik ini bisa dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Siapa pun juga bisa menjadi pelaku dari mom shaming.
Sebagai contoh, keluarga, teman, orangtua, orang lain yang baru dijumpainya, ibu lain, atau bahkan pasangan Anda sendiri mungkin saja melakukan mom shaming.
Bahkan terkadang, kritik juga bisa datang dari komentar orang lain di media sosial.
Tahukah Anda?
Sementara 64,49% ibu yang mengalaminya dari media sosial dilaporkan mengurangi frekuensi posting mereka di media sosial.
Contoh atau ciri-ciri perilaku mom shaming
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tindakan kritik ini memang bisa dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja.
Artinya, Anda bisa saja tidak menyadari bahwa telah melakukan tindakan mom shaming selama ini.
Untuk mengintrospeksi diri Anda atau mengetahui apakah Anda pernah mengalaminya atau tidak, berikut contoh atau ciri-ciri tindakan mom shaming yang sering terjadi.
1. Mengomentari makanan anak
Nutrisi dan makanan untuk anak menjadi topik yang paling sering dijadikan bahan kritik. Beberapa ibu sering mendapat komentar tentang seberapa sehat pola makan anaknya.
Namun, ada pula ibu yang dinilai terlalu repot dengan urusan makan si Kecil. Di sisi lain, ada pula ibu yang mendapat komentar tentang metode pemberian MPASI, misalnya penerapan baby led weaning (BLW).
2. Mengomentari tubuh ibu dan bayi
Tak jarang orang lain mengomentari bentuk atau perubahan tubuh ibu setelah melahirkan, misalnya tubuh ibu yang terlalu gemuk atau kurus.
Beberapa ibu juga kerap mendapat komentar soal perkembangan fisik anak yang terlalu kecil atau gemuk tak seperti anak-anak pada umumnya.
3. Berkomentar tentang pilihan menyusui
Apa pun pilihan metode menyusui yang Anda pilih, baik itu direct breastfeeding, exclusive pumping, atau bahkan dengan susu formula, orang lain tak berhak mengomentarinya.
Beberapa dari Anda mungkin bisa menyusui secara langsung, tetapi yang lainnya tidak karena alasan tertentu.
4. Mengkritik tentang pilihan menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga
Contoh mom shaming yang satu ini mungkin sering Anda dengar. Faktanya, siapa pun tak boleh mengomentari pilihan yang ibu ambil, termasuk apakah memilih menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga.
Baik ibu yang bekerja atau tidak, keduanya sama-sama merupakan seorang ibu. Selalu ada alasan di setiap pilihan yang ibu ambil.
5. Mempertanyakan atau membandingkan tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang setiap anak tak sama. Beberapa anak mungkin berkembang lebih cepat, tetapi yang lainnya bisa jadi butuh waktu lebih lama.
Jadi, jangan pernah mempertanyakan soal pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak, apalagi membandingkannya.
6. Mempertanyakan pilihan pola asuh
Pola asuh yang diterapkan orangtua untuk anaknya belum tentu berhasil bila diterapkan kepada anak lain.
Ada orangtua yang mendisiplinkan anak dengan cara pengawasan ketat, ada pula yang santai. Lalu, ada pula orangtua yang memilih homeschooling untuk anaknya, tetapi ada juga dengan jalur sekolah formal.
7. Mengkritik soal pilihan metode melahirkan
Pilihan metode melahirkan yang dipilih umumnya disesuaikan dengan kondisi kesehatan setiap ibu serta faktor personal.
Jadi, mau melahirkan secara normal atau operasi caesar, di bidan atau dokter, atau metode lainnya, tak ada yang berhak mengkritik pilihan Anda.
8. Menggambarkan kehidupan yang sempurna melalui media sosial
Menurut Acenda Integrated Health, menggambarkan kehidupan yang sempurna di media sosial bisa menjadi sumber mom shaming.
Gambaran kehidupan ibu yang tampak sempurna di media sosial bisa membuat insecure ibu lainnya. Komentar tak menyenangkan juga bisa muncul di posting media sosial seperti ini.
Penyebab dan dampak mom shaming bagi kesehatan
Tidak ada pedoman yang pasti atau cara yang paling tepat untuk menjadi orangtua. Bahkan, beberapa teori atau topik tentang parenting pun masih diperdebatkan oleh para ahli medis.
Inilah mengapa mom shaming kerap terjadi. Banyak orang berpikir bahwa gaya pengasuhan yang dipilihnya adalah yang terbaik dan ideal, sehingga yang berbeda diberikan komentar sinis.
Bukan cuma itu, norma budaya yang berbeda juga bisa memengaruhi standar gaya pengasuhan. Apa yang lumrah dilakukan pada anak di satu daerah, mungkin tak bisa diterima di daerah lainnya.
Sayangnya, komentar soal perbedaan-perbedaan ini justru berdampak buruk pada kesehatan ibu dan anaknya.
Terkadang, komentar yang diberikan bisa membuat seorang ibu mempertanyakan keputusan yang sudah dibuat untuk anaknya.
Ia juga bisa merasa kecewa, gagal, atau menjadi tidak percaya diri dengan kemampuan mengasuh mereka.
Adapun hal-hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kecemasan dan depresi pada ibu. Jadi, hati-hati dengan ucapan Anda, ya!